Selasa, 25 Februari 2014

Kecerdasan Emosi (Emotional Question)

a.       Pengertian Kecerdasan Emosi

Kata “emosi” berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti “menggerakkan, bergerak” (Goleman, 2006).  Menurut Goleman (2006) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran.
Goleman (2006) berpendapat bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengendalikan impuls emosional, kemampuan untuk membaca perasaan orang lain, dan kemampuan untuk membina hubungan yang baik dengan orang lain. Sedangkan Salovey (dalam Goleman, 2006) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan.

Baron (dalam Arbadiati, 2007) mengatakan bahwa kecerdasan emosi merupakan serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Pendapat berbeda dikemukakan oleh  Mayer dan Salovey (dalam Arbadiati, 2007) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran dan memahami perasaan dan maknanya serta mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenal, memahami dan memaknai perasaan diri sendiri dan orang lain serta mampu menggunakan perasaan itu untuk memandu pikiran dalam bertindak.

b.        Aspek-aspek Kecerdasan Emosi

Goleman (2006) menyatakan bahwa konsep kecerdasan emosi meliputi lima aspek utama, yaitu :
1)      Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri adalah kesadaran diri yaitu tentang perasaan sewaktu perasaan terjadi, kemampuan mengenali emosi diri merupakan dasar kecerdasan emosional. Kesadaran diri berarti waspada baik terhadap suasana hati. Kesadaran diri berarti dapat menjadi pemerhati yang tidak reaktif dan tidak menghakimi keadaan-keadaan batin. Waspada berarti berada diatas aliran emosi bukan atau berada dalam aliran emosi. Kekuranganwaspadaan terhadap perasaan diri dapat membawa bahaya yang besar karena dapat menjadi mudah larut dalam aliran emosi. Situasi kekerasaan yang terjadi sedikit banyak merupakan hasil perbudakan emosi. Perbudakan emosi dapat kita hindari jika kita memiliki pemahaman tentang perasaan sendiri. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasahaan emosi. Kemampuan mengenali emosi merupakan persyaratan penting untuk mengenali emosi. Pemahaman akan perasaan memudahkan untuk mengendalikan emosi. Individu yang sadar akan emosinya sendiri umumnya mandiri dan yakin akan batas-batas yang dibangun, kesehatan jiwanya bagus dan cenderung berpendapat positif terhadap kehidupan. Bila suasana hatinya sedang buruk, tidak larut didalamnya dan mampu melepaskan diri dari suasana hal itu dengan lebih cepat. Ketajaman pola pikir dapat mengatur emosi.
2)      Mengelola Emosi
Mengelola emosi berarti menjaga perasaan agar perasaan terungkap sesuai dengan kesadaran diri. Mengelola emosi dapat juga berarti penguasaan diri yaitu kemampuan untuk menghadapi badai emosi yang terjadi dan bukan budak nafsu. Pengendalian bukan berarti menekan emosi tetapi merupakan keseimbangan emosi, setiap perasaan mempunyai nilai dan makna. Goleman (2006) menyatakan yang dikehendaki adalah emosi yang wajar, keselarasan antara perasaan dan lingkungan. Apabila emosi terlampau ditekan maka akan tercipta kebosananan. Emosi yang tidak dikendalikan atau terlampau ekstrim dapat menjadi sumber penyakit. Jika kemampuan diatas dapat dikuasai dan dapat dikelola dengan baik akan memberikan keuntungan. Orang yang mampu mengelola emosi dengan baik dapat melawan emosi murung, marah, serta lebih mampu cepat menguasai perasaan-perasaan dan bangkit kembali dalam kehidupan emosi yang normal. Individu yang rendah kemampuan emosinya cenderung pesimis terus menerus, bertarung melawan perasaan murung dan mudah marah.
3)      Memotivasi Diri Sendiri
Menata emosi sebagai alat ukur untuk mencapai tujuan merupakan hal penting yang berkenaan dengan memberikan perhatian dalam memotivasi diri sendiri menguasai diri sendiri serta untuk bereaksi. Menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Orang yang mampu memotivasi diri sendiri adalah orang yang memiliki ciri-ciri mampu mengendalikan kecemasan, memiliki pola pikir yang positif, optimism, mampu mencapai keadaan flow yaitu keadaan ketika seseorang sepenuhnya terserap kedalam apa yang sedang dikerjakannya, perhatiannya hanya terfokus pada apa yang sedang dikerjakannya, serta kesadaran menyatu dengan tindakan. Kemampuan memotivasi diri dalam hal ini diartikan sebagai kemampuan-kemampuan untuk membangkitkan dorongan-dorongan dan minat-minat agar dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai.
4)      Mengenali Emosi Orang Lain
Mengenali emosi orang lain merupakan untuk membaca perasaan orang lain yang ditampakkannya melalui isyarat-isyarat yang ditangkap. Ciri orang yang mampu mengendalikan emosi orang lain adalah mampu berempati. Empati diartikan sebagai kemampuan yang bergabung pada kesadaran diri yang merupakan “keterampilan bergaul” dasar. Individu yang memiliki empati tinggi lebih mampu untuk menagkap sinyal-sinyal yang dibutuhkan atau dikehendaki oleh orang lain.
5)      Membina Hubungan
Membina hubungan dengan orang lain adalah keterampilan-keterampilan untuk berhubungan dengan orang lain yang merupakan kecakapan emosional yang mendukung keberhasilan dalam bergaul dengan orang lain. Keterampilan membina hubungan merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan. Individu yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang berhubungan dengan pergaulan interaksi dengan orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kecerdasan emosi adalah mengenali emosi diri,  mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.

c.        Karakteristik Kecerdasan Emosi

Menurut Goleman (2006) karakteristik kecerdasan emosi meliputi :
1)      Kesadaran diri
Kesadaran diri adalah kemampuan individu untuk mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
2)      Pengaturan diri
Pengaturan diri yaitu kemampuan individu menangani emosi sedemikian baik
sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugasnya, peka terhadap kata
hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran,
mampu pulih kembali dari tekanan.
3)      Motivasi
Menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun individu menuju sasaran, membantu individu mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustrasi.
4)      Empati
Empati adalah kemampuan untuk merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.
5)      Keterampilan sosial
Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, mampu berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan serta untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim.

d.            Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosi

Terdapat empat faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang (Goleman, 2006), yaitu :
1)      Pengalaman
Pengalaman yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi kecerdasan emosinya. Ketika individu belajar untuk manangani konflik suasana hati, menangani emosi yang sulit, maka semakin cerdaslah emosi individu.
2)      Usia
Proses belajar terhadap berbagai macam konflik yang dihadapi dan dialami oleh individu seiring bertambahnya usianya akan berpenagruh terhadap kecerdasan emosinya. Jadi semakin tua usia individu maka kecerdasan emosinya akan lebih baik dibanding dengan usia yang lebih muda.
3)      Jenis kelamin
Memang tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam meningkatkan kecerdasan emosinya. Akan tetapi rata-rata wanita memiliki keterampilan emosi yang lebih baik dibandingkan dengan pria.
4)      Jabatan
Jabatan yang diemban oleh seseorang juga mempengaruhi kecerdasan emosinya. Semakin tinggi jabatan seseorang maka semakin tinggi juga kecerdasan emosionalnya.

e.             Ciri-Ciri Kecerdasan Emosi
Sebagai bahan rujukan dan pegangan gambaran kecerdasan emosi yang dimiliki oleh seseorang. Goleman (2006) mengemukakan tentang ciri-ciri kecerdasan emosional secara spesifik. Ciri-ciri tersebut meliputi :
1)      Ciri-ciri kecerdasan emosional yang tinggi :
(1) Dapat mengekspresikan emosi dengan jelas (2) Tidak merasa takut untuk mengekspresikan perasaannya (3) Tidak didominasi oleh perasaan-perasaaan negatif (4) Dapat memahami (membaca) komunikasi non verbal (5) Membiarkan perasaan yang dirasakan untuk membimbingnya (6) Berperilaku sesuai dengan keinginan, bukan karena keharusan, dorongan dan tanggung jawab (7) Menyeimbangkan perasaan dengan rasional , logika dan kenyataan (8) Termotivasi secara intrinsic (9) Tidak termotivasi karena kekuasaan, kenyataan, status, kebaikan dan persetujuan (10) Memiliki emosi yang fleksibel (11) Optimis, tidak menginternalisasikan kegagalan (12) Peduli dengan perasaan orang lain (13) Seseorang untuk menyatakan perasaan (14) Tidak digerakkan oleh ketakutan atau kekhawatiran (15) Dapat mengidentifikasikan berbagai perasaan secara bersamaan
2)      Ciri-ciri kecerdasan emosional yang rendah :
(1) Tidak mempunyai rasa tanggung jawab terhadap perasaan diri sendiri, tetapi menyalahkan orang lain (2) Tidak mengetahui perasaannya sendiri sehingga sering menyalahkan orang lain, suka memerintah, suka mengkritik, sering menggangu, sering menggurui, sering memberi nasehat, sering curang, dan senang menilai orang lain. (3) Suka meyalahkan orang lain (4) Berbohong tentang apa yang ia rasakan (5) Membiarkan segala hal terjadi atau bereaksi berlebihan terhadap kejadian yang sederhana (6) Tidak memiliki perasaan dan integritas (7) Tidak sensitif terhadap perasaan orang lain (8) Tidak mempunyai rasa empati dan rasa kasihan (9) Kaku, tidak fleksibel, membutuhkan aturan-aturan dan struktural untuk merasa bersalah (10) Merasa tidak aman dan sulit menerima kesalahan serta sering merasa bersalah. (11) Tidak bertanggung jawab (12) Pesimistik dan sering menganggap dunia tidak adil (13) Sering merasa tidak adequate, kecewa, pemarah, sering menyalahkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar