Rabu, 17 April 2013

Pendekatan Gestalt dalam Bimbingan Konseling



Overview
Terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Pealrs adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu-individu harus menemukan  jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung  jawab pribadi jika mereka berharap kematangan.

Konsep Dasar
1.       Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.
2.       Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut.
3.       Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
4.       Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi.


Hakikat manusia menurut Gestalt  :
1.       Hanya  dapat dipahami dalam keseluruhan konteksnya
2.       Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu
3.       Aktor bukan reaktor
4.       Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya
5.       Dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab
6.       Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Masa lalu telah pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan kehidupan manusia adalah masa sekarang.
Kecemasan “kesenjangan antara saat sekarang dan yang akan datang Jika individu menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu terpukau pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan.
Unfinished business  (urusan yang tak selesai) merupakan perasaan-perasaan yang tidak tersalurkan/terungkapkan seperti : dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan dibawa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia berani menghadapi dan menangani/mengatasinya

ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH
a.       Individu bermasalah karena terjadi pertentangan antara kekuatan “top dog” dan keberadaan “under dog”
·         Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut, mengancam
·         Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi.
b.      Perkembangan  yang  terganggu  karena terjadi  ketidakseimbangan antara apa-apa yang harus (self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self)
c.       Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis
d.      Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
e.      Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang
f.        Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi

Spektrum tingkah laku bermasalah :
a)      Kepribadian kaku (rigid)
b)      Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap tergantung
c)       Menolak berhubungan dengan lingkungan
d)      Memeliharan unfinished bussiness
e)      Menolak kebutuhan diri sendiri
f)       Melihat  diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih” .

TUJUAN KONSELING
Tujuan utama :
 Membantu klien  berani menghadapi tantangan dan kenyataan yang harus dihadapi.
Klien dapat berubah dari ketergantungan terhadap  lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya.
Tujuan spesifik :
1.       Membantu klien agar dapat memper-oleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta menda-patkan insight secara penuh
2.       Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya
3.       Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to himself)
4.       Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.

Proses dan fase konseling
1)      Fase I, membentuk pola pertemuan terapeutik agar terjadi situasi yang memungkinkan perubahan perilaku klien.
2)      Fase II, pengawasan, yaitu usaha konselor untuk meyakinkan klien untuk mengikuti posedur konseling.
3)      Fase III, mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan-perasaan dan kecemasannya.
4)      Fase IV (terakhir), setelah terjadi pemahaman diri maka pada fase ini klien harus sudah memiliki kepribadian yang integral sebagai manusia individu yang unik.

TEKNIK KONSELING
Prinsip Kerja Teknik Konseling Gestalt
a.      Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor menekankan bahwa konselor bersedia membantu klien tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor menekankan agar klien mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.
b.      Orientasi Sekarang  dan Di Sini, Konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan keadaan sekarang. Masa lalu hanya dalam kaitannya dengan keadaan sekarang, Konselor tidak bertanya dengan pertanyaan “mengapa”.
c.       Orientasi Eksperiensial, konselor meningkatkan kesadaran klien tentang diri sendiri dan masalah-masalahnya, sehingga klien mampu mengintegrasikan kembali dirinya : klien mempergunakan kata ganti personal,  klien mengubah kalimat pertanyaan menjadi pernyataan,  klien mengambil peran dan tanggung jawab,  klien menyadari bahwa ada hal-hal positif dan/atau negative pada diri atau tingkah lakunya

Teknik-teknik Konseling Gestalt
1.       Permainan Dialog
 Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogkan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya : kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak, Kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh, Kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung, Kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko
Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.
2.       Latihan Saya Bertanggung Jawab
Teknik untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain.
Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “...dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.
Misalnya : “Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”, “Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”.
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.
3.       Bermain Proyeksi
Proyeksi : Memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya.Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain. Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
4.       Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
Misalnya :  Konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan
5.       Tetap dengan Perasaan
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan dan ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu. Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingkah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.

Keunggulan  pendekatan Gestalt
a)      Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau yang relevan ke saat sekarang.
b)      Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh.
c)       Terapi Gestalt menolak mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.
d)      Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan makna dan penafsiran-penafsiran sendiri.
e)      Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan langsung menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah klien.
 Kelemahan Pendekatan Gestalt
a)      Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori yang kukuh
b)      Terapi Gestalt cenderung anti intelektual dalam arti kurang memperhitungkan faktor-faktor kognitif.
c)       Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab kita kepada orang lain.

Sumber :
Corey Gerald,  Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi, 2010, Bandung: PT Refika Aditama
S. Willis Sofyan, Konseling Individual Teori dan Praktek, 2004, Bandung: Alfabeta, CV
Siswohardjono Aryatmi, Perspektif Bimbingan Konseling dan Penerapannya di Berbagai Institusi, 1991, Semarang: Satya Wacana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar