Senin, 10 Maret 2014

Akar Historis Psikologi & Kedudukan Psikologi Perkembangan dalam lapangan Psikologi

Psikologi perkembangan telah melewati sejarah yang cukup panjang untuk akhirnya menjadi suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Terdapat tiga periode perjalanan psikologi perkembangan, yaitu ;


(1). Minat awal mempelajari perkembangan anak
Pengetahuan tentang anak sebenarnya sudah lama dikenal. Zaman Romawi dan Yunani sudah ada para ahli yang memperhatikan pendidikan anak. Jauh sebelum dilakukan studi ilmiah terhadap perkembangan anak, perhatian dan penyelidikan yang mendalam tentang anak-anak sedikit sekali dilakukan. Bahkan literatur khusus mengenai perkembangan jiwa anak-anak belum ada.
Salah seorang filosof yang banyak mempengaruhi pandangan masyarakat tentang kehidupan anak adalah Plato. Menurut Plato, perbedaan- individual ditentukan oleh faktor keturunan. Artinya; sejak lahir anak telah memiliki bakat-bakat atau benih-benih kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengasuhan dan pendidikan. Selain dari itu, Plato juga yakin bahwa tiap-tiap orang sudah ditetapkan sejak lahirnya status atau kedudukannya kelak dalam masyarakat. Apakah seseorang itu akan menjadi filusf, serdadu atau pekerja, sudah tertulis sejak lahirnya. Dalam hubungan ini Plato dapat dikatakan berpaham determinisme atau nativisme. Dengan demikian, sekaligus ia percaya bahwa tiap orang dilahirkan dengan kekhususan sendiri, manusia dilahirkan tidak sama, sehingga ia dapat pula dikatakan sebagai tokoh pemula dari paham “individual difference”, yaitu paham yang mengatakan bahwa manusia itu berbeda dengam manusia lainnya. Kelak pada masa perkembangan psikologi yang sudah lebih lanjut, paham “individual difference” (perbedaan individual) ini, akan membawa para sarjana ke arah ditemukannya alat-alat pemeriksaan psikologis.
Sementara itu, J.A Comenius, mengatakan bahwa anak tidak boleh dianggap sebagai orang dewasa yang bertubuh kecil. Ia menganjurkan agar pengajaran dapat menarik perhatian anak. Oleh karena itu pelajaran harus diperagakan supaya anak-anak dapat mengamati, menyelidiki, dan mengalaminya sendiri.
Menjelang abad ke-17, seorang filosof inggris kenamaan, Jhon Locke sebagai tokoh yang memberikan titik terang dalam perkembangan psikologi, karena teori-teorinya seakan-akan memberikan perspektif baru pemikiran-pemikiran para sarjana yang berminat pada psikologi diwaktu itu. John Locke, yang semula-mula bercita-cita ingin menjadi politikus  dan pernah dikirim ke india selaku pegawai dan pemerintah kolonial Inggris itu ternyata lebih berhasil sebagai ahli filsafat. Teorinya yangs angat penting tentang gejala kejiwaan adalah bahwa jiw itu pada saat mula-mula seseorang dilahirkan masih bersih bagaikan sebuah “tabula rasa”.
Isi kejiwaan anak ketika dilahirkan adalah ibarat secarik kertas tersebut nantinya sangat ditentukan oleh bagaimana cara kertas itu ditulisi. Dalam hal ini Jhon Locke mengemukakan istilah “tabula rasa “ (blank slate) untuk mengungkapkan pentingnya pengaruh pengalaman pengalaman dan lingkungan hidup terhadap perkembangan anak. Anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Oleh karena itu, peranan  orang tua sangat penting dalam mengisi secarik kertas kosong itu sejak dari bayi.
Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti perkembangan individu.  Jadi lingkungan di mana orang itu hidup adalah faktor terpenting yang membentuk kepribadian orang itu. Akan menjadi apakah orang itu kelak, sepenuhnya tergantung pada pengalaman-pengalaman apakah yang akan mengisi tabula rasa tersebut. Sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya.
John Locke mengemukakan bahwa pengalaman dan pendidikan merupakan faktor yang paling menentukan dalam perkembangan anak, dan setiap tingkah laku pada dasarnya dipelajari. Karena itu tiap tingkah laku dapat diubah melalui pengalaman baru. Psinsip ini disebut sebagai prinsip modifikasi tingkah laku (behavior modification).
Karena itu aliran atau teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang optimis yang memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi individu. Anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap  rangsangan yang berasal dari lingkungan. Oleh sebab itu, peranan orang tua sangat penting dalam mengisi secarik kertas  kosong itu sejak dari bayi.
Seorang tokoh empirisme lainnya yang kemudian mendirikan aliran “Behaviorisme” yakni John B. Watson menjadi guru besar di Jhon Hopkins University di Amerika Serikat, terkenal dengan semboyannya yang berikut ini :
        “ Berikan kepadaku sepuluh orang anak. Akan kujadikan kesepuluh orang anak itu masing-masing menjadi pengemis, pedagang, sarjana dan sebagainya sesuai dengan kehendakku”.
 Jadi Watson, karena jiwa manusia itu lahir masih bersih, maka untuk menjadikan  manusia itu sesuai dengan ynag dikehendaki, kepada orang itu tinggal diberikan lingkungan dan pengalaman-pengalaman yang diperlukan.
Seorang filsuf Barat, Emmanuel Kant, yang memberikan dukungan terhadap aliran ini, pernah   mengemukakan  “Manusia dapat menjadi manusia hanya karena pendidikan”.
Pandangan Locke kemudian ditentang oleh Rousseau, seorang filosof perancis abad ke-18, ia berpandangan bahwa anak berbeda dengan orang dewasa. Ia sama sekali menolak pandangan bahwa bayi adalah makhluk pasif, yang sumbangannya ditentukan oleh pengalaman. Ia beranggapan bahwa sejak lahir anak adalah makhluk aktif, dan suka bereksplorasi. Rousseau berpendapat bahwa “Segala-galanya baik sebagaimana keluar dari tangan Sang Penciptasegala-galanya memburuk ditangan manusia”.
Ungkapan Rousseau  tersebut mengandung pengertian bahwa anak ketika dilahirkan sudah membawa bakat, pembawaan segi-segi moral, yakni hal-hal mengenai bak dan buruk, benar dan salah, yang dapat berkembang secara alami dengan baik.  Jika kemudian terdapat penyimpangan dan keburukan-keburukan, hal itu karena pengaruh lingkungan dan pendidikan.
Pemikiran Rousseau, yang lebih mementingkan kemampuan bawaan (innate knowledge) dikenal dengan aliran “nativisme”. Sebaliknya  pandangan Locke yang lebih mementingkan faktor lingkungan (pengalaman & pendidikan) dikenal dengan aliran “empirisme” atau “environmentalisme”.
Kedua pandangan yang berlawanan ini, kemudian menjadi objek pembahasan dari banyak tokoh psikologi perkembangan. Oleh sebab itu, tidak heran kalau Locke dan Rousseau disebut sebagai peloporpertama  dalam psikologi anak. Locke dipandang sebagai bapak “teori environmental” dan “teori  belajar” sedangkan Rousseau dipandang sebagai “teori developmental” dalam psikologi


(2) Dasar-dasar pembentukan psikologi perkembangan secara ilmiah

Munculnya penelitian-penelitian yang terarah terhadap kehidupan dan perkembangan psikis anak baru baru dimulai pada abad ke-18. Dalam periode ini, sumber penting untuk mempelajari anak adalah catatan-catatan harian mengenai  perkembangan dan tingkah laku.
Perhatian dan penyelidikan yang sungguh-sungguh terhadap perkembangan anak melalui observasi langsung baru dimulai pada abad ke-19. Tokoh-tokohnya yang cukup berpengaruh adalah, Charles Darwin dan Wilhemt Wundt.
Darwin terkenal dengan “teori evolusi”. Ia mempublikasikan karyanya yang berjudul “origin of the Species” dan “Descent of Man”. Karya Darwin ini merangsang untuk dilakukannya ovservasi langsung terhadap perkembangan anak.  Darwin melakukan penelitian, kepada anak-anaknya hasil observasinya dicatat, kemudian di simpulkan.  Catatan harian tentang anak ini, telah merangsang usaha untuk melakukan studi-studi yang lebih sistematik dan ilmiah.
Pada abad ke-19 adalah tumbuhnya psikologi sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri, yang ditandai dengan didirikannya laboraturium psikologi pertama oleh Wundt, di Lepzig.

(3). Munculnya studi psikologi perkembangan modern.
                            
Studi sistematis tentang perkembangan anak mengalami perkembangan yang cukup signifikan pada awal abad ke-20. Lebih-lebih setelah adanya “Laboraturium di Lepzig”. Watson memperkenalkan teori behaviorisme yakni yang menggunakan prinsip-prinsip “Classical Conditioning” untuk menjelaskan perkembangan suatu tingkah laku.  Menurut Watson, prinsip-prinsip Conditioning dan prinsip-prinsip belajar dapat diterangkan pada semua perkembangan psikologis.
Karya watson ini, merangsang timbulnya teori-teori perkembangan yang lain, seperti “teori psikoanalisa” yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud.
Munculnya penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Jean Peaget, yang selalu aktif melakukan serangkaian penelitian mengenai perkembangan kognisi pada anak-anak, dari bayi sampai remaja. Piaget menolak, teori yang mengatakan bahwa “bahwa perkembangan individu seluruhnya di tentukan oleh oleh struktur genetik yang bersifat  bawaan (innate) dan perkembangan individu seluruhnya ditentukan oleh pengaruh lingkungan”. Menurut Peaget, perkembangan terjadi sebagai hasil interaksi yang konstan antara individu dan lingkungan.
Karya B.F Skinner, dengan teorinya “operant conditioning” yakni mengubah suatu aspek tingkah laku yang diinginkan, melalui rangsangan-rangsangan yang diatur secara tertentu. Melalui dasar paradigma “operant conditioning”  misalnya seorang anak dapat dilatih untuk membaca, meniru sesuatu model tingkah laku yang ingin diajarkan pada anak. Pengaruh  Skinner ini menimbulkan keinginan dan minat banyak ahli  untuk memikirkan cara-cara yang bisa diikuti untuk mengubah suatu tingkah laku yang sedang diperlihatkan.
Kemudian seiring dengan banyaknya penelitian, makal lahirlah “teori belajar sosial” yakni sebuah teori perluasan dari behaviorisme yang menekankan perilaku, lingkungan dan kognisi sebagai faktor kunci dalam perkembangan, yang tokohnya Bandura. Bandura sangat giat melakukan penelitian-penelitian di laboraturium terhadap tingkah laku tertentu, misalnya agresivitas.
Dengan banyaknya tokoh-tokoh dan hasil karyanya yang terus bermunculan, maka psikologi semakin dikenal,  karena membuka kesempatan lebih luas terhadap bidang penelitian, untuk mengadakan penelitian dan percobaan, sehingga penelitian yang menggunakan judul “psikologi anak” kemudian mulai menggantinya dengan “psikologi perkembangan”.

Kedudukan Psikologi Perkembangan dalam Psikologi
Saat ini Psikologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang berkembang pesat. Lapangan atau daerah garapannya pun menjadi sangat luas. Untuk mengetahui atau mempelajari psikologi belajar, perlu diketahui lapangan psikologi sehingga dapat diketahui kedudukannya.cGerungan (1962) membedakan psikologi menjadi 2, yaitu :

1.     Psikologi Teoritis, digolongkan menjadi
a.    Psikologi umum
Menguraikan dan menyelidiki kegiatan-kegiatan psikis pada umumnya pada manusia dewasa dan normal, termasuk kegiatan pengamatan, pemikiran, intelegensi, perasaan, kehendak, motif-motif dan sebagainya.

b.    Psikologi khusus
Menguraikan dan menyelidiki segi-segi khusus daripada kegiatan psikis manusia, antara lain :
Ø  Psikologi Perkembangan, menguraikan perkembangan kegiatan psikis manusia dari kecil sampai dewasa dan lebih lanjut.
Ø  Psikologi kepribadian, menguraikan struktur kepribadian manusia sebagai suatu keseluruhan, serta mengenai jenis-jenia atau tipe kepribadian.
Ø  Psikologi social, menguraikan tentang kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi social, seperti situasi kelompok, situasi massa dan sebagainya.
Ø  Psikologi belajar, menguraikan tentang kegiata-kegiatan menusia dalam belajar, terutama mengupas bagaimana cara individu belajar atau melakukan pembelajaran.
Ø  Psikopathologi, menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia yang berjiwa abnormal.

2.      Psikologi Praktis
Ø  Psikodianostik
Merupakan cara-cara psikologis dalam pemilihan suatu jabatan, studi atau yang lainnya. Antara lain seperti wawancara, observasi dan tes psikologi yang dapat menentukan struktur kepribadian orang, bakat, kecakapan, intelegensi dan lain sebagainya.
Ø  Psikologi klinis dan bimbingan psikologis
Yang merupakan usaha-usaha sarjana psikologi dalam menolong orang yang menderita kesulitan psikis yang bermacam-macam rupanya.

Dari sistematika tersebut, terlihat bahwa kedudukan psikologi perkembangan dalam psikologi merupakan psikologi teoritis yang bersifat khusus.



Sumber  :
F.J Monks & Knors (Terj. Siti Rahayu Haditono), Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, Yogyakarta : Gadjah Mada  Press.
 Ahmadi, Abu, 1998, Psikologi Umum, Jakarta : Rineka Cipta
Desmita, 2006, Psikologi Perkembangan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar