Selasa, 30 April 2013

PENDEKATAN KONSELING REALITAS



Overview
Konseling realitas merupakan model konseling yang termasuk kelompok konseling cognitive-behavioral (perilaku-kognitif). Pendekatan konseling realitas dikembangkan oleh William Glasser dengan nama Reality Therapy (Terapi Realitas). Menurut pendekatan konseling realitas, konseling pada dasarnya merupakan proses belajar yang menekankan dialog rasional antara konselor dan konseli dengan tujuan agar konseli mau memikul tanggung jawab bagi dirinya dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.


Hakikat Manusia
Pada dasarnya Glasser memiliki pandangan yang positif dan dinamis tentang hakikat manusia. Ia berkeyakinan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk menentukan dan mengarahkan dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Dengan mendasarkan diri pada keputusan-keputusan yang dibuatnya, manusia memilih perilaku untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga dapat hidup bertanggung jawab, berhasil dan memuasakan daripada bergantung pada situasi dan lingkungannya.

Teori Dasar
Teori dasar konseling realitas adalah “teori pilihan” yang menjelaskan bahwa manusia berfungsi secara individu, dan juga berfungsi secara sosial (kelompok atau masyarakat) dengan pilihan perilaku efektif yang bertanggungjawab. Teori pilihan menjelaskan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan adalah pilihan kita. Apa yang kita lakukan adalah kita yang memilihnya/memutuskannya untuk melakukan hal tersebut. Setiap perilaku kita merupakan upaya terbaik untuk mencapai apa yang diinginkan untuk memuaskan kebutuhan kita.                Secara utuh setiap perilaku manusia terdiri dari 4 komponen : a. Bertindak (acting), b. Berpikir (thinking), c. Merasakan (feeling), d. Fisiologi (physiologi). Setiap perilaku adalah sebuah pilihan, oleh karena itu bahwa konseli disadarkan dengan mengungkapkan gejala-gejala perilaku bermasalahnya dalam bentuk aktif.
                Saya cemas à saya memilih untuk cemas
                Saya marah à saya memilih untuk marah
Agar perubahan terjadi maka ada 2 syarat :
a.       Klien harus menyadari bahwa perilakunya saat ini tidak efektif untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
b.      Klien harus yakin bahwa ia mampu memilih perilaku lain yang lebih efektif untuk memuaskan kebutuhan dasarnya

Perilaku Bermasalah
Reality therapy pada dasarnya tidak mengatakan bahwa perilaku individu itu sebagai perilaku yang abnormal. Konsep perilaku menurut konseling realitas lebih dihubungkan dengan berperilaku yang tepat atau berperilaku yang tidak tepat. Menurut Glasser, bentuk dari perilaku yang tidak tepat tersebut disebabkan karena ketidak mampuannya dalam memuaskan kebutuhannya, akibatnya kehilangan ”sentuhan” dengan realitas objektif, dia tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak dapat melakukan atas dasar kebenaran, tanggung jawab dan realitas. Meskipun konseling realitas tidak menghubungkan perilaku manusia dengan gejala abnormalitas, perilaku bermasalah dapat disepadankan dengan istilah ”identitas kegagalan”. Identitas kegagalan ditandai dengan keterasingan, penolakan diri dan irrasionalitas, perilakunya kaku, tidak objektif, lemah, tidak bertanggung jawab, kurang percaya diri dan menolak kenyataan.

STRATEGI KONSELING
Ada dua strategi konseling realitas, yaitu membangun relasi atau lingkungan konseling dan prosedur WDEP (Want, Doing and Direction, Evaluation, Planning) sebagai suatu sistem yang fleksibel pelaksanaannya.
a.       Want (keinginan) : langkah mengeksplorasi keinginan yang sebenarnya dari klien—ingat pada umumnya manusia membicarakan hal-hal yang tidak diinginkan—. Konselor memberikan kesempatan kepada klien untuk mengeksplorasi tentang keinginan yang sebenarnya dari dengan bertanya (mengajukan pertanyaan) bidang-bidang khusus yang relevan dengan problema atau konfliknya : misalnya teman, pasangan, pekerjaan, karir, kehidupan spiritual, hubungan dengan atasan dan bawahan, dan tentang komitmennya untuk memenuhi keinginan itu.
b.      Doing and Direction(melakukan dengan terarah) : langkah dimana klien diharapkan mendeskripsikan perilaku secara menyeluruh berkenaan dengan 4 komponen perilaku—pikiran, tindakan, perasaan dan fisiologi yang terkaait dengan hal yang bersifat umum dan hal bersifat khusus. Konselor memberi pertanyaan tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, dilakukan, dan keadaan fisik yang dialami untuk memahami perilaku klien secara menyeluruh dan kesadarannya terhadap perilakunya itu.
c.       Evaluation (Evaluasi) : evaluasi diri klien—merupakan inti terapi realitas. Klien di dorong untuk melakukan evaluasi terhadap perilaku yang telah dilakukan terkait dengan efektifitasnyadalam memenuhi kebutuhan atau keinginan—membantu atau bahkan menyulitkan, ketepatan dan kemampuannya, arah dan keterarahannya, persepsinya, dan komitmennya dalam memenuhi keinginan serta pengaruh terhadap dirinya. Pertanyaan tentang hal-hal yang bersifat evaluasi “diri” disampaikan dengan empatik, kepedulian, dan penuh perhatian positif.
d.      Planning (rencana) : klien membuat rencana tindakan sebagai perilaku total dengan bantuan konselor. Dalam membantu klien membuat rencana tindakan, konselor mendasarkan pada kriteria tentang rencana yang efektif, yaitu : (1) dirumuskan oleh klien sendiri, (2) realistis atau dapat dicapai, (3) ditindak lanjuti dengan segera, (4) berada di bawah kontrol klien, tidak bergantung pada orang lain— tindakan bertanggung jawab.

Proses Konseling
Dalam proses konseling , konselor aktif secara verbal, yakni aktif mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai kehidupan konseli pada saat ini, sehingga konseli bertambah sadar akan tingkah lakunya dan mau membuat penilaian ketidakefektifan perilakunya selama ini

Prinsip konseling realitas :

1)      Keterlibatan
kehangatan hubungan, perhatian, pemahaman, penghayatan dll. Penggunaan topik netral pada awal pertemuan yakni yang berhubungan dengan keberhasilan seorang konseli
2)      Pemusatan pada tingkah laku sekarang, bukan perasaan
penekanan terhadap apa yang dilakukan dan apa yang dipikirkan daripada apa yang dirasakan dan yang dialami secara fisiologis
3)      Pertimbangan nilai
Konseli perlu dibantu menilai kualitas apa yang dilakukannya dan menentukan apakah tingkah laku tersebut bertanggung jawab atau tidak. Tanpa adanya kesadaran konseli mengenai ketidak efekti-fan tingkah lakunya dalam mencapai tujuan hidupnya, maka tidak mungkin ada perubahan pada diri konseli tersebut
4)      Perencanaan tingkah laku bertanggung jawab
Rencana perubahan tingkah tidak bertanggung jawab menjadi tingkah laku bertanggung jawab. Rencana tindakan yang efektif berupa rencana yang sederhana, dapat dicapai , terukur, segera dan terkendalikan oleh klien
5)      Pembuatan komitmen
Rencana akan bermanfaat jika konseli membuat suatu komitmen untuk melaksanakannya. Komitmen dapat secara lisan atau tertulis
6)      Tidak menerima alasan kegagalan
Konselor tidak boleh mengeksplorasi alasan-alasan mengapa konseli gagal dalam melaksanakan rencana. Konselor memusatkan perhatian kembali pada rencana baru yang lebih cocok
7)      Peniadaan hukuman
Pemberian hukuman pada konseli yang gagal melaksanakan rencana sebetulnya akan memperkuat identitas gagal konseli
8)      Pantang menyerah
Konselor berkeyakinan bahwa konseli memiliki kemampuan untuk berubah

Teknik-teknik Konseling
1.       Melakukan permainan peran dengan konseli
2.       Menggunakan humor
3.       Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
4.       Tidak menerima alasan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab
5.       Berperan sebagai model dan guru
6.       Melibatkan diri pada perjuangan konseli mencari hidup yang efektif
7.       Konfrontasi tingkah laku yang tidak realistis
8.       Memberikan PR antar pertemuan dengan pertemuan berikutnya
9.       Membaca artikel yang relevan
10.   Kesepakatan kontrak antara konselor dan konseli
11.   Debat konstruktif

Kelebihan Konseling Realitas
1)      dapat diterapkan pada banyak populasi yang berbeda.
2)      Pendekatan konkret.
3)      menekankan pada treatmen jangka pendek
4)      meningkatkan tanggung jawab dan kebebasan individu tanpa penyalahan atau kritik atau berusaha mengatur kembali keseluruhan kepribadian.
5)      dimaksudkan untuk resolusi konflik
Kekurangan Konseling Realitas
1)      mengabaikan konsep-konsep ketidaksadaran dan sejarah pribadi
2)      Meyakini bahwa penyakit mental terjadi krn individu bertindak tidak bertanggung jawab, padahal penyakit mental tidak terjadi begitu saja.
3)      terlalu sederhana dan hanya punya sedikit konstruk teoritis 
4)      mudah sekali berubah menjadi terlalu moralistik



DAFTAR BACAAN

Corey, Gerald. Teori Dan Praktek Konseling & Psikoterapi. 2010. Refika Aditama
Pujosuwartno, Sayekti. 1997. Berbagai Pendekatan Dalam konseling. Yogyakarta :           Menara mas Offset.
 Latipun. 2003. Psikologi Konseling. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
 Universitas Semarang. 2006. Peta Kognitif Pendekatan Konseling. Semarang :        Universitas Negeri Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar