Selasa, 21 Mei 2013

Pendekatan Konseling Trait And Factor



Overview

Teori atau pendekatan “Trait and Factor” ini dipelopori oleh E.G. Williamson dan J.G. Darley, serta pendukung-pendukung lainnya seperti : Walter Bingham, Donald G, Paterson, Thurstone, Eysenk dan Cattel. Konseling dengan pendekatan Trait and Factor, digolongkan ke dalam kelompok pendekatan pada dimensi kognitif atau rational. Dalam proses penanganan kasus konseling menggunakan metode rational. Teori atau pendekatan ini secara intelektual, logis dan rasional menerangkan, memecahkan kesulitan-kesulitan klien dalam suatu proses konseling. Konseling dengan pendekatan Trait and Faktor atau pendekatan rasional ini sering disebut konseling yang direktif (directive counseling), karena konselor secara aktif membantu klien mengarahkan perilakunya menuju pemecahan kesulitannya, sehingga konseling ini juga disebut konseling yang “counselor centered” dan ada juga yang menyebutnya sebagai “clinical counseling”.



Konsep Dasar

1.    Karena setiap individu sebagai suatu pola kecakapan dan kemampuan yang terorganisir secara unik, dan karena kemampuan kausalitasnya relatif stabil setelah remaja, maka tes obyektif dapat digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik-karatreistik individu.
2.    Pola-pola kepribadian dan minat berkorelasi dengan tingkah laku kerja tertentu.
3.    Kurikulum sekolah yang berbeda akan menuntut kapasitas dan minat yang berbeda dan hal ini dapat ditentukan. Individu akan belajar dengan lebih mudah dan efektif apabila potensi dan bakatnya sesuai dengan tuntutan kurikulum.
4.    Baik klien maupun konselor hendaknya mendiagnosis potensi klien untuk mengawali penempatan dalam kurikulum atau pekerjaan.
5.       Setiap  individu  mempunyai kecakapan dan keinginan untuk  mengidentifikasi secara kognitif kemampuannya sendiri.


Hakekat Manusia

Prinsip-prinsip dasar konseling “Trait and Factor” pada dasarnya berkenaan dengan “hakekat manusia” yaitu sebagai berikut :
1.    Manusia itu pada dasarnya memiliki potensi untuk berbuat baik dan buruk.
2.    Manusia tidak hanya mewujudkan atau mengaktualisasikan kemampuan-kemampuannya tersebut secara penuh tanpa bantuan manusia lain.
3.    Dimensi kehidupan yang baik adalah “excellen” (utama).
4.    Baik-buruknya manusia banyak tergantung pada hubungan antara manusia dengan alamnya.



Pribadi Sehat

Apabila klein dapat mengembangkan berbagai aspek kehidupannya seperti pemahaman dan pengelolaan diri dengan mengenali kelebihan dan kelemahan dirinya serta mampu memperbaiki kelemahannya sehingga integritas kepribadian tercapai.

Pribadi Tidak Sehat / Bermasalah.

Apabila klien tidak mampu mampu memahami dan mengelola diri tentang berbagai kelebihan dan kekurangannya.

Proses Konseling Trait and Factor

Ada 6 (enam) tahap yang harus dilalui dalam konseling pendekatan trait and factor , yaitu :
1.    Analisis
Mengumpulkan data tentang diri siswa, dapat dilakukan dengan wawancara, catatan anekdot, catatan harian, otobiografi dan tes psikologi.
2.    Sintesis
Merangkum, menggolongkan, dan menghubungkan data yang dipeoleh sehingga memperoleh gambaran tentang kelemahan dan kelebihan siswa.
3.    Diagnosis
Menarik kesimpulan logis atas dasar gambaran pribadi siswa yang diperoleh dari hasil analisis dan sintesis. Dalam tahap ini terdapat tiga kegiatan yang dilakukan, yaitu :
• Identiffikasi masalah
Berdasar pada data yang diperoleh, dapat merumuskan dan menarik kesimpulan permasalahan klien.
• Etiologi (Merumuskan sumber-sumber penyebab masalah internal dan eksternal)
Dilakukan dengan cara mencari hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.
4.    Prognosis
Upaya untuk memprediksi kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada.
5.    Konseling (Treatment)
• Pengembangan alternatif masalah
Proses pemecahan masalah dengan menggunakan beberapa strategi
• Pengujian alternatif pemecahan masalah
Dilakukan untuk menentukan alternatif mana yang akan diimplementasikan, sehingga perlu diuji kelebihan dan kelemahan, keuntungan dan kerugian, serta faktor pendukung dan penghambat.
• Pengambilan keputusan
Keputusan diambil berdasarkan syarat, kegunaaan, dan fleksibilitas yang dipilih klien
6.    Follow Up
• Hal-hal yang perlu direncanakan dari alternatif pemecahan masalah yang dipilih.
• Tindak lanjut dari alternatif yang telah dilaksanakan di lapangan.



Teknik Konseling.

Teknik utama (major technique) yang digunakan dalam konseling “Trait and Factor”, adalah :
a)    Memperkuat persesuaian antara konselor dengan klien
b)    Mengubah lingkungan klien
c)    Memilih atau menempatkan pada lingkungan yang sesuai
d)    Mendorong klien belajar tentang ketrampilan –ketrampilan yang diperlukan.
e)    Mengubah sikap-sikap klien.

Ada beberapa teknik umum yang digunakan dalam pendekatan ini :
1.    Attending.
Attending adalah perilaku konselor untuk melibatkan diri dalam proses konseling meliputi : kontak mata, kualitas suara, jejak verbal, dan bahasa tubuh.
Tujuan menggunakan teknik ini adalah :
a.    Menunjukkan pada konseli bahwa proses konseling konselor memperhatikan sepenuhnya kepada konseli.
b.    Mengkomunikasikan penerimaan konselor terhadap konseli.
c.    Mengajak dan mengembangkan keterlibatan konseli secara personal dalam melaksanakan sesi konseling.
d.    Menangkap secara utuh pesan dan ungkapan yang diberikan konseling baik dalam bentuk verbal maupun non verbal.
2.     Opening.
Opening adalah membuka kegiatan wawancara
Tujuan Pembukaan wawancara konseling untuk :
a.    Menciptakan rasa aman konseling selama mengikuti sesi konseling.
b.    Mengurangi kecemasan dalam proses konseling.
c.    Menciptakan kondisi fasilitas dalam konseling.
3.     Acceptence
Acceptence adalah penerimaan terhadap klien.
Tujuan teknik penerimaan untuk :
a.     Mengkomunikasikan sikap dasar konselor terutama ketika membentuk suasana akrab.
b.    Disadarinya oleh konseling bahwa konselor benar-benar mendengarkan apa yang dikatakannya.
c.    Terbentuknya suasana emosional klien.
4.    Restatement dan Pharaprasing.
Restatement adalah mengulang atau menyatakan kembali sebagian pernyataan konseling yang dianggap penting.
Pharaprase adalah mengulang kalimat/ pernyataan singkat konseli secara utuh, apa adanya tanpa merubah makna.
Tujuan :
a.    Diketahui oleh klien , bahwa konselor mendengarkan yang dikatakannya.
b.    Diperolehnya informasi penting.
c.    Terujinya data yang diverbalissasikan klien.
5.    Reflection of Feeling
Reflection of Feeling adalah pantualan perasaan yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan / sikap yang terkandung di balik pernyataan klien.
Tujuan :
a.    Dirasakannya oleh klien bahwa dirinya dipahami oleh konselor.
b.    Terdorongnya konseli lebih mengekprsikan perasaan-perasaannya terhadap situasi tertentu.
6.    Clarification.
Clarification adalah mengungkapkan kembali isi pernyataan klien dengan menggunakan kata-kata baru dan segar.
Tujuannya :
a.    Mengungkap isi pesan utama yang disampaiakn klien.
b.    Memperjelas isi pesan yang diungkapkan klien.
7.    Structuring
Struckturing adalah penegasan tentang batas-batas konseling itu sesungghnya.
Tujuannya :
a.    Diperolehnya kesamaan harapan konselor dan klien.
b.    Diperolehnya kesepakatan dari konseling mengenai apa terlibat dalam metode dan tujuan konseling.
8.    Summary
Meringkas adalah suatu proses untuk memadu berbagai ide dan perasaan dalam satu pernyataan pada akhir suatu unit wawancara konseling.
Tujuannya :
a.    Memadukan unsur-unsur tema yang muncul dalam pembicaraan.
b.    Mengidentifikasi pola isi pembicaraan konseli.
c.    Menghindari pembicara yang diulang-ulang dan bertele-tele.
d.    Merangkum kemajuan yang telah dicapai dalam proses konseling.


Keunggulan dan Kelemahan konseling trait and factor

Adapun kontribusi yang diberikan teori ini adalah:
1.    Teori ciri dan sifat menerapkan pendekatan ilmiah pada konseling
2.    Penekanan pada penggunaan data tes objektif, membawa kepada upaya perbaikan dalam pengembangan tes dan penggunanya, serta perbaikan dalam pengumpulan data lingkungan.
3.    Penekanan yang diberikan pada diagnose mengandung makna sebagai suatu perhatian terhadap masalah dan sumbernya mengarahkan kepada upaya pengkreasian teknik-teknik untuk mengatasinya.
4.    Penekanan pada aspek kognitif merupakan upaya menyeimbangkan pandangan lain yang lebih menekankan afektif atau emosional.

Adapun kelemahan konseling trait and factor, sebagai berikut:

1.    Kurang diindahkan adanya pengaruh dari perasaan, keinginan, dambaan aneka nilai budaya (cultural values), nilai-nalai kehudupan (personal values), dan cita-cita hidup, terhadap perkembangan jabatan anak dan remaja (vocational development) serta pilihan program/bidang studi dan bidang pekerjaan (vocational choice).
2.    Kurang diperhatikan peran keluarga dekat, yang ikut mempengaruhi rangkaian pilihan anak dengan cara mengungkapkan harapan, dambaan dan memberikan pertimbangan untung-rugi sambil menunjuk pada tradisi keluarga; tuntutan mengingat ekonomi keluarga; serta keterbatasan yang konkrit dalam kemampuan finansial, dan sebagainya.
3.    Kurang diperhitungkannya perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat, yang ikut memperluas atau membatasi jumlah pilihan yang tersedia bagi seseorang.
4.    Kurang disadari bahwa konstelasi kualifikasi yang dituntut untuk mencapai sukses di suatu bidang pekerjaan atau program studi dapat berubah selama tahun-tahun yang akan datang.
5.    Pola ciri-ciri kepribadian tertentu pasti sangat membatasi jumlah kesempatan yang terbuka bagi seseorang, karena orang dari berbagai pola ciri kepribadian dapat mencapai sukses di bidang pekerjaan yang sama.


DAFTAR PUSTAKA

Corey Gerald,  Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi, 2010, Bandung: PT Refika Aditama
Kurtanto, Edi, 2007. Bimbingan dan Konseling. Pontianak: CV Himalaya Raya
S. Willis Sofyan, Konseling Individual Teori dan Praktek, 2004, Bandung: Alfabeta, CV
Siswohardjono Aryatmi, Perspektif Bimbingan Konseling dan Penerapannya di Berbagai Institusi, 1991, Semarang: Satya Wacana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar