Sabtu, 15 Februari 2014

Psikologi Suporter Sepak Bola Madura

Sepak bola bukan sekedar olah raga, namun sepak bola sudah menjadi bagian dari seluruh aspek kehidupan mayarakat. Sepak bola menjadi budaya, kebanggaan, harga diri dan kehidupan masyarakat. Hal semacam ini juga dirasakan oleh hampir sebagian besar masyarakat Madura dengan masuknya Persepam Madura United (P-MU) sebagai bagian dari kontestan Indonesia Super Liga (ISL) sejak tahun lalu.  Menjadi kebanggan dan harga diri karena inilah satu-satunya tim sepakbola yang membawa nama Madura dan bermain di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Menjadi kehidupan karena banyak sumber kehidupan masyarakat yang bersumber dari keberadaan tim sepak bola kebanggaan masyarakat Madura ini, mulai dari tukang parkir, warung kopi, penjual merchandise tim (kaos, pernak-pernik tim dan lain-lain), penjual tiket pertandingan, sampai pada pemain dan pelatih tim.

Potensi besar dari keberadaan P-MU sebagai tim sepakbola kebanggaan masyarakat Madura ini rupanya mendapatkan perhatian dari Trans Corporation. Perhatian Trans Corporation kepada P-MU diwujudkan dengan dukungan PT Trans Retail Indonesia, melalui brand "Carrefour" untuk menjadi sponsor tim. Sebagaimana dikutip dari fan page Persepam Madura United (P-MU) dukungan PT Trans Retail Indonesia ini akan dilakukan tiap tahun, dengan syarat P-MU tetap bertahan di ISL dan suporter P-MU tidak anarkis. Chairul Tanjung, CEO Trans Corporation berpesan pada saat penandatanganan sponsor "Kalo ribut suporternya, kami mundur". Ancaman yang dilontarkan Chairul Tanjung ini cukup beralasan mengingat masih seringnya terjadi keributan antar suporter sepak bola di Indonesia.
Suporter dan sepakbola adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan, dimana ada sepakbola disitu ada suporter. Mereka berbaur menjadi satu untuk mendukung tim kebanggaannya tanpa memandang perbedaan usia, status sosial dan pendidikan. Berbagai atribut mereka bawa seperti kaos, bendera, maupun spanduk dengan warna kebesaran timnya dan menjadi simbol dan identitas mereka. Bagi tim sepak bola kehadiran suporter tentu sangat diharapkan karena kehadiran suporter akan memberikan motivasi tersendiri bagi para pemain. Disamping itu suporter menjadi aset berharga bagi tim sepak bola karena dapat menguntungkan seperti penjualan tiket masuk ke stadion, penjualan merchandise tim (kaos, pernak-pernik tim dan lain-lain). Sedangkan bagi suporter, ketika mereka menyaksikan pertandingan tim kebanggaannya tentu berharap mendapat hiburan yang menyenangkan. Segenap pengorbanan mereka lakukan seperti berangkat lebih awal ke stadion, biaya tiket, parkir dan transport untuk menyaksikan secara langsung tim kebanggaannya berlaga. Dengan segala pengorbanan yang dilakukan tentu suporter berharap mendapatkan imbalan yaitu tim kebanggaannya memenangkan pertandingan. Namun, jika harapan tersebut tidak tercapai ditambah adanya faktor-faktor lain yang menjadi pemicu maka akan timbul tindakan agresi yang dilakukan oleh suporter.
Agresi suporter yang terjadinya bukan hal baru dalam dunia persepakbolaan. Faktor yang menjadi pemicu munculnya perilaku agresif sangat beragam dan kompleks. Salah satunya faktor sosial yaitu; 1) Frustasi, ketika individu gagal mendapatkan apa yang diinginkan atau diharapkan akan menimbulkan perilaku frustasi yang bisa menjadi pemicu agresi. Suporter berharap tim kebanggaannya menang akan tetapi pada kenyataannya timnya menelan kekalahan maka akan timbul frustasi. 2) Provokasi, yaitu aksi yang dilakukan orang lain yang memicu agresi individu, ketika individu mendapatkan perlakuan yang membuatnya marah atau terganggu oleh karena seorang individu. Provokasi dapat dilakukan oleh pemain, official tim ataupun suporter lawan. 3) Fanatisme berlebihan, faktor ini muncul seolah-olah tim sepak bola yang didukung adalah tim terbaik dan harus menang, jika kalah maka dapat menjadi stimulus munculnya agresi dan dapat dipastikan yang menjadi sasaran agresi adalah pemain dan suporter tim lawan. 4) Situasional, faktor situasional dapat berupa kondisi lapangan yang kurang baik, padat dan berdesakan, panas atau juga wasit dan perangkat pertandingan yang dianggap kurang fair play dalam mengatur pertandingan. Faktor-faktor tersebut akan menjadi pemicu munculnya agresi suporter dan apabila dibiarkan cenderung akan mengarah pada kerusuhan massa.
 Beberapa tindakan positif untuk meminimalisir terjadinya agresi suporter perlu dilakukan seperti : 1) Pemberian label (labelling) kepada suporter akan cenderung menjadi bagian dari konsep diri dan mendorong kearah tindakan yang dilakukan. Jika kita memberi label anarkis akan mendorong suporter untuk berperilaku sesuai perspektif yang diberikan masyarakat dan media massa. Untuk itu kita harus memberi label yang menunjukkan citra positif suporter Madura. Misalnya Madura Respect and Peace, Madura with Love, Madura No Anarkis. 2) Konsolidasi antar kelompok suporter di Madura seperti Taretan Mania, K-Cong Mania, Peccot, Trunojoyo atau mungkin elemen suporter yang lain perlu dilakukan. Konsolidasi ini diharapkan dapat membentuk norma positif pada suporter dan mereduksi norma kelompok yang bersifat negatif. 3) Menjadi suporter yang andhep asor (santun) dengan menciptakan suasana saling menghormati dan menghargai antar suporter Indonesia, menghilangkan yel-yel provokasi yang mengandung SARA dan tidak terpancing dengan provokasi pihak lain.

Perlu diingat, jika suporter bertindak agresif maka yang akan dirugikan adalah tim kebanggaan kita dan citra Madura akan buruk di mata nasional. Semoga Madura semakin maju dan P-MU Juara !

* artikel ini juga dimuat di Harian Pagi Kabar Madura edisi Senin 27 Januari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar