Kamis, 29 November 2012

Pengaruh Sosial


Pengaruh sosial adalah usaha untuk mengubah sikap, kepercayaan, persepsi ataupun tingkah laku satu atau beberapa orang lainnya ( Cialdini, 1994 dalam Baron, Branscombe, Byrne, 2008 ).

Terdapat tiga bentuk pengaruh sosial yang dikenali dalam psikologi (1) Konformitas, (2) Kompliance, (3) Obedience


1.       Konformitas
Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu merubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial ( Baron, Branscombe, Byrne, 2008 ).

Norma sosial dapat berupa :
-  Injuctive norms : Hal apa yang seharusnya kita lakukan. Injuctive norms biasanya dinyatakan secara eksplisit.
Contoh : aturan penggunaan helm berstandard Indinesia bagi pengendara sepeda motor
- Descriptive norms : apa yang kebanyakan orang lakukan. Descriptive norms biasanya bersifat implicit, tidak dinyatakan secara tegas atau tertulis.
Contoh : menghormati guru/dosen dengan bersikap santun.

manusia mengikuti norma sosial tidak terlepas dari adanya tekanan – tekanan untuk bertingkah laku dengan cara –cara sesuai dengan aturan sosial. Tekanan tersebut bisa dinyatakan secara eksplisit maupun implicit. Tekanan yang ada dalam norma social sesungguhnya mempunyai pengaruh yang besar. Kuatnya pengaruh social yang ada dalam konformitas dibuktikan secara ilmiah oleh penelitian Salomon Asch ( 1951, 1955 dalam Baron, Branscombe, Byrne, 2008 ). Asch melakukan eksperimen dengan memberikan tugas presepsi sederhana kepada seorang partisipan pada penelitiannya untuk menjawab pertanyaan garis mana yang sama dengan garis standar. Ketika menjawab seorang partisipan didampingi oleh 6 – 8 orang yang juga ikut menjawab pertanyaan yang sama. Namun sebenarnya 7 orang diantaranya merupakan confederates, yaitu asisten peneliti yang bertugas membelokkan jawaban si partisipan. Para confederates diminta Asch untuk memberikan jawaban dengan suara lantang sebelum partisipan memberikan jawaban. Para confederates harus memberikan jawaban yang salah. hal ini dilakukan sampai 18 x. Pada waktu tertentu, partisipan yang yang tadinya memberikan jawaban yang benar mengubah jawabannya mengikuti jawaban mayoritas orang yang ada di sekelilingnya. Dari seluruh partisipan yang terlibat dalam eksperimen ini, 76 % mengikuti jawaban salah dari para confederates. Eksperimen Asch ini menunjukkan bahwa orang cenderung melakukan konformitas, mengikuti penilaian orang lain di tengah tekanan kelompok yang ia rasakan.

Baron, Branscombe dan Byrne ( 2008 ) menjelaskan tiga factor yang mempengaruhi konformitas : kohesivitas kelompok, besar kelompok dan tipe dari norma social.
1)   Kohesivitas adalah sejauh mana kita tertarik pada kelompok social tertentu dan ingin menjadi bagian darinya. Semakin menarik suatu kelompok semakin besar kemungkinan seseorang melakukan konfirmasi terhadap norma – norma dalam kelompok tersebut.
2)    Besar kelompok. Semakin besar ukuran kelompok, berarti semakin banyak orang yang berperilaku dengan cara – cara tertentu sehingga semakin banyak yang mau mengikutinya.
3)   Tipe norma sosial,  norma yang bersifat injuctive, cenderung diabaikan, sementara yang descriptive cenderung diikuti.

Bentuk konformitas
a.  konformitas compliance, bertingkah laku sesuai dgn tekanan kelompok, sementara secara pribadi ia tdk menyetujui tingkah laku tersebutà individu menghindari penolakan kelompok & mengharapkan reward atau penerimaan kelompok (normative influence).
b. konformitas acceptance, tingkah laku & keyakinan individu sesuai dgn tekanan kelompok yg diterimanya. à kelompok menyediakan informasi penting yang tidak dimiliki oleh individu (informational influence).

2.       Compliance (Pemenuhan Keinginan)
merupakan bentuk pengaruh sosial yang dipengaruhi oleh permintaan langsung ataupun tidak langsung dari orang lain.
Contohnya, saat pramuniaga menawarkan barang atau tim marketing menawarkan produk. Sering kali kita lebih sering mengiyakan, padahal sebeenarnya hendak menolak permintaan tersebut.


Prinsip dasar compliance

a)    Pertemanan atau rasa suka. Kita cenderung lebih mudah memenuhi permintaan teman atau orang yang kita sukai daripada permintaan orang yang tidak kita kenal atau kita benci.
berdasarkan prinsip pertemanan ini, bisa digunakan taktik ingratiation (suatu cara dimana kita berusaha membuat orang lain menyukai kita agar kemudian mengubah tingkah lakunya sesuai dengan yang kita inginkan, caranya dengan menunjukan rasa suka dengan pujian atas perilaku orang lain).
b)   Komitmen atau konstitensi. Kita akan lebih mudah memenuhi permintaan akan suatu hal yang konsisten dengan posisi atau tindakan sebelumnya.
Berdasarkan prisip konstitensi ini, dikenal taktik foot in the door dan the law ball. Taktik foot in the door adalah dengan memulai permintaan dengan permintaan kecil, kemudian setelah didapatkannya, permintaan semakin besar. Biasa dikenal dengan istilah “dikasih jantung minta hati”. Tetapi hal ini tidak selalu negatif, misalnya seorag mahasiswa yang merasa bahwa ia lemah dalam pelajaran statistic meminta mahasiswa lain menjelaskan kepadanya. Kemudian ia meminta temannya menjadi mentor pelajaran tersebut. Pada kasus ini, bisa saja mahasiswa yang diminta bantuan merasa tersanjung dan merasa senang dapat membantu.
c)  Kelangkaan. Kita lebih menghargai dan mencoba mengamankan objek yang langka atau berkurang ketersidiannya. Oleh karena itu, kita cenderung memenuhi permintaan yang menekankan kelangkaan daripada yang tidak.
pada prinsip ini, taktik lain yang sulit ditolak adalah playing hard to get dan the fast approaching deadline. Playing hard to get yaitu ketika seseorang memberi tahu bahwa benda yang ditawarkan adalah langka dan sulit untuk ditemukan. Misalnya, pramuniaga memberi btahu bahwa sepatu model tertentu adalah stock terakhir. The fast approaching deadline adalah mengusung bahwa kesempatan mendapatkan keuntungan untuk mendapatkan barang waktunya sangat terbatas. Misalnya, mendapatkan bonus atau diskon untuk pembelian dalam tiga hari.
d)    Timbal balik. Kita lebih mudah memenuhi permintaan dari seseorang yang sebelumnya telah memberikan bantuan kepada kita. Dengan kata lain, kita merasa wajib membayar utang budi atas bantuannya.
e)  Validasi social. Kita lebih mudah memenuhi permintaan untuk melakukan suatu tindakan jika tindakan itu konsisten dengan apa yang kita percaya orang lain akan melakukannya juga. Kita ingin bertingkah laku benar, dan satu cara untuk memenuhinya adalah dengan bertingkah laku dan berpikir seperti orang lain.
f)      Otoritas. Kita lebih mudah memenuhi permintaan orang lain yang memiliki otoritas yang diakui, atau setidaknya tampak memiliki otoritas.

3.       Obedience
seseorang mentaati dan mematuhi permintaan orang lain utk melakukan tingkah laku tertentu krn adanya unsur power.
Individu yg mematuhi perintah yg merusak, menyakiti, dan menghancurkan orang lain ketika berada dlm situasi diperintahkan untuk melakukannya disebut destructive obedience.

Empat penyebab obedience menurut Baron, Branscombe, dan Byrne (2008)
1) Melepas tanggung jawab pribadi. Misalnya, atasannya yang dianggap menanggung semua tanggung jawab.
2)  Individu yang member tanggung jawab menggunakan symbol-simbol, seperti lencana, seragam, dan yang lainnya untuk mengingatkan orang yang diperintah akan kekuasaan serta peran yang diemban.
3)    Hal-hal yang terjadi secara gradual, yaitu perintah yang dimulai dari hal kecil kemudian meningkat menjadi lebih besar.
4)  Proses yang terjadi sangat cepat sehingga individu tidak bisa merefleksikan dan berpikir secara mendalam.

Hal ini bisa dicegah dengan diingatkan bahwa ia sendiri mengemban tanggung jawab, individu harus diberi tahu secara jelas bahwa perintah-perintah yang dekskrutif tidak diperbolehkan, dan juga individu perlu meninjau ulang motif dari atasannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar