Jumat, 29 September 2017

NIKMAT LISTRIK MANAKAH YANG KAU DUSTAKAN?


Nikmat berarti segala kebaikan, keenakan, dan semua rasa kebahagiaan. Nikmat juga merupakan sesuatu yang baik dan berlebih dari apa yang telah dimiliki sebelumnya. Nikmat memiliki jenis dan tingkatan yang beraneka ragam, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, banyak atau sedikit, bernilai atau kurang bernilai. Namun terkadang kita tidak merasakan adanya nikmat justru ketika nikmat itu sedang berada pada diri kita. Ini yang disebut kufur nikmat atau bisa juga dikatakan sebagai mendustakan nikmat. Kemudian kita baru sadar akan nikmat setelah nikmat itu hilang atau menjauh dari kita. "Kalau sudah tiada baru terasa, bahwa kehadirannya sungguh berharga" kata Bang Haji Rhoma Irama dalam lagunya.

Salah satu nikmat yang sering lupa kita syukuri adalah adanya listrik. Bahkan kita terlalu sering mendustakan adanya nikmat berupa listrik. Menggunakannya tanpa perhitungan sehingga banyak aliran listrik yang terbuang percuma. Seakan daya listrik tidak berarti sehingga kita pun santai saja dalam menggunakannya. Kita pun terkadang malas untuk bersikap menghemat listrik dan mengurangi unsur mubadzir. Barulah ketika listrik padam kita mulai sadar akan pentingnya listrik dan berhemat listrik.

****


Saat ini kami yang di Madura merasakan betapa listrik itu adalah nikmat. Nikmat yang benar-benar nikmat. Sejak Sabtu 23 September 2017 yang lalu, pasca insiden terbakarnya salah satu kabel SKTT 150 KV di Jembatan Suramadu masyarakat Madura harus merasakan pemadaman bergilir. Selama ini pasokan listrik ke Madura disuplai dengan dua jaringan kabel listrik tegangan tinggi. Saat waktu beban puncak (WBP) membutuhkan daya 221 megawatt (MW). Namun, karena adanya kabel penyuplai yang terbakar akhirnya berimbas pada defisitnya daya listrik. Jadilah kami di empat Kabupaten di Madura harus merasakan pemadaman bergilir.

Sebenarnya masyarakat Madura bisa dikatakan cukup berpengalaman dalam hal listrik padam. Karena Madura telah beberapa kali mengalaminya, dan hampir semua kasus listrik padam karena adanya masalah pada kabel penyuplai listrik ke Madura. Sampai saat ini suplai listrik di Madura memang berasal dari Jawa. Pada tahun 1987 dua kabel laut 150 kV ex BICC mulai dioperasikan. Kabel ex BICC adalah 3 core conductor Cable dengan oil filled type, ditanam 3 meter dalam tanah keras dasar laut pada daerah alur kapal. Lokasi penggelaran kabel berdiameter 150 mm tersebut juga telah disetujui oleh Dirjen Perhubungan Laut. Pada peta Pelabuhan juga dicantumkan larangan lego jangkar disekitar letak kabel laut tersebut, Rambu-rambu dipasang sesuai persyaratan yang ada.

Namun masalah masih tetap saja ada, akibat terganggu atau rusaknya kabel penyuplai. Tercatat beberapa kasus pernah terjadi, diantaranya pada tahun 1994 kabel 2 terganggu atau rusak, diduga kuat tersangkut jangkar kapal "Ocean Competence". Pada tahun 1996 kabel 3 ex Showa terganggu dan rusak yang diduga kuat tersangkut jangkar kapal "Festivity". Selanjutnya di tahun 1997 diketahui kabel 3 terganggu dan rusak disebabkan tersangkut jangkar kapal "Bali Sea". Dan yang sampai saat ini masih sangat membekas dalam ingatan hampir seluruh Masyarakat Madura adalah peristiwa yang terjadi pada hari Jum’at Kliwon tanggal 19 Februari 1999, terjadi gangguan 2 (dua) saluran kabel bawah laut 150 kV secara bersama-sama karena tersangkut jangkar Kapal “Kota Indah” di selat Madura. Akibat kejadian ini seluruh Madura blackout mati total selama 3 bulan. Seluruh Madura gelap, aktivitas terganggu, lilin dan genset laku. Luar biasanya justru kesenian khas Masyarakat Madura seperti ul-daul semakin berkembang. Selanjutnya masih ditahun yang sama pada Agustus 1999, jangkar kapal “Anoman VII” tersangkut kabel di 112 derajat 40 menit dan 30 detik bujur timur. Kejadian ini sempat membuat panik masyarakat Madura, maklum bayangan listrik padam masih sangat membekas setelah merasakan blackout selama 3 bulan. Alhamdulillah proses perbaikan tidak memakan waktu lama.

Bagi masyarakat Madura yang tinggal di kepulauan, hidup tanpa listrik masih dirasakan sampai saat ini. Ya, sampai sekarang disaat negara kita telah merdeka 72 tahun ini. Mereka hanya mengandalkan aliran listrik yang sangat terbatas dari genset-genset milik perorangan. Berbayar cukup mahal, hanya nyala beberapa jam di Malam hari dengan jumlah lampu di tiap rumah yang sangat dibatasi. Tak usahlah pergi ke Pulau yang berjarak cukup jauh dari daratan Madura, ke Pulau Gili Raja yang berjarak sekitar 9,85 km (5,32 mil laut) dari daratan Madura saja kita akan menjumpai kehidupan “tanpa listrik”. Awal bulan lalu ketika saya berkesempatan berkunjung ke Pulau Gili Raja saya benar-benar merasakan perjuangan luar biasa masyarakat disana. Salah satu tokoh masyarakat yang sempat saya ajak bincang-bincang menyampaikan, baru tahun lalu tiang listrik masuk ke Gili Raja dan tahun ini mulai dipasang kabel-kabelnya. “Semoga tahun depan kami sudah bisa menikmati aliran listrik” tandasnya.

Disaat beberapa dari kita mungkin masih tidak berhemat dalam menggunakan aliran listrik, ketahuilah ada masyarakat yang justru merindukan adanya aliran listrik. Maka nikmat listrik manakah yang kau dustakan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar