Kamis, 14 November 2013

Prasangka Sosial dan Diskriminasi

Definisi

Prejudice atau prasangka sosial berasal dari kata latin prejudicium yaitu preseden/ keputusan yang diambil yang tanpa ada penelitian dan pertimbangan cermat, tergesa-gesa, tidak matang. Prasangka  sosial merupakan sikap perasaan orang-orang terhadap golongan manusia tertentu, golongan ras atau kebudayaan yang berbeda dengan golongan orang yang berprasangka itu. Beberapa tokoh psikologi sosial mendefinisikan prasangka sosial sebagai berikut :

·   prasangka sosial adalah penilaian terhadap kelompok atau seorang individu yang terutama didasarkan pada keanggotaan kelompok tersebut, artinya prasangka sosial ditujukan pada orang atau kelompok orang yang berbeda dengannya atau kelompoknya. Prasangka sosial memiliki kualitas suka dan tidak suka pada obyek yang diprasangkainya, dan kondisi ini akan mempengaruhi tindakan atau perilaku seseorang yang berprasangka tersebut. ( David O. Sears dkk, 1991)
· Prasangka sosial didefinisikan sebagai suatu keadaan yang berkaitan dengan sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan. Yaitu, ekspresi perasaan negatif, penunjukkan sikap bermusuhan atau perilaku diskriminatif terhadap anggota kelompok lain. (Manstead dan Hewstone, 1996).
·   Prasangka sosial merupakan suatu sikap yang membenci kelompok lain tanpa adanya alasan yang objektif untuk membenci kelompok tersebut. (Allport dalam Zanden)
·  Prasangka sosial merupakan gejala yang interen yang meminta tindakan pra hukum, atau membuat keputusan-keputusan berdasarkan bukti yang tidak cukup. Dengan demikian bila seseorang berupaya memahami orang lain dengan baik maka tindakan prasangka sosial tidak perlu terjadi. (Kossen)

Sumber Dan Pembentukan Prasangka

Sumber utama yang biasa menghasilkan prasangka adalah perbedaan antar kelompok, yakni perbedaan etnis atau ras, perbedaan posisi dalam kuantitas anggota yang menghasilkan kelompok mayoritas dan minoritas, serta perbedaan ideologi. Dari sudut psikologi perkembangan, terbentuknya prasangka pada manusia merupakan kelangsungan yang tidak berbeda dengan sikap-sikap lainnya. Pembentukan prasangka semacam itu dapat berlangsung terus sejak anak usia dini sampai orang itu menjadi dewasa. Prasangka dapat terbentuk dari usia anak-anak melalui proses belajar social.
Allport merinci lima perspektif dalam menentukan sebab-sebab terjadinya prasangka. Berikut adalah penjelasannya.
a)  Perspektif Histories
Prespektif ini didasarkan atas teori pertentangan kelas, yakni menyalahkan kelas rendah yang inferior; sedangkan mereka yang tergolong dalam kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah. Misalnya, prasangka orang kulit putih terhadap negro mempunyai latar belakang sejarah, orang kulit putih sebagai “tuan’ dan orang Negro sebagai “budak”, antara penjajah dan yang dijajah, dan antara pribumi dan nonpribumi.
b)  Perspektif Sosiokultural dan Situasional
Perspektif ini menekankan pada kondisi saat ini sebagai penyebab timbulnya prasangka, yang meliputi:
1) Mobilitas social, artinya kelompok yang mengalami penurunan status (mobilitas social ke bawah) akan terus mencari alas an tentang nasib buruknya dan tidak mencari penyebab sesungguhnya.
2)  Konflik antar kelompok, prasangka dalam hal ini merupakan realitas dari dua kelompok yang bersaing; tidak selalu disebabkan kondisi ekonomi.
3) Stigma perkantoran, artinya bahwa ketidak amananan dan ketidakpastian di kota disebabkan ‘noda” yang dilakukan kelompok tertentu.
4) Sosialisasi, prasangka dalam hal ini muncul sebagai hasil dari proses pendidikan orang tua atau masyarakat di sekitarnya, melalui proses sosialisasi mulai kecil hingga dewasa.
c)  Perspektif kepribadian.
Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab prasangka yang disebut dengan teori “frustasi agregasi”. Menurut teori ini, keadaan frustasi meruapkan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif.
d)  Perspektif Fenomenologis.
Perspektif ini menekankan pada cara individu memandang atau mempersepsi lingkunganya sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka. Sebagai anggota masyarakat, individu akan menyadari di mana atau termasuk kelompok etnis mana dia. Namun, menurut ahli psikologi sosial, Milton Rokeach,akan lebih menyenangkan / tidak berprasangka bila hidup dengan orang-orang yang mempunyai pikiran sejalan, tidak peduli degan perbedaan fisik. Dari perspektif fenomenologis ini sulit di buktikan teori yang lebih unggul sebab ada fenomena yang memeng bertentangan.
e)  Perspektif Naive
Perspektif ini menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti objek prasangka, tidak menyoroti individu yang berprasangka. Misalnya sifat-sifat orang kulit putih menurut orang Negro atau sebaliknya.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prasangka Sosial
Proses pembentukan prasangka sosial menurut Mar’at dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu;
1.   Pengaruh Kepribadian
Dalam perkembangan kepribadian seseorang akan terlihat pula pembentukan prasangka sosial. Kepribadian otoriter mengarahkan seseorang membentuk suatu konsep prasangka sosial, karena ada kecenderungan orang tersebut selalu merasa curiga, berfikir dogmatis dan berpola pada diri sendiri.
2.  Pendidikan dan Status
Semakin tinggi pendidikan seseorang dan semakin tinggi status yangdimilikinya akan mempengaruhi cara berfikirnya dan akan meredusir prasangka sosial.
3.  Pengaruh Pendidikan Anak oleh Orangtua
Dalam hal ini orangtua memiliki nilai-nilai tradisional yang dapat dikatakan berperan sebagai famili ideologi yang akan mempengaruhi prasangka sosial.
4.  Pengaruh Kelompok
Kelompok memiliki norma dan nilai tersendiri dan akan mempengaruhi pembentukan prasangka sosial pada kelompok tersebut. Oleh karenanya norma kelompok yang memiliki fungsi otonom dan akan banyak memberikan informasi secara realistis atau secara emosional yang mempengaruhi sistem sikap individu.
5.  Pengaruh Politik dan Ekonomi
Politik dan ekonomi sering mendominir pembentukan prasangka social Pengaruh politik dan ekonomi telah banyak memicu terjadinya prasangka sosial terhadap kelompok lain misalnya kelompok minoritas.
6.  Pengaruh Komunikasi
Komunikasi juga memiliki peranan penting dalam memberikan informasi yang baik dan komponen sikap akan banyak dipengaruhi oleh media massa seperti radio, televisi, yang kesemuanya hal ini akan mempengaruhi pembentukan prasangka sosial dalam diri seseorang.
7.  Pengaruh Hubungan Sosial
Hubungan sosial merupakan suatu media dalam mengurangi atau mempertinggi pembentukan prasangka sosial.

Prasangka dan Diskriminasi

Prasangka sosial pada awalnya hanya merupakan sikap-sikap perasaan negatif yang lambat-laun menyatakan dirinya dalam tindakan-tindakan diskriminatif terhadap orang-orang yang termasuk golongan-golongan yang diprasangkai itu tanpa adanya alasan-alasan yang objektif pada pribadi orang yang dikenai tindakan-tindakan diskriminatif. Tindakan-tindakan diskriminatif itu terbagi menjadi dua, diantaranya:
1. Diskriminasi kasar—aksi negatif terhadap objek prasangka rasial, etnis, atau agama—dan kriminalitas berdasarkan kebencian (hate crimes)—kriminalitass yang berdasar pada prasangka rasial, etnis, dan tipe prasangka lainnya. Contoh: James Byrd seorang lelaki afro-amerika yang diseret dibelakang truk hingga meninggal oleh seorang laki-laki berkulit putih dengan prasangka tinggi.
2. Diskriminasi halus: rasisme modern (rasial implicit)—rasisme berusaha menutup-nutupi prasangka di tempat umum, tetapi mengekspresikan sikap-sikap mengecam ketika hal itu aman dilakukan—dan tokenisme—contoh di mana individu menunjukkan tingkah laku positif yang menipu terhadap anggota kelompok out-group kepada siapa mereka merasakan prasangka yang kuat. Kemudian tingkah laku tokenistic ini digunakan sebagai alasan untuk menolak melakukan aksi yang lebih menguntungkan terhadap kelompok ini. Contoh: sebuah bank yang mempekerjakan orang dari etnis tertentu, supaya tidak disangka melakukan diskriminasi juga mempekerjakan masyarakat pribumi. Namun, masyarakat pribumi ini nantinya akan dipersulit untuk kenaikan jabatan.

Upaya Mengatasi Prasangka Sosial

Sesunguhnya mustahil prasangka dapat dihapuskan, sebab selain prasangka sosial itu bersumber interaksi antarmanusia. Namun, prasangka sosial bisa diantisipasi dan dapat didikurangi dampaknya. Para ahli psikologi mengemukan usaha-usaha mengatasi prasangka sosial , yaitu :
1. Dimulai dari pendidikan anak-anak di rumah dan di sekolah oleh orang tua dan guru.
2.  Dengan mengadakan kontak di antara dua kelompok yang berprasangka dan permainan peran atau role playing, yakni orang yang berprasangka diminta untuk berperan sebagai orang yang menjadi korban prasangka, sehingga orang yang berprasangka akan merasakan, mengalami, dan menghayati segala penderitaan yang menjadi korban prasangka.
3. Bersikap berlapang dada dalam bergaul dengan sesama meskipun ada perbedaan.
4.  Menciptakan situasi atau suasana yang tentram, damai, jauh dari rasa permusuhan atau konflik.
5. Dihindarkan dari pengajaran-pengajaran yang dapat menimbulkan prasangka sosial tersebut dan ajaran-ajaran yang sudah berprasangka sosial.
6.  Menerangkan prasangka sosial lewat media massa yang memberikan pengertian dan kesadaran mengenai sebab-sebab dipertahankanya serta mengenai kerugian prasangka sosial bagi masyarakat umum.

Referens :
Baron dan Byrne, 2004. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga
David O. Sears, Jonathan L. Freenman & L. Anne Peplau. 1994. Psikologi Sosial, Jakarta: Erlangga,
Faturochman. 2006. Pengantar Psikologi Sosial, Yogyakarta, Pustaka
Hogg, M. A., & Vaughan, G. M. 2011. Social psychology, 6th ed. Essex: Prentice Hall.
Sabur, Alex, M.si. Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah. Bandung: Pustaka Setia. 2003.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar