Selasa, 26 Februari 2013

KEKELIRUAN DALAM MENAFSIRKAN ARTI BIMBINGAN, MODEL BIMBINGAN DAN PENDEKATAN BIMBINGAN KONSELING


Sampai saat ini kekeliruan dalam menafsirkan arti bimbingan masih terjadi. Bukan saja dari masyarakat awam, namun dari para guru dan praktisi pendidikan pun, kekeliruan dalam menafsirkan arti bimbingan masih sering terjadi. Diantara kekeliruan yang ada tersebut adalah :

1.   Bimbingan identik dengan pendidikan
Pandangan semacam ini tidak tepat, karena sebenarnya bimbingan hanya merupakan salah satu bagian terpadu dari pendidikan untuk tercapainya tujuan pendidikan secara optimal
2.   Bimbingan hanya untuk siswa-siswa yang salah/melanggar aturan (maladjusted)
Pandangan semacam ini juga sangat tidak tepat. Karena bimbingan disekolah diperuntukkan  bagi semua siswa secara menyeluruh dan merata.

3.   Bimbingan berarti bimbingan jabatan/perkerjaan (karier)
Bimbingan tidak hanya ditujukan untuk membantu siswa dalam memilih pekerjaan (karier). Bimbingan harus diselenggarakan dalam segala aspek baik pribadi individu, fisik, mental, sosial, serta aspek akademik.
4.   Bimbingan diperuntukkan bagi murid sekolah lanjutan
Siswa sekolah lanjut berada pada masa remaja, dimana banyak permasalahan yang muncul saat masa remaja. Hal inilah yang menjadi dasar kekeliruan penafsiran bahwa bimbingan konseling hanya diperuntukkan bagi murid sekolah lanjutan. Pandangan semacam ini tidak tepat, bimbingan diperuntukkan bagi anak-anak, remaja dan segala masa perkembangan. Karena masalah itu akan dijumpai dalam masa perkembangan manapun juga.
5.   Bimbingan adalah usaha untuk memberikan nasehat
Bimbingan bukan berarti memberikan nasehat pada seseorang. Bimbingan dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada individu untuk mencapai pemahaman diri, dan tidak terdapat unsur paksaan bagi individu yang bersangkutan.
6.   Bimbingan menghendaki kepatuhan dalam tingkah laku
Pandangan yang sangat keliru apabila yang dikehendaki sebagai hasil bimbingan adalah kepatuhan, akan tetapi hasil bimbingan yang dikehendaki adalah penyesuaian diri dan kemandirian konselie.
7.   Bimbingan adalah tugas para ahli
Program bimbingan memang merupakan tugas seorang ahli, khususnya ahli yang memiliki keahlian dibidangnya. Akan tetapi tidak semua bimbingan harus dilaksanakan oleh ahli. Dalam hal tertentu seorang guru pun bisa berperan dalam proses bimbingan.


MODEL-MODEL BIMBINGAN

1.  Frank Parson, Menciptakan istilah Vocational Guidance yang menekankan ragam jabatan bimbingan dengan menganalisis diri sendiri, analisis terhadap bidang pekerjaan, serta memadukan keduanya dengan berfikir rasional dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan data serta wawancara konseling.
2.  William M. Proctor, (1925), Mengembangkan model bimbingan mengenalkan dua fungsi yaitu fungsi penyaluran dan fungsi penyesuaian menyangkut bantuan yang diberikan kepada siswa dalam memilih program studi, aktivitas ekstra-kurikuler, bentuk rekreasi, jalur persiapan memegang sesuai dengan kemampuan, bakat, minat dan cita-cita siswa.
3.   John M. Brewer, (1932), Mengembangkan ragam bimbingan seperti bimbingan belajar, bimbingan rekreasi, bimbingan kesehatan, bimbingan moral dan bimbingan perkembangan. Model ini tidak hanya mengenai bimbingan jabatan saja.
4.  Donal G. Patterson, (1938), Dalam konseling yang dikenal dengan metode klinis menekankan perlunya menggunakan teknik-teknik untuk mengenai konseli dengan menggunakan tes psikologis dan studi diagnostik.
5.   Wilson Little dan AL. Champman, (1955), Menekankan perlunya memberikan bantuan kepada semua siswa dalam aspek perkembangan siswa dalam bidang studi akademik dalam mempersiapkan diri memangku suatu jabatan dan dalam mengolah pengalaman batin serta pergaulan sosial. Model ini memanfaatkan bentuk pelayanan individual dan kelompok, mengutamakan sifat bimbingan preventif clan preservative clan melayani bimbingan belajar, jabatan clan bimbingan pribadi.
6. Kenneth B. Hoyt, (1962), Mendeskripsikan model bimbingan mencakup sejumlah kegiatan bimbingan dalam rangka melayani kebutuhan siswa di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Model ini menekankan pelayanan individual clan kelompok dan memungkinkan pelayanan yang bersifat preventif, preservative dan remedial  clan mengutamakan ragam bimbingan belajar dan pribadi.
7. Ruth Strabf, (1964), Berpandangan menyangkut bimbingan melalui wawancara konseling. Model ini menekankan bentuk pelayanan individu dan pelayanan secara kelompok dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan dan wawancara konseling
8.  Arthur J. Jones, (1970), Menekankan pelayanan bimbingan sebagai bantuan kepada siswa dalam membuat pilihan-pilihan dan dalam mengadakan penyesuaian diri. Bantuan itu terbatas pada masalah-masalah yang menyangkut bidang studi akademik dan bidang pekerjaan. Model ini juga menekankan bentuk pelayanan individu mengutamakan ragam bimbingan belajar serta bimbingan jabatan dan memberi tekanan pada komponen bimbingan penempatan pengumpulan data serta wawancara.
9.  Chris D. Kehas, (1970), Merumuskan tujuan pendidikan di sekolah memberikan tekanan pada perkembangan kepribadian peserta didik, tetapi di lapangan hanya aspek intelektual yang diperhatikan. Dengan demikian tenaga-tenaga bimbingan hanyalah berfungsi dalam rangka meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar di kelas.
10.  Ralp Moser dan Norman A. Srinthall, (1971), Mengajukan usul supaya di sekolah diberi pendidikan psikologis yang dirancang untuk menunjang perkembangan kepribadian para siswa dengan mengutamakan belajar dinamik-efektif yang menyangkut perkembangan nilai-nilai hidup dan sikap-sikap. Pelayanan bimbingan tidak hanya dibatasi pada mereka yang menghadap konselor sekolah, tetapi sampai pada semua siswa yang mengikuti pendidikan psikologis. Ini merupakan keunggulan modelnya.
11. Julius Menacker, (1976), Model ini menekankan usaha mengadakan perubahan dalam lingkungan hidup yang menghambat perkembangan yang optimal bagi siswa. Keunggulan model ini ialah pandangan tingkah laku seseorang sebaiknya dilihat sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungan hidupnya.


PENDEKATAN DALAM BIMBINGAN KONSELING

Terdapat beberapa pendekatan dalam bimbingan konseling. Myrick, 1993. (Muro & Kotman, 1995) mengemukakan empat pendekatan dasar, yaitu :

1.   Pendekatan Krisis
Pendekatan pemberian layanan bimbingan dan konseling didasarkan pada adanya krisis yang dialami konseli.
2.   Pendekatan Remedial
Pendekatan pemberian layanan bimbingan dan konseling yang menekankan pada kelemahankelemahan yang dimiliki konseli dan upaya pemberian remidi terhadap kelemahan-kelemahan tersebut
3.   Pendekatan Preventif
Pendekatan pemberian layanan bimbingan dan konseling yang menekankan pada pencegahan terjadinya masalah-masalah yang mungkin akan dialami oleh konseli.
4.   Pendekatan Perkembangan
Pendekatan pemberian layanan bimbingan dan konseling yang menekankan pada identifikasi pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan pengalaman yang diperlukan konseli agar berhasil dalam kehidupan akademik, karier, pribadi-sosial.

Konselor dengan orientasi pendekatan perkembangan akan merancang program bimbingan dan konseling yang sesuai dengan tahapan perkembangan konseli sehingga konseli memiliki kesempatan yang seluasluasnya untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman yang diperlukan dalam hidupnya. Program bimbingan dan konseling yang dirancang dengan baik akan mengakomodasikan ketiga pendekatan (Krisis, Remedial dan Preventif) secara seimbang demikian pula pendekatan perkembangan.

2 komentar:

  1. Assalamu'alaikum,,,
    Pak klo bisa materi yg tgl 20 Februari di posting jg...
    yang ada fungsi BK n Jenis layanan BK

    BalasHapus