Selasa, 21 Oktober 2014

Sudah maksimalkah kaderisasi dalam Gerakan Pramuka?



“Kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit.
Untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan,
 pemimpin pada masanya harus menanam.”
- Bung Hatta -

Rasanya pernyataan Bung Hatta tersebut tidak berlebihan mengingat sangat pentingnya kaderisasi. Dalam sebuah organisasi kaderisasi diibaratkan sebagai jantung, tanpa adanya kaderisasi akan sulit bagi organisasi untuk maju dan bertahan lama. Hal ini karena dengan kaderisasi akan tercipta tunas-tunas baru yang nantinya akan memegang tongkat estafet kepemimpinan organisasi. Kaderisasi bukan hanya menciptakan kader yang hebat dalam mengerjakan suatu program, tapi kaderisasi mampu menciptakan kader yang memiliki jiwa pemimpin, memiliki emosi yang terkontrol, kreatif dan mampu menjadi pemberi solusi untuk setiap permasalahan (problem solver) dan yang terpenting mampu mencetak kader yang bisa bermanfaat bagi lingkungannya. Oleh karena itu, kaderisasi tidak bisa dipandang sebelah mata atau bahkan ditiadakan dalam organisasi. Akibat paling utama apabila tidak dilakukan kaderisasi adalah matinya organisasi, hal ini dikarenakan : (1) anggota yang lama  tidak akan selamanya berada dalam suatu organisasi,  (2) organisasi akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi inilah yang mengharuskan anggota suatu organisasi terus meng-update (meningkatkan) kemampuannya (3) persaingan dengan organisasi lainnya menyebabkan organisasi harus kompetitif untuk memenangkan persaingan.
Sebagai sebuah organisasi, Gerakan Pramuka tentunya juga membutuhkan kaderisasi. Bahkan karena begitu pentingnya kaderisasi, Gerakan Pramuka melakukan proses kaderisasi sejak dini bagi anggotanya. Bagi anggota muda Gerakan Pramuka, proses kaderisasi dimulai sejak anak berusia 7 tahun sampai dengan usia 25 tahun. Mereka dibagi dalam kelompok golongan : golongan siaga (usia 7-10 tahun), golongan penggalang (usia 11-15 tahun), golongan penegak (16-20 tahun), golongan pandega (usia 21-25 tahun). Kaderisasi sejak dini tersebut dilakukan agar tujuan Gerakan Pramuka tercapai, yaitu “… membentuk setiap Pramuka memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa dan memiliki kecakapan hidup sebagai KADER BANGSA dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila serta melestarikan lingkungan hidup”.
Dari tujuan Gerakan Pramuka tersebut dapat kita pahami bahwa selain terbentuknya individu yang berkualitas, kaderisasi dalam Gerakan Pramuka juga diharapkan dapat membentuk kader bangsa dalam membangun NKRI. Kaderisasi dalam Gerakan Pramuka disesuaikan berdasarkan penggolongan yang ada, hal ini dimaksudkan agar proses kaderisasi bisa tepat sasaran sesuai pertumbuhan dan perkembangan anggota Gerakan Pramuka. Kaderisasi dalam Gerakan Pramuka dilakukan melalui upaya memberikan sejumlah pengetahuan, pemahaman, keterampilan, pelatihan serta pengembangan diri. Disamping itu untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut Gerakan Pramuka menggunakan sebuah metode yang mencakup :
1.    Pengamalan kode kehormatan Pramuka, berupa janji dan ketentuan moral, yang dirumuskan dalam Dwi Satya dan Dwi Dharma bagi Pramuka Siaga, Tri Satya dan Dasa Dharma bagi Pramuka Penggalang, Penegak, dan Pandega.
2.    Kegiatan belajar sambil melakukan (learning by doing), dalam hal ini pendidikan Kepramukaan bukan hanya teori saja tapi praktek yang praktis, dapat dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari.
3.    Sistem berkelompok (patrol system). Maksudnya adalah dari jumlah anggota 5-8 orang dikelompokkan menjadi satu kelompok dengan pembagian tugas masing-masing. Sehingga mereka antar individu dan antar kelompok dapat berproses belajar dan mengajar saling berkompetisi
4.    Kegiatan yang menantang, dan menarik serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda. Melatih survival, tahan hidup, mengatasi tantangan, dan segala hambatan.
5.    Kegiatan di alam terbuka, yang dapat membuka cakrawala dan wawasan hidup melalui alam. Alam sebagai narasumber disana kita dapat belajar mendapatkan ilmu dan pengalaman dari alam bebas luas ciptaan Tuhan.
6.    Kehadiran orang dewasa yang memberikan dorongan dan dukungan (adult support), dengan menggunakan sistem among ing ngarso sungtulodo, ing madyo mangunkarso, tut wuri handayani
7.    Penghargaan tanda kecakapan, setiap manusia ingin diberi penghargaan mencapai penghargaan itu harus berprestasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana yang diatur  dalam Syarat Kecakapan Umum (SKU), Syarat Kecakapan Khusus (SKK), dan Syarat Pramuka Garuda (SPG) sehingga mereka anak didik menjadi Pramuka teladan.
8.    Satuan terpisah antara putra dan putri, sesuai kodrat dan irodat putra dan putri berebda maka harus dipisah dalam melakukan kegiatan.
Disamping itu sebagai bagian dari kaderasasi didalam Gerakan Pramuka, semua kegiatan dalam Gerakan Pramuka berorientasi mencetak peserta didik menjadi pemimpin. Hal inipun dilakukan sejak dini, seperti halnya mereka di didik menjadi pemimpin melalui pemimpin barung (Siaga), Pemimpin Regu (Penggalang), Pemimpin Sangga (Penegak), Pemimpin Reka (Pandega). Para pemimpin tersebut memimpin dan mengatur setiap kegiatan teman-temannya dalam satuan yang kecil dan jabatan itu dijabat secara bergantian setiap saat. Sehingga seluruh anggota akan merasakan jadi pemimpin dan jadi anggota yang dipimpin.
Akan tetapi upaya, metode dan orientasi yang digunakan sebagai bagian dari kaderisasi tersebut tidak berjalan dengan baik di Gerakan Pramuka. Contoh kecil yang bisa kita lihat misalnya pada metode sistem berkelompok, saat ini masih banyak gugusdepan Gerakan Pramuka yang tidak menerapkannya. Dalam hal kegiatan di alam terbuka, beberapa gugusdepan malah asyik berkegiatan dengan peserta didiknya di kelas-kelas hanya karena alasan tidak ingin ribet. Yang paling parah lagi beberapa oknum di Gerakan Pramuka mengidentikan kaderisasi dengan kekerasan. Akhirnya dalam proses kaderisasi yang dijalankan cenderung mengedepankan kekerasan kepada peserta didiknya. Hal yang paling tampak menunjukkan kaderisasi dalam Gerakan Pramuka kurang berjalan dengan baik yaitu dalam setiap Musyawarah (Ranting, Cabang, Daerah dan Nasional) Gerakan Pramuka selalu kesulitan dalam menentukan kader terbaiknya untuk dipilih menjadi pemimpin kwartir. Ini patut menjadi renungan bagi kita bersama, sehingga kita bisa memperbaiki proses kaderisasi kita. (zs)    




Tidak ada komentar:

Posting Komentar