Senin, 21 Oktober 2013

Interaksi antara Individu dan Kelompok

Definisi

1.    Interaksi
Secara Bahasa : inter (antar/saling); action (tindakan). Secara Etimologishubungan timbal balik antarsesamanya.
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu manusia dengan individu lainnya, antara individu dengan kelompok atau antara kelompok dan individu. Interaksi merupakan proses komunikasi diantara orang-orang untuk saling mempengaruhi perasaan, pikiran dan tindakan.


2.    Individu
Individu berasal dari kata latin, “individuum” yang artinya yang tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Menurut pendapat Dr. A. Lysen kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai suatu kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan.Jadi, indivudu merupakan manusia perseorangan atau suatu makhluk yang sebagai kesatuan terbatas. 

3.    Kelompok
kelompok adalah dua orang atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama, saling berinteraksi, saling adanya ketergantungan dalam mencapai tujuan bersama, adanya rasa kebersamaan dan memiliki, mempunyai norma-normadan nilai-nilai tertentu.

Interaksi antar individu dan antar kelompok

Interkasi antar individu yaitu suatu kejadian dimana Individu yang satu memberikan pengaruh, rangsangan kepada individu lainnya. contoh : orang sedang bercakap-cakap, seorang guru yang memarahi murid yang terlambat.
Interaksi antar kelompok merupakan  interaksi dimana kepentingan individu dalam kelompok merupakan suatu kesatuan, dan berhubungan dengan kelompok lain. contoh : perlombaan sepak bola, tawuran antar kelompok.

Ciri-ciri dan Syarat terjadinya Interaksi Sosial
Menurut Charles P. Loomis, terdapat beberapa ciri interaksi sosial, diantaranya adalah : (1) Jumlah pelaku lebih dari satu orang (2) Komunikasi antarpelaku menggunakan simbol dan lambang (3) Ada dimensi waktu (4) Ada tujuan yang hendak dicapai.
Sedangkan syarat terjadinya interaksi sosial menurut Soerjono Soekanto, jika terpenuhinya 2 syarat, yaitu:
(1)  Kontak sosial
Kontak sosial adalah gejala sosial dimana mereka berhubungan, bertatap muka antara dua individu atau kelompok. contoh : orang berhadapan
Dalam Sosiologi, kontak sosial dapat terjadi dengan atau tanpa hubungan fisik.
Kontak sosial memiliki sifat-sifat:
a)    Bersifat positif jika menghasilkan kerja sama dan bersifat negatif jika menghasilkan pertikaian.
b)    Bersifat primer jika pelaku interaksi bertemu muka langsung. Bersifat sekunder jika melalui suatu perantara
(2)  Komunikasi
Komunikasi adalah penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak lain sehingga terjadi pengertian bersama dan hasilnya berupa reaksi.
Komunikasi memuat komponen-komponen sebagai berikut:
a)    Komunikator : penyampai pesan
b)    Komunikan : penerima pesan
c)    Pesan : segala sesuatu yang disampaikan komunikator
d)    Media : sarana untuk menyampaikan pesan
e)    Efek : perubahan yang terjadi pada komunikan setelah mendapat pesan dari komunikator
Adanya komunikasi menimbulkan kontak sosial. Akan tetapi, adanya kontak sosial belum tentu menimbulkan komunikasi. Interaksi sosial juga dapat terjadi melalui komunikasi nonverbal. Setiap pihak menyadari keberadaan pihak lain yang dapat menyebabkan perubahan perasaan.

Faktor yang mendasari terbentuknya interaksi sosial
Rdapat beberapa faktor yang melandasi Interaksi sosial, baik dari dalam diri manusia itu sendiri maupun dari luar.
1. Faktor dari dalam manusia meliputi:
a)    Dorongan kodrati sebagai makhluk sosial
b)    Dorongan untuk memenuhi kebutuhan
c)    Dorongan untuk mengembangkan diri
2. Faktor dari luar manusia
a)    Imitasi : proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa saja yang dimiliki orang lain. Imitasi bisa membawa dampak positif dan negatif, tergantung dari yang ditiru.
b)    Identifikasi : upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk menjadi samadengan orang lain yang ditirunya.
c)    Sugesti : rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lainnya sedemikian rupa, sehingga orang yang diberikan sugesti tersebut menuruti apa yang disugestikannya tanpa berfikir lagi secara kritis dan rasional (bersifat negatif).
d)    Motivasi : rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lainnya sedemikian rupa, sehingga orang yang diberikan motivasi tersebut menuruti apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh rasa tanggung jawab (bersifat positif).
e)    Simpati : suatu proses kejiwaan, di mana seorang individu merasa tertarik kepada seseorang atau sekelompok orang, karena sikapnya, penampilannya, wibawanya, atau perbuatannya yang sedemikian rupa.
f)     Empati: mirip dengan simpati, tapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja tapi dibarengi perasaan yang sangat dalam.

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Menurut Gillin and Gillin, proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial ada 2, yaitu:
1)    Proses Sosial Assosiatif
Adalah proses sosial yang menuju terbentuknya persatuan/integrasi sosial dan mendorong terbentuknya pranata, lembaga atau organisasi sosial. Yang termasuk proses sosial assosiatif, antara lain:
a)    Kerja sama, merupakan usaha bersama antara individu dengan individu lainnya, antar individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama timbul saat seseorang menyadari bahwa mereka punya kepentingan bersama. Kerja sama menuntut adanya pembagian kerja dan keadilan, sehingga rencana kerja sama dapat tercapai dengan baik untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama akan bertambah kuat bila ada bahaya dari luar yang mengancam kelompoknya.
Jika ditinjau dari segi pelaksanaannya, ada berbagai bentuk kerja sama:
1)    Kerukunan, contoh: tolong menolong dan gotong royong (kerja bakti)
2)    Bergaining, Kerja sama yang pelaksanaannya dengan perjanjian tentang pertukaran barang-barang atau jasa antara dua organisasi atau lebih.
3)    Kooptasi, Suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara menjaga stabilitas dan menghindari terjadinya kegoncangan.
4)    Koalisi, Kombinasi antara 2 organisasi/lebih yang punya tujuan sama.
5)    Joint venture, Kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu.
b)   Akomodasi, kata akomodasi berasal dari kata accommodation yang berarti penyesuaian diri. Secara luas, makna akomodasi adalah suatu bentuk proses sosial yang didalamnya dua atau lebih individu atau kelompok berusaha untuk saling menyesuaikan diri, tidak saling menganggu dengan cara mencegah, mengurangi atau menghentikan ketegangan yang akan timbul atau yang sudah ada sehingga tercapai kestabilan.
Terdapat beberapa bentuk akomodasi mempunyai beberapa bentuk, antara lain:
1)    Koersi (coercion): bentuk akomodasi yang prosesnya melalui paksaan fisik maupun psikologis. Dalam koersi, ada pihak yang lemah dan ada pihak yang kuat.
2)    Kompromi (compromise): bentuk akomodasi yang terjadi karena pihak yang bersengketa saling mengurangi tuntutannya agar tercapai kesepakatan.
3)    Arbitrasi (arbitration): akomodasi dengan menggunakan jasa pihak ketiga karena pihak yang bersengketa tidak mampu menyelesaikan persengketaan. Pihak ketiga ini ditunjuk oleh yang bersengketa atau pihak yang berwenang.
4)    Mediasi (mediation): hampir mirip dengan arbitrasi, hanya saja pihak ketiganya netral dan tidak bisa memutuskan. Ia hanya bisa mengusahakan jalan damai tapi tidak mempunyai wewenang untuk menyelesaikan masalah.
5)    Konsiliasi (consiliation): usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak yang berselisih untuk mencapai mufakat.
6)    Adjudikasi: cara penyelesaian perkara lewat pengadilan.
7)    Gencatan senjata: penangguhan permusuhan pada waktu tertentu karena menunggu jalan keluar yang baik.
8)    Toleransi: bentuk akomodasi tanpa persetujuan formal. Kadang kala toleransi timbul secara tidak sadar dan spontan akibat reaksi alamiah individu.
c)    Asimilasi, merupakan upaya untuk mengurangi perbedaan antarindividu/kelompok untuk menghasilkan suatu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan bersama.
Asimilasi terjadi pada masyarakat yang berbeda kebudayaan sehingga terbentuk kebudayaan baru dalam waktu lama. Asimilasi terjadi setelah melalui tahap kerja sama dan akomodasi.
1)    Syarat-syarat asimilasi:
a.    Terdapat sejumlah kelompok yang punya kebudayaan berbeda.
b.    Terjadi pergaulan antarindividu dan kelompok secara intensif dalam waktu yang lama.
c.    Kebudayaan masing-masing kelompok mengalami perubahan dan penyesuaian diri.
2)    Faktor-faktor yang mendukung terjadinya asimilasi:
a.    Sikap menghargai dan menghormati orang lain dan kebudayaannya.
b.    Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
c.    Persamaan dalam unsur budaya secara universal.
d.    Terjadinya perkawinan campur antarkelompok yang berbeda budaya.
e.    Mempunyai musuh yang sama dan meyakini kekuatan masing-masing untuk menghadapi musuh tersebut.
3)    Faktor yang menjadi penghalang asimilasi:
a.    Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu.
b.    Kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan baru.
c.    Adanya prasangkan buruk terhadap kebudayaan baru.
d.    Adanya perasaan bahwa kebudayaan kelompok tertentu lebih tinggi dari kebudayaan kelompok lainnya, sehingga tidak mau menerima kebudayaan baru.
e.    Adanya perbedaan ciri-ciri fisik, seperti tinggi badan, warna kulit, atau warna rambut.
f.     Adanya perasaan keterikatan yang sangat kuat terhadap kebudayaan yang sudah ada.
d)   Akulturasi, adalah hasil perpaduan dua kebudayaan berbeda yang membentuk suatu kebudayaan baru dengan tidak menghilangkan ciri-ciri kebudayaan masing-masing. Proses akulturasi berlangsung dalam waktu yang lama.

Proses Sosial Disosiatif (oposisi)

Suatu cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Proses sosial disosiatif antara lain:
a.    Persaingan, adalah proses sosial ketika individu-individu/kelompok-kelompok manusia bersaing untuk mendapatkan sesuatu. Persaingan terjadi hampir di setiap bidang kehidupan. Namun persaingan harus dilakukan secara jujur dan sportif.
b.    Kontravensi, adalah proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi biasanya bersifat rahasia. Dalam kontravensi, lawan tidak diserang secara fisik tapi secara psikologis sehingga ia menjadi tidak tenang.
c.    Konflik, adalah proses sosial yang terjadi ketika pihak yang satu berusaha , menyingkirkan pihak yang lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Konflik muncul karena adanya perbedaan perasaan, kebudayaan ataupun perbedaan kepentingan.
Bentuk-bentuk konflik antara lain: (a) Konflik pribadi (b)      Konflik antar kelompok (c) Konflik rasial (d) Konflik antarkelas sosial (e) Konflik politik (f) konflik internasional

Status dan Peranan Individu atau kelompok dalam Interaksi Sosial
Status seseorang menentukan perannya, peran seseorang menentukan perilakunya.
1.    Status (kedudukan)
Adalah posisi seseorang dalam kelompok masyarakat secara umum sehubungan dengan keberadaan orang lain di sekitarnya. Seseorang dapat mempunyai beberapa status karena ikut serta dalam berbagai pola kehidupan.
Ralph Linton memaparkan tiga macam status, yaitu:
a.    Ascribed Status, Status yang diperoleh secara otomatis melalui kelahiran. Status ini bersifat tertutup, yaitu hanya pada orang tertentu saja.
b.    Achieved Status, Status ini diperoleh melalui usaha-usaha yang dilakukan sendiri. Jadi, status ini terbuka bagi setiap orang. Semua orang dapat mencapainya, asalkan memenuhi syarat tertentu.
c.    Ascribed Status, Status ini merupakan pemberian dari orang lain. Status ini umumnya diberikan kepada orang yang berjasa memperjuangkan sesuatu bagi masyarakat.
2.    Peran sosial
Peran adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan status sosialnya. Jika seseorang telah melaksanakan kewajiban dan meminta haknya sesuai dengan status yang disandangnya, maka ia telah melaksanakan perannya. Status dan peran tidak dapat dipisahkan karena tidak ada peran tanpa status dan sebaliknya.

Sumber :

Abu Ahmadi. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Ary H. Gunawan. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineke Cipta
Baron dan Byrne, 2004. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga

Hogg, M. A., & Vaughan, G. M. (2011). Social psychology, 6th ed. Essex: Prentice Hall.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar