a. Pengertian
Kecerdasan Emosi
Kata “emosi” berasal dari bahasa latin,
yaitu emovere, yang berarti “menggerakkan, bergerak” (Goleman,
2006). Menurut Goleman (2006) emosi
merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi berkaitan
dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran.
Goleman (2006) berpendapat
bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengendalikan impuls emosional,
kemampuan untuk membaca perasaan orang lain, dan kemampuan untuk membina
hubungan yang baik dengan orang lain. Sedangkan Salovey
(dalam Goleman, 2006) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan
memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan
perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan.
Baron (dalam Arbadiati, 2007) mengatakan
bahwa kecerdasan emosi merupakan serangkaian kemampuan, kompetensi, dan
kecakapan non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat
berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Pendapat berbeda
dikemukakan oleh Mayer dan Salovey (dalam
Arbadiati, 2007) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan
untuk mengenali perasaan meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu
pikiran dan memahami perasaan dan maknanya serta mengendalikan perasaan secara
mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenal,
memahami dan memaknai perasaan diri sendiri dan orang lain serta mampu
menggunakan perasaan itu untuk memandu pikiran dalam bertindak.
b. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi
Goleman (2006) menyatakan bahwa konsep
kecerdasan emosi meliputi lima aspek utama, yaitu :
1)
Mengenali
Emosi Diri
Mengenali
emosi diri adalah kesadaran diri yaitu tentang perasaan sewaktu perasaan
terjadi, kemampuan mengenali emosi diri merupakan dasar kecerdasan emosional.
Kesadaran diri berarti waspada baik terhadap suasana hati. Kesadaran diri
berarti dapat menjadi pemerhati yang tidak reaktif dan tidak menghakimi
keadaan-keadaan batin. Waspada berarti berada diatas aliran emosi bukan atau
berada dalam aliran emosi. Kekuranganwaspadaan terhadap perasaan diri dapat
membawa bahaya yang besar karena dapat menjadi mudah larut dalam aliran emosi.
Situasi kekerasaan yang terjadi sedikit banyak merupakan hasil perbudakan
emosi. Perbudakan emosi dapat kita hindari jika kita memiliki pemahaman tentang
perasaan sendiri. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasahaan emosi.
Kemampuan mengenali emosi merupakan persyaratan penting untuk mengenali emosi.
Pemahaman akan perasaan memudahkan untuk mengendalikan emosi. Individu yang
sadar akan emosinya sendiri umumnya mandiri dan yakin akan batas-batas yang
dibangun, kesehatan jiwanya bagus dan cenderung berpendapat positif terhadap
kehidupan. Bila suasana hatinya sedang buruk, tidak larut didalamnya dan mampu
melepaskan diri dari suasana hal itu dengan lebih cepat. Ketajaman pola pikir
dapat mengatur emosi.
2)
Mengelola
Emosi
Mengelola
emosi berarti menjaga perasaan agar perasaan terungkap sesuai dengan kesadaran
diri. Mengelola emosi dapat juga berarti penguasaan diri yaitu kemampuan untuk
menghadapi badai emosi yang terjadi dan bukan budak nafsu. Pengendalian bukan
berarti menekan emosi tetapi merupakan keseimbangan emosi, setiap perasaan
mempunyai nilai dan makna. Goleman (2006) menyatakan yang dikehendaki adalah
emosi yang wajar, keselarasan antara perasaan dan lingkungan. Apabila emosi
terlampau ditekan maka akan tercipta kebosananan. Emosi yang tidak dikendalikan
atau terlampau ekstrim dapat menjadi sumber penyakit. Jika kemampuan diatas
dapat dikuasai dan dapat dikelola dengan baik akan memberikan keuntungan. Orang
yang mampu mengelola emosi dengan baik dapat melawan emosi murung, marah, serta
lebih mampu cepat menguasai perasaan-perasaan dan bangkit kembali dalam
kehidupan emosi yang normal. Individu yang rendah kemampuan emosinya cenderung
pesimis terus menerus, bertarung melawan perasaan murung dan mudah marah.
3)
Memotivasi
Diri Sendiri
Menata
emosi sebagai alat ukur untuk mencapai tujuan merupakan hal penting yang
berkenaan dengan memberikan perhatian dalam memotivasi diri sendiri menguasai
diri sendiri serta untuk bereaksi. Menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.
Orang yang mampu memotivasi diri sendiri adalah orang yang memiliki ciri-ciri
mampu mengendalikan kecemasan, memiliki pola pikir yang positif, optimism,
mampu mencapai keadaan flow yaitu keadaan ketika seseorang sepenuhnya
terserap kedalam apa yang sedang dikerjakannya, perhatiannya hanya terfokus
pada apa yang sedang dikerjakannya, serta kesadaran menyatu dengan tindakan.
Kemampuan memotivasi diri dalam hal ini diartikan sebagai kemampuan-kemampuan
untuk membangkitkan dorongan-dorongan dan minat-minat agar dapat mencapai
tujuan yang ingin dicapai.
4)
Mengenali
Emosi Orang Lain
Mengenali
emosi orang lain merupakan untuk membaca perasaan orang lain yang
ditampakkannya melalui isyarat-isyarat yang ditangkap. Ciri orang yang mampu
mengendalikan emosi orang lain adalah mampu berempati. Empati diartikan sebagai
kemampuan yang bergabung pada kesadaran diri yang merupakan “keterampilan
bergaul” dasar. Individu yang memiliki empati tinggi lebih mampu untuk menagkap
sinyal-sinyal yang dibutuhkan atau dikehendaki oleh orang lain.
5)
Membina
Hubungan
Membina
hubungan dengan orang lain adalah keterampilan-keterampilan untuk berhubungan
dengan orang lain yang merupakan kecakapan emosional yang mendukung
keberhasilan dalam bergaul dengan orang lain. Keterampilan membina hubungan
merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan
keberhasilan. Individu yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam
bidang apapun yang berhubungan dengan pergaulan interaksi dengan orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
kecerdasan emosi adalah mengenali emosi diri,
mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain,
dan membina hubungan.
c. Karakteristik
Kecerdasan Emosi
Menurut Goleman (2006) karakteristik
kecerdasan emosi meliputi :
1)
Kesadaran
diri
Kesadaran
diri adalah kemampuan individu untuk mengetahui apa yang dirasakan pada suatu
saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri,
memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri
yang kuat.
2)
Pengaturan
diri
Pengaturan
diri yaitu kemampuan individu menangani emosi sedemikian baik
sehingga
berdampak positif kepada pelaksanaan tugasnya, peka terhadap kata
hati
dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran,
mampu
pulih kembali dari tekanan.
3)
Motivasi
Menggunakan
hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun individu menuju
sasaran, membantu individu mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan
untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustrasi.
4)
Empati
Empati
adalah kemampuan untuk merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami
perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri
dengan bermacam-macam orang.
5)
Keterampilan
sosial
Keterampilan
sosial adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan
dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, mampu
berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk
mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan serta
untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim.
d.
Faktor-Faktor
yang mempengaruhi Kecerdasan Emosi
Terdapat
empat faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang (Goleman, 2006),
yaitu :
1)
Pengalaman
Pengalaman yang dimiliki seseorang dapat
mempengaruhi kecerdasan emosinya. Ketika individu belajar untuk manangani
konflik suasana hati, menangani emosi yang sulit, maka semakin cerdaslah emosi
individu.
2)
Usia
Proses belajar terhadap berbagai macam konflik yang
dihadapi dan dialami oleh individu seiring bertambahnya usianya akan
berpenagruh terhadap kecerdasan emosinya. Jadi semakin tua usia individu maka
kecerdasan emosinya akan lebih baik dibanding dengan usia yang lebih muda.
3)
Jenis
kelamin
Memang
tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam meningkatkan kecerdasan
emosinya. Akan tetapi rata-rata wanita memiliki keterampilan emosi yang lebih
baik dibandingkan dengan pria.
4)
Jabatan
Jabatan
yang diemban oleh seseorang juga mempengaruhi kecerdasan emosinya. Semakin
tinggi jabatan seseorang maka semakin tinggi juga kecerdasan emosionalnya.
e.
Ciri-Ciri
Kecerdasan Emosi
Sebagai bahan rujukan dan pegangan
gambaran kecerdasan emosi yang dimiliki oleh seseorang. Goleman (2006)
mengemukakan tentang ciri-ciri kecerdasan emosional secara spesifik. Ciri-ciri
tersebut meliputi :
1)
Ciri-ciri kecerdasan emosional yang tinggi :
(1)
Dapat mengekspresikan emosi dengan jelas (2) Tidak merasa takut untuk
mengekspresikan perasaannya (3) Tidak didominasi oleh perasaan-perasaaan negatif
(4) Dapat memahami (membaca) komunikasi non verbal (5) Membiarkan perasaan yang
dirasakan untuk membimbingnya (6) Berperilaku sesuai dengan keinginan, bukan
karena keharusan, dorongan dan tanggung jawab (7) Menyeimbangkan perasaan
dengan rasional , logika dan kenyataan (8) Termotivasi secara intrinsic (9) Tidak
termotivasi karena kekuasaan, kenyataan, status, kebaikan dan persetujuan (10) Memiliki
emosi yang fleksibel (11) Optimis, tidak menginternalisasikan kegagalan (12) Peduli
dengan perasaan orang lain (13) Seseorang untuk menyatakan perasaan (14) Tidak
digerakkan oleh ketakutan atau kekhawatiran (15) Dapat mengidentifikasikan
berbagai perasaan secara bersamaan
2)
Ciri-ciri kecerdasan emosional yang rendah :
(1)
Tidak mempunyai rasa tanggung jawab terhadap perasaan diri sendiri, tetapi
menyalahkan orang lain (2) Tidak mengetahui perasaannya sendiri sehingga sering
menyalahkan orang lain, suka memerintah, suka mengkritik, sering menggangu,
sering menggurui, sering memberi nasehat, sering curang, dan senang menilai
orang lain. (3) Suka meyalahkan orang lain (4) Berbohong tentang apa yang ia
rasakan (5) Membiarkan segala hal terjadi atau bereaksi berlebihan terhadap
kejadian yang sederhana (6) Tidak memiliki perasaan dan integritas (7) Tidak sensitif
terhadap perasaan orang lain (8) Tidak mempunyai rasa empati dan rasa kasihan
(9) Kaku, tidak fleksibel, membutuhkan aturan-aturan dan struktural untuk
merasa bersalah (10) Merasa tidak aman dan sulit menerima kesalahan serta
sering merasa bersalah. (11) Tidak bertanggung jawab (12) Pesimistik dan sering
menganggap dunia tidak adil (13) Sering merasa tidak adequate, kecewa,
pemarah, sering menyalahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar