1)
Pengertian Prososial
Baron
& Byrne (2005) mengatakan bahwa perilaku prososial adalah suatu tindakan
menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan
langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan mungkin bahkan
melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong. Gerungan (2000) menyatakan
bahwa perilaku prososial mencakup perilaku yang menguntungkan orang lain yang
mempunyai konsekuensi sosial yang positif sehingga akan menambah kebaikan fisik
maupun psikis. Sedangkan Faturochman (2006) mengartikan perilaku prososial
sebagai perilaku yang memberi konsekuensi positif pada orang lain.
William (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003) membatasi perilaku prososial sebagai perilaku yang memiliki intensi untuk mengubah keadaan fisik atau psikologis penerima bantuan dari kurang baik menjadi lebih baik, dalam arti secara material maupun psikologis. Sears, Freedman, dan Peplau dalam Rufaida (2009) menjelaskan perilaku prososial meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif motif si penolong
Dayakisni
& Hudaniah (2003) menyimpulkan perilaku prososial adalah segala bentuk
perilaku yang memberikan konsekuensi positif bagi si penerima, baik dalam
bentuk materi, fisik ataupun psikologis tetapi tidak memiliki keuntungan yang
jelas bagi pemiliknya. Bentuk yang paling jelas dari prososial adalah perilaku
menolong (Faturochman, 2006). Menurut Delameter & Michener dalam Rufaida
(2009) perilaku prososial muncul atas inisiatifnya sendiri bukan karena paksaan
atau tekanan dari luar. Staub (dalam Sirodj, 2000) berpendapat bahwa perilaku
prososial adalah perilaku yang menguntungkan orang lain yang dilakukan secara
sukarela dan tanpa paksaan.
2)
Aspek-aspek Perilaku
Prososial
Terdapat
beberapa macam aspek-aspek perilaku prososial. Menurut Mussen dkk (dalam Rufaida,
2009) aspek-aspek perilaku prososial antara lain :
a. Berbagi
(sharing), yaitu kesediaan untuk
berbagi perasaan dengan orang lain dalam suasana suka maupun duka.
b. Menolong
(helping), yaitu kesediaan memberikan
bantuan atau pertolongan kepada orang lain yang sedang mengalami kesulitan,
baik berupa moril maupun meteriil. Menolong meliputi membantu orang lain atau
menawarkan sesuatu yang menunjang berlangsungnya kegiatan orang lain.
c. Kerjasama
(cooperating), yaitu kesediaan untuk
bekerja sama dengan orang lain demi tercapainya suatu tujuan. Cooperating
biasanya saling menguntungkan, saling memberi, saling menolong dan menenangkan.
d. Bertindak
jujur (honesty), yaitu kesediaan
untuk melakukan sesuatu seperti apa adanya, tidak berbuat curang terhadap orang
lain.
e. Berderma
(donating), yaitu kesediaan untuk
memberikan secara sukarela sebagian barang miliknya kepada orang yang
membutuhkan.
f. Mempertimbangkan
kesejahteraan orang lain, yaitu memberi sarana bagi orang lain untuk
mendapatkan kemudahan dalam segala urusan, punya kepedulian terhadap orang lain
dengan mengindahkan dan menghiraukan masalah orang lain.
Selanjutnya
Staub (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003) menyatakan ada tiga indikator yang
menjadi tindakan prososial yaitu:
a.
Tindakan
itu berakhir pada dirinya dan tidak menuntut keuntungan pada pihak pelaku.
b.
Tindakan
itu dilahirkan secara sukarela.
c.
Tindakan
itu menghasilkan kebaikan.
3)
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi perilaku prososial
Setiap
perilaku yang muncul pada diri individu selalu ada yang melatarbelakanginya,
begitu juga bila seseorang melakukan perilaku prososial. Menurut Staub dalam
Dayakisni dan Hudaniah (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
prososial yaitu :
a. Self-gain: harapan seseorang
untuk memperoleh atau menghindari kehilangan sesuatu, misalnya ingin
mendapatkan pengakuan, pujian atau takut dikucilkan.
b. Personal values and
norms:
adanya nilai-nilai dan norma sosial yang diinternalisasikan oleh individu
selama mengalami sosialisasi dan sebagian nilai-nilai serta norma tersebut
berkaitan dengan tindakan prososial, seperti berkewajiban menegakkan kebenaran
dan keadilan serta adanya norma timbal balik.
c. Empathy: kemampuan seseorang
untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain.
Sedangkan
Sears (dalam Dahriani, 2007) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku prososial dengan lebih spesifik. Antara lain :
a. Faktor Situasional,
meliputi :
1)
Kehadiran
Orang Lain
Individu yang sendirian
lebih cenderung memberikan reaksi jika terdapat situasi darurat ketimbang bila
ada orang lain yang mengetahui situasi tersebut. Semakin banyak orang yang
hadir, semakin kecil kemungkinan individu yang benar-benar memberikan
pertolongan. Faktor ini sering disebut dengan efek penonton (bystander effect). Individu yang
sendirian menyaksikan orang lain mengalami kesulitan, maka orang itu mempunyai
tanggung jawab penuh untuk memberikan reaksi terhadap situasi tersebut.
2)
Kondisi
Lingkungan
Keadaan fisik lingkungan
juga mempengaruhi kesediaan untuk membantu. Pengaruh kondisi lingkungan ini
seperti cuaca, ukuran kota , dan derajat
kebisingan.
3)
Tekanan
Waktu
Tekanan waktu
menimbulkan dampak yang kuat terhadap pemberian bantuan. Individu yang tergesa-gesa
karena waktu sering mengabaikan pertolongan yang ada di depannya.
b. Faktor Penolong,
meliputi :
1)
Faktor
Kepribadian
Adanya ciri kepribadian
tertentu yang mendorong individu untuk memberikan pertolongan dalam beberapa
jenis situasi dan tidak dalam situasi yang lain. Misalnya, individu yang
mempunyai tingkat kebutuhan tinggi untuk diterima secara sosial, lebih
cenderung memberikan sumbangan bagi kepentingan amal, tetapi hanya bila orang
lain menyaksikannya. Individu tersebut dimotivasi oleh keinginan untuk
memperoleh pujian dari orang lain sehingga berperilaku lebih prososial hanya
bila tindakan itu diperhatikan.
2)
Suasana
Hati
Individu lebih terdorong
untuk memberikan bantuan bila berada dalam suasana hati yang baik, dengan kata
lain, suasana perasaan positif yang hangat meningkatkan kesediaan untuk
melakukan perilaku prososial.
3)
Rasa
Bersalah
Keinginan untuk
mengurangi rasa bersalah bisa menyebabkan individu menolong orang yang
dirugikannya, atau berusaha menghilangkannya dengan melakukan tindakan yang
baik.
2.
Distres
dan Rasa Empatik
Distres diri (personal distress) adalah reaksi pribadi
individu terhadap penderitaan orang lain, seperti perasaan terkejut, takut,
cemas, perihatin, tidak berdaya, atau perasaan apapun yang dialaminya. Sebaliknya,
rasa empatik (empathic concern) adalah
perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain, khususnya untuk berbagi
pengalaman atau secara tidak langsung merasakan penderitaan orang lain. Distres
diri terfokus pada diri sendiri yaitu memotivasi diri untuk mengurangi
kegelisahan diri sendiri dengan membantu orang yang membutuhkan, tetapi juga
dapat melakukannya dengan menghindari situasi tersebut atau mengabaikan
penderitaan di sekitarnya. Sebaliknya, rasa empatik terfokus pada si korban
yaitu hanya dapat dikurangi dengan membantu orang yang berada dalam kesulitan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya.
c.
Orang
yang membutuhkan pertolongan, meliputi :
1)
Menolong
orang yang disukai
Rasa suka awal individu
terhadap orang lain dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti daya tarik fisik
dan kesamaan. Karakteristik yang sama juga mempengaruhi pemberian bantuan pada
orang yang mengalami kesulitan. Sedangkan
individu yang memiliki daya tarik fisik mempunyai kemungkinan yang lebih besar
untuk menerima bantuan. Perilaku prososial juga dipengaruhi oleh jenis hubungan
antara orang seperti yang terlihat dalam kehidupan seharihari. Misalnya,
individu lebih suka menolong teman dekat daripada orang asing.
2)
Menolong
orang yang pantas ditolong
Individu membuat
penilaian sejauh mana kelayakan kebutuhan yang diperlukan orang lain, apakah
orang tersebut layak untuk diberi pertolongan atau tidak. Penilaian tersebut dengan
cara menarik kesimpulan tentang sebab-sebab timbulnya kebutuhan orang tersebut.
Individu lebih cenderung menolong orang lain bila yakin bahwa penyebab
timbulnya masalah berada di luar kendali orang tersebut.
Artikel yang menarik, karena sangat membantu tugas yang sedang saya kerjakan.
BalasHapusKalau boleh tahu referensi dari pembahasan ini apa saja ya? Mungkin daftar pustakanya bisa dicantumkan sekalian. Terimakasih :)
daftar pustakanya mana??
BalasHapuspake buku apa ya?? :D
lumayan buat resferensi..
BalasHapushoho
boleh minta daftar pustaka rujukannya, mas? makasih
BalasHapusthx mantap
BalasHapusthx mantap
BalasHapus