Bimbingan
dan Konseling sebagai profesi pertama kali lahir di Amerika pada
awal abad XX, yaitu ketika Frank Person membuka klinik di Boston untuk memberi
pengarahan kepada para pemuda memperoleh pekerjaan yang sesuai. Pada tahun 1950
an bidang ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, bukan hanya dalam
bidang pekerjaan tetapi merambah pada bidang-bidang pendidikan. Rehabilitasi,
kerumah tanggaan, penanganan tindak kriminal, kenakalan remaja, juga di rumah
sakit, pabrik-pabrik dan bahkan di rumah militer.
Dari segi wilayah geografi, bimbingan dan konseling tidak lagi tidak lagi terbatas hanya di Amerika, tetapi berkembangan menjalar ke Eropa, Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Australia. Tahun 1970-1980 bimbingan dan Konseling masuk ke dalam kurikulum Sekolah Menengah di negeri-negeri yang mengambil sistem pendidikan Barat.
Dari segi wilayah geografi, bimbingan dan konseling tidak lagi tidak lagi terbatas hanya di Amerika, tetapi berkembangan menjalar ke Eropa, Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Australia. Tahun 1970-1980 bimbingan dan Konseling masuk ke dalam kurikulum Sekolah Menengah di negeri-negeri yang mengambil sistem pendidikan Barat.
Munculnya
Bimbingan dan Konseling di Amerika pada awal abad XX merupakan tuntunan logis
dari dinamika masyarakat Amerika ketika itu. Sebagaimana diketahui bahwa
pandangan hidup masyarakat Amerika dan Barat pada umumnya bersumber dari
budayanya yang sekuler dan liberal. Oleh karena itu filosofi dari Bimbingan
Konseling di sana juga tak terlepas dari faham sekuler dan liberal.
Meskipun
konsepsi Bimbingan dan Konseling di Barat dilahirkan oleh para ahli yang tak
diragukan kapasitasnya, tetapi konsep-konsep yang boleh jadi cocok untuk
masyarakat Barat tidak otomatis dapat diterapkan pada masyarakat lain,
masyarakat Islam misalnya. Kesulitan menerapkan prinsip-prinsip Bimbingan dan
Konseling Barat di lingkungan masyarakat Islam disebabkan oleh falsafah hidup
yang berbeda, antara lain :
1. Jika
masyarakat Barat memisahkan Negara dan agama, masyarakat Islam tidak mengenal
pemisahan yang sebenarnya antara agama dan kehidupan, antara masjid dan
lapangan kerja. Bimbingan dan Konseling di masyarakat Islam harus berdiri diatas
prinsip keterpaduan antara agama dan kehidupan duniawi.
2.
Masyarakat Barat menganut kebebasan individual (dan kelompok yang sangat
liberal, tercermin pada pergaulan bebas, norma seksual yang sangat longgar asal tidak
mengganggu orang lain, sementara masyarakat muslim sangat menjunjung tinggi
kesucian perkawinan, kehormatan wanita, berbakti kepada orang tua yang sudah
renta, dan mengagungkan nila-nilai akhlak, iman dan takwa. Masyarakat Islam
tidak mengenal kebebasan individual dalam arti se bebas-bebasnya, karena
dibatasi oleh norma-norma tradisi, agama dan akhlak. Masyarakat muslim masih
menjunjung tinggi prinsip-prinsip berbakti kepada orang tua, sopan santun
social dan tradisi keagamaan.
3.
Banyak hal-hal yang di Barat tidak dipermasalahkan, tetapi pada masyarakat
Islam justeru hal itu diharamkan, misalnya; perjudian, perzinaan, gay,
menyakiti orang tua, boy friend, tukar kunci dan sebagainya.
4.
Pedekatan Bimbingan dan Konseling yang dilakukan di Amerika sendiri menunjukan
kegagalan, seperti yang tercermin dalam angka statistik yang dikutip oleh Dr. Abd.
Rahman Isawi dan seruan kecemasan ahli-ahli sosial AS menyangkut masa depan
generasi mendatang.
Layanan
bimbingan di Amerika Serikat mulai diberikan oleh Jesse B. Davis pada
sekitar tahun 1898-1907. Beliau bekerja sebagai konselor sekolah menengah di
Detroit. Dalam waktu sepuluh tahun, ia membantu mengatasi masalah-masalah
pendidikan, moral, dan jabatan siswa. Pada tahun 1908, Frank Parsons mendirikan Vocational
Bureau untuk membantu para remaja memilih pekerjaan yang cocok bagi
mereka. Tahun 1910, William Healy mendirikan Juvenile Psychopathic
Institut di Chicago. Tahun 1911, Universitas Harvard memberikan kuliah
bidang bimbingan jabatan dengan dosennya Meyer Blomfield. Tahun 1912, Grand
Rapids, Michigan mendirikan lembaga bimbingan dalam sistem sekolahnya.
2.1.1 Tahun 1913 berdiri National
Vocational Guidance di Grand Rapids.
Perkembangan
bimbingan dan konseling di Amerika Serikat sangat pesat pada awal tahun 1950.
Hal ini ditandai dengan berdirinya APGA (American Personal and Guidance
Association) pada tahun 1952. Selanjutnya, pada bulan Juli 1983 APGA
mengubah namnya menjadi AACD (American Association for Counseling and
Development). Kemudian, satu organisasi lainnya bergabung pula dengan AACD,
yaituMilitery Education (MECA).
Dengan demikian, pada saat ini AACD merupakan organisasi profesional bagi para
konselor di Amerika Serikat, dengan 14 divisi (organisasi khusus) yang
tergabung di dalmnya. Di samping itu, pada setiap negara bagian atau wilayah
tertentu terdapat semacam cabang dari masing-masing organisasi tersebut.
Sebagai
suatu organisasi profesi, AACD ataupun organisasi-organisasi divisinya
mengeluarkan jurnal-jurnal secara berkala. Jurnal-jurnal tersebut di antarnya
(1) Journal
of Counseling and Development;(2) Journal of
College Student Personnel; (3) Counselor Education and
Supervision; dan (4) The Career Development Quarterly.
2.1.2 Sejarah perkembangan Bimbingan
dan Konseling di Indonesia
Di
Indonesia, Pelayanan Konseling dalam system pendidikan Indonesia mengalami
beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan
Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan
dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan
di Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia
sejak diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum
1984 dengan memasukkan bimbingan karir didalamnya. Perkembangan BK semakin
mantap pada tahun 2001.
Kegiatan
layanan bimbingan dan konseling di Indonesia lebih banyak dilakukan dalam
kegiatan pendidikan formal di sekolah. Pada awal tahun 1960 di beberapa sekolah
dilaksanakan program bimbingan yang terbatas pada bimbingan akademis. Pada tahun
1964, lahir Kurikiulum SMA Gaya Baru, dengan keharusan melaksanakan program
bimbingan dan penyuluhan. Tetapi, program ini tidak berkembang karena kurang
persiapan prasyarat, terutama kurangnya tenaga pembimbing yang profesional.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka pada dasawarsa 60-an Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, dan diteruskan oleh Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(1963) membuka Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan yang sekarang dikenal di
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan nama Jurusan Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan (PPB).
Setelah
dirintis dalam dekade 60-an, bimbingan dicoba penataannya dalam dekade 70-an.
Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) membawa harapan baru pada
pelaksanaan bimbingan di sekolah karena staf bimbingan memegang peranan penting
dalam sistem sekolah pembangunan. Secara formal bimbingan dan konseling
diprogramkan di sekolah sejak diberlakukannya kurikulum 1975 yang menyatakan
bahwa bimbingan dan penyuluhan merupakan bagian integral dalam pendidikan di
sekolah. Pada tahun 1975 berdiri ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) di
Malang. IPBI ini memberikan pengaruh terhadap perluasan program bimbingan di
sekolah.
Setelah
melalui penataan, dalam dekade 80-an, bimbingan diupayakan agar lebih mantap.
Pemantapan terutama diusahakan untuk mewujudkan layanan bimbingan yang
profesional. Upaya-upaya dalam dekade ini lebih mengarah pada profesionalitas
yang lebih mantap. Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade
ini adalah penyempurnaan kurikulum dari Kurikulum 1975 ke Kurikulum 1984. Dalam
kurikulum 1984, telah dimasukkan bimbingan karier di dalmnya. Usaha memantapkan
bimbingan terus dilanjutkan dengan diberlakukannya UU No. 2/1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya pada masa yang akan datang.
Penataan
bimbingan terus dilanjutkan dengan dikeluarkannya SK Menpan No. 84/1993 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam Pasal 3 disebutkan tugas
pokok guru adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan,
evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan
tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi
tanggung jawabnya.
Selanjutnya,
pada tahun 2001 terjadi perubahan nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan
Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN).
Pemunculan nama ini dilandasi terutama oleh pemikiran bahwa bimbingan dan
konseling harus tampil sebagai profesi yang mendapat pengakuan dan kepercayaan
publik.
Referensi
Buku Bimbingan &
Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, Refika Aditama
Djumhar dan Moh. Surya. 1975.
Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance & Counseling). Bandung : CV
Ilmu.
Shertzer, B. & Stone, S.C. 1976.
Fundamental of Gudance. Boston : HMC
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Cetakan ke dua.
Winkel, W.S,.2005. Bimbingan dan
Konseling di Intitusi Pendidikan, Edisi Revisi. Jakart a: Gramedia.
Assalamualaikum, Mohon izin untuk dijadikan Referensi ya Bg
BalasHapus