Overview
Pendekatan Behavioristik dalam Konseling
§ John B. Watson
Pendiri Behaviorisme ini adalah seorang behavioris
radikal yang pernah menyatakan bahwa ia bisa mengambil sejumlah bayi yang sehat
dan menjadikan bayi-bayi itu apa saja yang diinginkannya – dokter, ahli hokum,
seniman, perampok, pencopet – melalui bentukan lingkungan. Jadi, Watson
menyingkirkan dari psikologi konsep-konsep seperti kesadaran, determinasi diri,
dan berbagai fenomena subjektif lainnya.
§ B. F. Skinner
Skinner menyatakan bahwa kondisi-kondisi tertentu
seringkali mengontrol seseorang untuk berperilaku, hal ini terjadi baik diruma,
disekolah, dirumah sakit, bahkan dipenjara sekalipun. Seorang konselor akan
merubah perilaku klien sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dia akan
menciptakan kondisi tertentu. Selain itu skinner juga menolak anggapan bahwa
kepribadian manusia ditentukan oleh pengalaman masa lalu seperti yang
diungkapkan Freud.
§ Albert Bandura
Bandura
menunjukkan bahwa sebagian besar proses belajar yang muncul melalui pengalaman
langsung juga bisa diperoleh melalui pengamatan terhadap tingkah laku orang
lain. Ia mengungkapkan bahwa salah satu pross fundamental yang memungkinkan
klien mempelajari tingkah laku baru adalah imitasi atau percontohan social yang
disajikan oleh terapis.
Tiga
Teori Utama Pendekatan Behavioristik
1.
The
Stimulus-Response Model
aplikasi dari classical
conditioning
UCS ® UCR
CS+ UCS ® UCR
CS ® CR
2.
Applied Behavior Analysis
ABA
(Applied Behavior Analysis) adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik
untuk suatu maksud (dalam ilmu pengetahuan atau lainnya). Jadi yang dimaksud
dengan metode ABA (Applied Behavior Analysis) adalah prosedur perubahan
perilaku untuk membantu individu membangun kemampuan dengan ukuran nilai-nilai
yang ada. Teori ini menyandarkan pada
operant conditioning dengan pemberian ganjaran kepada individu atas
pemunculan tingkah lakunya (yg diharapkan) pada saat tingkah laku itu muncul
3.
Sosial – Kognitif Theory
o
observational
learning, imitation, sosial modeling, dan vicarious learning
o menekankan pada self-regulation dari perilaku
·
perilaku
didasari oleh tiga sistem
pengaturan ► eksternal stimulus events, External reinforcement, cognitive mediational
processes.
Pandangan
Tentang Manusia
Pandangan pendekatan
behavioristik terhadap hakekat manusia adalah
Ø Prilaku manusia merupakan hasil dari belajar
Ø Manusia bersifat mekanistik (merespon pada lingkungan
dengan kontrol yang terbatas
Ø Hidup
dalam alam deterministic
Ø Memiliki
sedikit peran aktif dalam memilih martabatnya
Ø Manusia
berorientasi dengan lingkungan
Ø Manusia memiliki kebutuhan bawaan yang dipelajari
Ø Manusia
bersifat unik
Ø Tingkah
laku manusia bertujuan untuk memperoleh kepuasan
Ø Manusia
dapat berubah tingkah lakunya tanpa adanya pemahaman diri
Ø Dari sudut teori belajar manusia bersifat reaktif
Ø Reaksi
individu dipengaruhi oleh aspek genetic
Tujuan Konseling
Tujuan
konseling behavioral adalah untuk membantu klien membuang responrespon yang
lama merusak diri, dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat.
Tetapi ini berbeda dengan terapi lain, dan pendekatan ini ditandai oleh:
a. Fokusnya pada
perilaku yang tampak dan spesifik.
b. Kecermatan
dan penguraian tujuan-tujuan treatment (perlakuan).
c. Formulasi
prosedur treatment khusus sesuai dengan masalah khusus.
d. Penilaian
objektif mengenai hasil konseling.
Hubungan
klien dan konselor
Dalam
kegiatan konseling, konselor memegang peranan aktif dan langsung. Hal ini bertujuan
agar konselor dapat menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan
istilah-istilah klien sehingga diharapkan kepada perubahan perilaku yang baru.
Sistem dan prosedur konseling behavioral amat terdefinisikan, demikian pula peranan
yang jelas dari konselor dan klien.
Klien
harus mampu berpartisipasi dalam kegiatan konseling, ia harus memiliki motivasi
untuk berubah, harus bersedia bekerjasama dalam melakukan aktifitas konseling,
baik ketika berlangsung konseling maupun di luar konseling.Dalam hubungan
konselor dengan klien beberapa hal di bawah ini harus dilakukan:
a.
konselor memahami dan menerima klien;
b.
keduanya bekerjasama;
c.
konselor memberikan bantuan dalam arah yang diinginkan klien.
Role
of counselor
Konselor berfungsi sebagai konsultan, guru, penasehat, penguat,
fasilitator, instruktur atau pengawas dari orang-orang di lingkungan klien yang
membantu dalam proses perubahan
Konselor yang berorientasi sosial – kognitif berperan sebagai model
Tujuan dari konselor behavioral ingin membantu klien membentuk
penyesuaian diri yang baik dalam lingkungan hidup, pencapaian pribadi, dan
obyektifitas profesional
Teknik Konseling
Behaviorisme yang Digunakan
Seorang
konselor harus memberikan rambu-rambu terhadap nilai atau keyakinan yang
konseli anut, membangkitkannya, mengingatkannya, kemudian bersama-sama menemukan
penjelasan dan bukti, resiko, data dan informasi kehidupan yang ia hadapi.
Barulah konseli diajarkan membuat keputusan, pilihan dan ketegasan sikap terhadap
masalah yang ia hadapi. Dengan kata lain konseli memahami dengan sendirinya
perbedaan-perbedaan dan keputusan yang ia ambil dengan sendirinya. Dan diharapkan
konseli mempunyai keterampilan ketegasan diri dalam menghadapi sebuah pilihan
atau masalah hidup. Teknik yang digunakan :
1.
Desensitisasi Sistematis
Mc.
Kay (1981) menjelaskan bahwa desensitisasi merupakan alat yang dikembangkan
untuk menurunkan kecemasan dengan menggantikan kecemasan tersebut melalui
respon alternative yang berlawanan seperti relaksasi. Teknik ini bekerja atas
dasar prinsip reciprocal inhabitation (hambatan hubungan timbal balik) yaitu
proses dimana suatu tingkat kecemasan yang berlebihan dihambat dengan
kecemasan. Menurut Corsini dan Wedding (1989). Desensitisasi merupakan teknik
relaksasi yang berdasarkan pada imagery atau yang sering disebut dengan imagery
Based Techniques. Desensitisasi merupakan perlakuan yang tepat bagi reaksi
cemas yang tidak realistis serta reaksi cemas yang tidak terjadi karena
seseorang tidak mengetahui bagaimana berperilaku dalam situasi yang menimbulkan
indikator dari aktivitas para simpatis. Proses ini digambarkan oleh Wolpe
sebagai counter conditioning.
Proses Desensitisasi
Proses Desensitisasi
a.
Klien Individual.
b.
Klien Kelompok.
2.
.Terapi Impulsif.
Dalam kamus Psikologi
(J.P. Chaplin) terapi implusif adalah salah satu terapi tingkah laku dimana
disajikan perangsang-perangsang yang dapat menimbulkan kecemasan dalam
imajinasi, sedang pasien didorong dan diberanikan untuk mengalami kecemasan itu
sehebat-hebatnya atau sedalam mungkin. Karena situasinya tidak mengandung
bahaya yang objektif, maka reaksi kecemasannya tidak diperkuat, dan secara
berangsur-angsur dapat dimusnahkan atau dipadamkan.Terapi ini dikembangkan
berdasarkan atas asumsi bahwa seseorang yang secara berulang-ulang dihadapkan
pada suatu situasi pemicu kecemasan dan hal-hal yang menakutkan ternyata
konsekuensi yang diharapkan tidak muncul, akhirnya stimulus yang mengancam
tidak memiliki kekuatan dan neurotiknya menjadi hilang.
3.
Latihan Perilaku Asertif
Latihan asertif dalam
terapi tingkah laku merupakan teknik yang dipakai terapis dengan menggunakan
model-model pola tingkah laku yang tegas bagi kliennya. Latihan ini berguna
untuk membantu orang yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung,
kesulitan menyatakan “tidak”, atau mengungkapkan afeksi dan
respon positif lainnya. Cara yang digunakan adalah permainan peran dengan bimbingan konselor dan diskusi kelompok.
respon positif lainnya. Cara yang digunakan adalah permainan peran dengan bimbingan konselor dan diskusi kelompok.
4.
Pengkondisian Aversi
Teknik
pengkondisian aversi digunakan untuk meredakan perilaku yang tidak diinginkan
dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan sehingga perilaku yang
tidak diinginkan tidak muncul. Stimulus yang tidak menyenangkan diberikan
secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak diinginkan.
Stimulus-stimulus aversi biasanya berupa hukuman dengan sengatan listrik atau
pemberian ramuan yang membuat mual.Perilaku yang dapat dimodifikasi dengan
teknik pengkondisian aversi adalah perilaku maladaptif, seperti merokok, obsesi
kompulsi, penggunaan zat adiktif, penyimpangan seksual.
5.
Pembentukan Perilaku Model.
Modeling dapat
digunakan sebagai pembentukan perilaku baru dan mempertahankan atau memperkuat
perilaku yang sudah terbentuk. Dalam teknik ini peran konselor difungsikan
sebagai penunjuk perilaku model yang harus ditiru. Sarana yang bisa dipakai
sebagai model dapat dilakukan dengan model audio, model fisik, model hidup atau
model lainnya yang dapat dicontoh. Setelah itu klien diberi reinforcement jika
dia dapat meniru perilaku model tersebut.
6.
Kontrak Perilaku.
Kontrak
Perilaku didasarkan pandangan bahwa membantu klien untuk membentuk perilaku
tertentu yang diinginkan dan memperoleh ganjaran tertentu sesuai dengan kontrak
yang disepakati. Dalam hal ini individu mengantisipasi perubahan perilaku
mereka atas dasar persetujuan bahwa beberapa konsekuensi akan muncul.
Kontrak Perilaku adalah persetujuan antara dua orang atau lebih ( konselor dan klien ) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien. Konselor dapat memilih perilaku yang realistik dan dapat diterima oleh kedua belah pihak. Setelah perilaku dimunculkan sesuai dengan kesepakatan, ganjaran dapat diberikan kepada klien. Dalam terapi ini ganjaran positif terhadap perilaku yang dibentuk lebih dipentingkan daripada pemberian hukuman jika kontrak perilaku tidak berhasil.
Kontrak Perilaku adalah persetujuan antara dua orang atau lebih ( konselor dan klien ) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien. Konselor dapat memilih perilaku yang realistik dan dapat diterima oleh kedua belah pihak. Setelah perilaku dimunculkan sesuai dengan kesepakatan, ganjaran dapat diberikan kepada klien. Dalam terapi ini ganjaran positif terhadap perilaku yang dibentuk lebih dipentingkan daripada pemberian hukuman jika kontrak perilaku tidak berhasil.
Keunikan dan aspek yang kuat dari
pendekatan
behavioral
Pendekatan Behavioralistik dalam konseling memiliki beberapa keunikan
dianataranya adalah :
·
Fokus pada masalah yang terjadi pada saat ini
·
Secara langsung berhubungan dengan simtom-simtom (gejala-gejala)
·
Memiliki beberapa teknik yang dapat digunakan oleh konselor
·
Berdasarkan pada teori belajar.
·
Didukung dengan riset yang bagus tentang bagaimana teknik behavioral
mempengaruhi proses konseling
·
Pendekatan
ini bersifat objektif dalam mendefinisikan dan memahami suatu masalah
Sedangkan Keterbatasan
dari pendekatan behavioristik adalah :
·
Hanya menilai berdasarkan perilaku yang tampak, bukan keutuhan dari
subyek
·
Kadang-kadang diaplikasikan secara mekanis
·
Paling
baik dilakukan dalam kondisi terkontrol, yang sulit untuk diulangi dalam situasi konseling normal
·
Terdiri dari teknik baru yang mungkin muncul sebelum teorinya
·
Mengabaikan masa lalu klien dan kekuatan bawah sadar
·
Tidak mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan
·
Merencanakan klien agar berperilaku pada tingkatan yang dapat ditoleransi,
menguatkan konformitas, dengan menahan kreativitas dan mengabaikan kebutuhan
klien untuk pemenuhan diri (self-fulfillment), self actualization, dan
merasa berarti
Thank's Infonya Bray .. !!!
BalasHapuswww.bisnistiket.co.id