Overview
Terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Pealrs
adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa
individu-individu harus menemukan jalan
hidupnya sendiri dan menerima tanggung
jawab pribadi jika mereka berharap kematangan.
Konsep Dasar
1. Manusia dalam kehidupannya selalu aktif
sebagai suatu keseluruhan.
2. Setiap individu bukan semata-mata
merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung,
otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian
tersebut.
3. Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan
dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
4. Setiap individu memiliki kemampuan untuk
menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan
kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan
pribadi.
Hakikat manusia menurut Gestalt
:
1. Hanya
dapat dipahami dalam keseluruhan konteksnya
2. Merupakan bagian dari lingkungannya dan
hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu
3. Aktor bukan reaktor
4. Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya
sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya
5. Dapat memilih secara sadar dan bertanggung
jawab
6. Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya
secara efektif.
Dalam hubungannya dengan perjalanan
kehidupan manusia tidak ada yang “ada” kecuali
“sekarang”. Masa lalu telah pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena
itu yang menentukan kehidupan manusia adalah masa sekarang.
Kecemasan “kesenjangan antara saat sekarang
dan yang akan datang” Jika individu
menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu terpukau pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan.
Unfinished business (urusan yang tak selesai) merupakan perasaan-perasaan yang tidak
tersalurkan/terungkapkan seperti :
dendam, kemarahan, kebencian, sakit
hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran,
perasaan-perasaan dibawa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang
menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan
sampai ia berani menghadapi
dan menangani/mengatasinya
ASUMSI TINGKAH
LAKU BERMASALAH
a.
Individu
bermasalah karena terjadi
pertentangan antara kekuatan “top dog” dan keberadaan “under dog”
·
Top
dog adalah kekuatan yang
mengharuskan, menuntut, mengancam
·
Under
dog adalah keadaan
defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi.
b.
Perkembangan yang
terganggu karena terjadi
ketidakseimbangan antara
apa-apa yang harus (self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self)
c.
Terjadi
pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis
d.
Ketidakmampuan
individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
e.
Mengalami
gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang
f.
Melarikan
diri dari kenyataan yang harus dihadapi
Spektrum
tingkah laku bermasalah :
a)
Kepribadian
kaku (rigid)
b)
Tidak
mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap tergantung
c)
Menolak
berhubungan dengan lingkungan
d)
Memeliharan
unfinished bussiness
e)
Menolak
kebutuhan diri sendiri
f)
Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih” .
TUJUAN KONSELING
Tujuan utama :
Membantu klien
berani menghadapi tantangan
dan kenyataan yang harus
dihadapi.
Klien dapat
berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak
untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya.
Tujuan spesifik
:
1.
Membantu
klien agar dapat memper-oleh
kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta menda-patkan insight secara penuh
2.
Membantu
klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya
3.
Mengentaskan
klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur
diri sendiri (to be true to himself)
4.
Meningkatkan
kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip
Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan
selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.
Proses dan fase konseling
1)
Fase I, membentuk pola pertemuan terapeutik agar
terjadi situasi yang memungkinkan perubahan perilaku klien.
2)
Fase II, pengawasan, yaitu usaha konselor untuk
meyakinkan klien untuk mengikuti posedur konseling.
3)
Fase III, mendorong klien untuk mengungkapkan
perasaan-perasaan dan kecemasannya.
4)
Fase IV (terakhir), setelah terjadi pemahaman diri
maka pada fase ini klien harus sudah memiliki kepribadian yang integral sebagai
manusia individu yang unik.
TEKNIK KONSELING
Prinsip Kerja Teknik
Konseling Gestalt
a. Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor menekankan bahwa konselor
bersedia membantu klien tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor
menekankan agar klien mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.
b. Orientasi Sekarang dan Di Sini, Konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau motif-motif
tidak sadar, tetapi memfokuskan keadaan sekarang. Masa lalu hanya dalam
kaitannya dengan keadaan sekarang, Konselor tidak bertanya dengan
pertanyaan “mengapa”.
c. Orientasi
Eksperiensial, konselor meningkatkan kesadaran klien tentang diri sendiri dan
masalah-masalahnya, sehingga klien mampu mengintegrasikan kembali dirinya : klien mempergunakan kata ganti personal, klien mengubah kalimat pertanyaan menjadi
pernyataan, klien mengambil peran
dan tanggung jawab, klien menyadari
bahwa ada hal-hal positif dan/atau negative pada diri atau tingkah lakunya
Teknik-teknik Konseling
Gestalt
1.
Permainan
Dialog
Teknik
ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogkan dua kecenderungan yang saling
bertentangan, yaitu kecenderungan top dog
dan kecenderungan under dog, misalnya
: kecenderungan
orang tua lawan kecenderungan anak, Kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh, Kecenderungan otonom lawan kecenderungan
tergantung, Kecenderungan
kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah
Melalui dialog yang kontradiktif ini,
menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada
suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko
Penerapan permainan dialog ini dapat
dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.
2.
Latihan
Saya Bertanggung Jawab
Teknik untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya
dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain.
Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian
klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “...dan saya
bertanggung jawab atas hal itu”.
Misalnya : “Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan
itu”, “Saya tidak tahu apa
yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan
itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”.
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu
meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini
diingkarinya.
3.
Bermain
Proyeksi
Proyeksi : Memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak
mau melihat atau menerimanya.Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada
orang lain. Sering terjadi,
perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang
dimilikinya. Dalam teknik
bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan
hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
4.
Teknik
Pembalikan
Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan
pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk
memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
Misalnya : Konselor memberi kesempatan kepada klien untuk
memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan
5.
Tetap
dengan Perasaan
Teknik ini dapat
digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak
menyenangkan dan ia sangat
ingin menghindarinya. Konselor
mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya
itu. Kebanyakan
klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari
perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk
bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan
mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingkah laku dan perasaan
yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang
lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya membutuhkan
keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin
dihindarinya itu.
Keunggulan pendekatan
Gestalt
a)
Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau
yang relevan ke saat sekarang.
b)
Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan
pesan-pesan tubuh.
c)
Terapi Gestalt menolak mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan untuk
tidak berubah.
d)
Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan makna dan
penafsiran-penafsiran sendiri.
e)
Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan langsung
menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah klien.
Kelemahan Pendekatan Gestalt
a)
Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori yang kukuh
b)
Terapi Gestalt cenderung anti intelektual dalam arti kurang memperhitungkan
faktor-faktor kognitif.
c)
Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi
mengabaikan tanggung jawab kita kepada orang lain.
Sumber :
Corey Gerald, Teori
dan Praktek Konseling & Psikoterapi, 2010, Bandung: PT Refika Aditama
S. Willis Sofyan, Konseling Individual Teori dan Praktek, 2004, Bandung: Alfabeta, CV
Siswohardjono
Aryatmi, Perspektif Bimbingan Konseling dan Penerapannya di Berbagai Institusi,
1991, Semarang: Satya Wacana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar