Definisi
Ketertarikan Interpersonal adalah sikap seseorang
mengenai orang lain di mana ketertarikan meliputi evaluasi sepanjang suatu dimensi
yang berkisar dari sangat suka hingga sangat tidak suka.
Ketertarikan
interpersonal mengacu pada perasaan-perasaan positif terhadap orang lain.
Ahli-ahli psikologi menggunakan istilah ini untuk mencakup berbagai pengalaman,
termasuk rasa menyukai, pertemanan, kekaguman, ketertarikan seksual, dan cinta
(Dayakisni & Yuniardi, 2008; Matsumoto, 2008).
Faktor yang
mempengaruhi daya tarik interpersonal
Bringham (dalam
Dayakisni: 2008) mendfinisiakn daya tarik interpersonal sebagai satu
kecenderungan untuk menilai seseorang atau suatu kelompok secara positif, dan
berperilaku secara positif, sesuai apa adanya. Faktor yang mempengaruhi hal-hal
tersebut adalah :
1. Kesamaan (Similarity)
Sikap, nilai, minat, latar belakang dan
kepribadian yang sama, bisa menyebabkan individu tertarik dengan orang lain.
Dalam membangun satu hubungan kesamaan bisa menjadi dasar untyuk membangun
hubunga yag lebih baik danpositif. Itulah sebabnya mengapa kita bisa cepat
akrab denga orang sedaerah, padahal baru saja kita kenal.
2. Kedekatan (Proximity)
Kedekatan merujuk pada bentuk teritorial.
Dekatnya jarak individu dengan orang lain, mengakibatkan bentuk hunbungan
menjadi lebihbaik Misalnya dalam bertetangga. Tapi tidak selalu demikian, jika
tidak ada interaksi yang intens, maka kedekatan teritorial bukanlah satu
jaminan hubungan akn terus bertahan.
3. Keakraban (Familiarity)
Robert zajonc menjelaskan tentang efek
terpaan, bahwasannya orang mengembangkan perasaan positif pada obyek dan
individu yang serinag mereka lihat.
4. Daya tarik fisik
Ketertarikan pada seseorang
seringkali dimulai dengan daya tarik fisiknya terlebih dahulu. Karena factor
ini merupakan factor yang muncul pada awal proses ketertarikan interpersonal
yang sangat sulit untuk direkayasa.
5. Kemampuan (Abilty)
Orang yang kompeten, pintar akan lebih
disukai dari pada yang tidak kompeten dan pintar, karean adanya reward yang
diberikan kepada kita. Misalnya orang yang pintar bisa memudahkan permasalahan
yang kita hadapi.
6. Kesukaan secara timbal balik (Reciprocal
Liking)
Individu cenderung akan mengulang
perilakunya apabila mendapatkan keuntungan ataupun penghargaan dari perilakunya
tersebut. Oleh karena itu, halini juga menjadi factor timbulnya ketertarikan
interpersonal.
7. Saling melengkapi (Complementary)
Kondisi untuk saling melengkapi satu
individu dengan yang lainnya menyebabkan timbulnya ketertarikan antar individu.
Teori – teori
Ketertarikan
Ada beberapa teori
yang bisa menjelaskan mengapa manusia bisa saling tertarik satu dengan yang
lain. Teori-teori tersebut adalah:
1. Teori kognitif
Teori kognitif menekankan proses berpikir
sebagai dasar yang menentukan tingkah laku. Tingkah laku sosial dipandang
sebagai suatu hasil atau akibat dari proses akal. Jika seseorang berpikir bahwa
orang lain dapat memberikan keseimbangan terhadap apa yang kita cari maka
kemungkinan besar kita akan menyukainya.
2. Teori penguatan
Teori penguatan berusaha menemukan
bagaimana ketertarikan datang untuk pertama kalinya. Dasar teori ini cukup
sederhana, yaitu bahwa orang ditarik oleh hadiah dan ditolak oleh hukuman.
Semua ketertarikan antar pribadi diterangkan dalam hal belajar di mana untuk
berhubungan secara positif dengan hadiah, dan untuk berhubungan secara negatif
dengan perangsang hukuman. Kita kemudian akan lebih suka menjadi tertarik
kepada orang orang yang menghadiahi atau menghargai kita daripada orang-orang
yang menghukum kita dengan kritikan atau menghina kita.
3. Teori interaksionis
Teori ini dikembangkan di dalam situasi
alamiah di mana suatu keputusan selalu dihubungkan kepada situasi sosial di
mana seseorang menemukan dirinya. Teori ini lebih menitikberatkan pada
ketertarikan antar pribadi sebagai suatu konsep.
Ketertarikan menghasilkan
hubungan dekat
Triangular
theory of love yang diajukan oleh Sternberg (2001)
menyatakan bahwa cinta mempunyai tiga komponen dasar:
1. intimacy (hubungan dekat), rasa kedekatan dan
pertautan, Matsumoto (2008) menambahkan bahwa keintiman mengacu pada
kehangatan, kedekatan, dan berbagai dalam sebuah hubungan;
2. passion(keinginan), rasa ingin bersatu dengan orang lain; dan
3. commitment (tanggung jawab), keputusan untuk
memelihara hubungan dalam jangka waktu yang sangat lama, dan mengacu pada niat
untuk mempertahankan hubungan meski dihadapkan pada berbagai kesulitan
(Matsumoto, 2008).
Banyak informasi
yang didapat dari penelitian-penelitian lintas budaya yang menyatakan bahwa
konsep ketertarikan, cinta, dan keintiman berbeda pada tiap-tiap budaya.
Perbandingan budaya-budaya dalam memandang cinta dapat menjadi pertimbangan. Di
Amerika pada umumnya orang-orang
merasakan bahwa cinta adalah sesuatu yang dibutuhkan dan kadang-kadang
merupakan unsur yang cukup bagi terbentuknya hubungan romantis jangka panjang
dan perkawinan. Orang-orang Amerika cenderung akan menikah dengan orang-orang
yang dicintainya (Dayakisni & Yuniardi, 2008).
Dalam budaya-budaya
lain cinta mungkin tidak menjadi pertimbangan untuk hubungan jangka panjang dan
perkawinan. Bahkan sesungguhnya, perkawinan yang disiapkan adalah hal yang umum
terjadi di budaya-budaya lain, misalnya Jepang, Cina, dan India. Kadang-kadang
perkawinan disiapkan oleh orang tua jauh sebelum usia dimana pasangan itu
dipertimbangkan menikah. Cinta tidak menjadi pertimbangan bagi mereka, sebab
adanya keyakinan bahwa cinta seharusnya tumbuh dalam hubungan perkawinan
(Dayakisni & Yuniardi, 2008).
Sumber :
Baron, R.A., & Byrne, D. (2005). Psikologi sosial,
jilid pertama (edisi ke sepuluh). Alih Bahasa: Ratna Djuwita, Melania
Meitty Parman, Dyah Yasmina, Lita P. Lunanta. Jakarta: Erlangga.
Dayakisni, T., Yuniardi, S. (2008). Psikologi Lintas Budaya.
Edisi Revisi. Malang: UMM Press.
Matsumoto, D. (2008). Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sternberg, R. J. (2001). Psychology:
In Search of the Human Mind. Orlando: Hartcourt Publishers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar