“Rela menolong dan tabah” begitu bunyi Dasa Darma Pramuka ke lima yang
menjelaskan sikap moral yang harus dimiliki oleh anggota Pramuka untuk bisa
menolong orang lain. Sikap moral untuk menolong dan berbakti kepada orang lain
bagi anggota Pramuka juga diperkuat dengan ucapan janji pramuka Tri Satya yang
berbunyi “menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri membangun masyarakat”
(untuk tingkatan penggalang) “menolong sesama hidup dan ikut serta membangun
masyarakat” (untuk tingkatan penegak, pandega dan anggota dewasa). Pramuka yang
keberadaannya sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat,
memang sudah sepantasnya menjadi motor penggerak dalam upaya menolong dan
membangun masyarakat.
Dalam ruang lingkup psikologi, terdapat beberapa istilah yang digunakan
untuk menggambarkan perilaku menolong atau memberikan bantuan kepada orang
lain. Beberapa istilah tersebut adalah (1) Helping Behavior, merupakan tindakan menolong yang dilakukan secara
terus menerus atau berulang-ulang sehingga membentuk perilaku. Contoh :
pendonor darah melakukan donor tidak hanya sekali tapi berulang-ulang. (2) Prosocial
Behavior, merupakan keseluruhan aksi yang bermanfaat dan memiliki
konsekuensi sosial yang positif, dilakukan seseorang terhadap masyarakat.
Contoh: sumbangan amal, kerjasama, sukarelawan, intervensi ketika dalam keadaan
darurat, dan sebagainya. (3) Altruisme, yaitu aksi yang dilakukan oleh
seseorang terhadap orang lain secara sukarela dengan maksud menolong tanpa
mengharapkan keuntungan kecuali kepuasan batin karena telah melakukan perbuatan
terpuji.
Selanjutnya, jika kita melihat motivasi seseorang untuk menolong atau
memberikan pertolongan kepada orang lain, terdapat beberapa penjelasan yang
dapat dipaparkan. Orang cenderung akan membantu karena ada harapan perolehan
material, kepuasan dari kebutuhan individu, dan lain sebagainya. Disamping itu,
seseorang sering menolak untuk menolong jika mengeluarkan banyak biaya. Namun,
hal yang berbeda ditunjukkan dengan sikap altruisme. Sikap altruistik sering
didasari munculnya perasaan empati wujud respon dari kesusahan orang lain tanpa
mengharapkan balasan. Disinilah letak keikhlasan seseorang dalam menolong atau
membantu orang lain berada.
Selain motivasi, suasana hati
seseorang juga mempengaruhi perilaku menolong atau membantu orang lain. Ketika
seseorang berada pada suasana hati yang menyenangkan, kecenderungan untuk
menolong orang lain akan lebih besar. Sebaliknya jika suasana hati kacau/buruk
maka minat untuk menolong orang lain akan menurun, namun jika tetap menolong
biasanya dengan sikap yang menyolok motif egois, bukan altruisme. (zs)
* Tulisan ini dimuat di Majalah Genderang edisi September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar