Psikologi perkembangan telah melewati sejarah yang cukup panjang untuk akhirnya menjadi suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Terdapat tiga periode perjalanan psikologi perkembangan, yaitu ;
(1). Minat awal
mempelajari perkembangan anak
Pengetahuan tentang anak sebenarnya sudah lama dikenal. Zaman Romawi
dan Yunani sudah ada para ahli yang memperhatikan pendidikan anak. Jauh sebelum
dilakukan studi ilmiah terhadap perkembangan anak, perhatian dan penyelidikan
yang mendalam tentang anak-anak sedikit sekali dilakukan. Bahkan literatur
khusus mengenai perkembangan jiwa anak-anak belum ada.
Salah seorang filosof yang banyak mempengaruhi pandangan masyarakat tentang
kehidupan anak adalah Plato. Menurut Plato, perbedaan- individual ditentukan
oleh faktor keturunan. Artinya; sejak lahir anak telah memiliki bakat-bakat
atau benih-benih kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengasuhan dan
pendidikan. Selain dari itu, Plato juga yakin bahwa tiap-tiap orang sudah
ditetapkan sejak lahirnya status atau kedudukannya kelak dalam masyarakat.
Apakah seseorang itu akan menjadi filusf, serdadu atau pekerja, sudah tertulis
sejak lahirnya. Dalam hubungan ini Plato dapat dikatakan berpaham determinisme
atau nativisme. Dengan demikian, sekaligus ia percaya bahwa tiap orang
dilahirkan dengan kekhususan sendiri, manusia dilahirkan tidak sama, sehingga
ia dapat pula dikatakan sebagai tokoh pemula dari paham “individual
difference”, yaitu paham yang mengatakan bahwa manusia itu berbeda dengam
manusia lainnya. Kelak pada masa perkembangan psikologi yang sudah lebih
lanjut, paham “individual difference” (perbedaan individual) ini, akan
membawa para sarjana ke arah ditemukannya alat-alat pemeriksaan psikologis.
Sementara itu, J.A Comenius, mengatakan bahwa anak tidak boleh dianggap
sebagai orang dewasa yang bertubuh kecil. Ia menganjurkan agar pengajaran dapat
menarik perhatian anak. Oleh karena itu pelajaran harus diperagakan supaya
anak-anak dapat mengamati, menyelidiki, dan mengalaminya sendiri.
Menjelang abad ke-17, seorang filosof inggris kenamaan, Jhon Locke sebagai
tokoh yang memberikan titik terang dalam perkembangan psikologi, karena
teori-teorinya seakan-akan memberikan perspektif baru pemikiran-pemikiran para
sarjana yang berminat pada psikologi diwaktu itu. John Locke, yang semula-mula
bercita-cita ingin menjadi politikus dan pernah dikirim ke india selaku
pegawai dan pemerintah kolonial Inggris itu ternyata lebih berhasil sebagai
ahli filsafat. Teorinya yangs angat penting tentang gejala kejiwaan adalah
bahwa jiw itu pada saat mula-mula seseorang dilahirkan masih bersih bagaikan
sebuah “tabula rasa”.
Isi kejiwaan anak ketika dilahirkan adalah ibarat secarik kertas tersebut
nantinya sangat ditentukan oleh bagaimana cara kertas itu ditulisi. Dalam hal
ini Jhon Locke mengemukakan istilah “tabula rasa “ (blank
slate) untuk mengungkapkan pentingnya pengaruh pengalaman pengalaman
dan lingkungan hidup terhadap perkembangan anak. Anak adalah pribadi yang masih
bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan.
Oleh karena itu, peranan orang tua sangat penting dalam mengisi secarik
kertas kosong itu sejak dari bayi.
Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman,
lingkungan, dan pendidikan dalam arti perkembangan individu. Jadi
lingkungan di mana orang itu hidup adalah faktor terpenting yang membentuk
kepribadian orang itu. Akan menjadi apakah orang itu kelak, sepenuhnya
tergantung pada pengalaman-pengalaman apakah yang akan mengisi tabula
rasa tersebut. Sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir
dianggap tidak ada pengaruhnya.
John Locke mengemukakan bahwa pengalaman dan pendidikan merupakan faktor
yang paling menentukan dalam perkembangan anak, dan setiap tingkah laku pada
dasarnya dipelajari. Karena itu tiap tingkah laku dapat diubah melalui
pengalaman baru. Psinsip ini disebut sebagai prinsip modifikasi tingkah laku (behavior
modification).
Karena itu aliran atau teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan
pandangan yang optimis yang memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang
cukup mampu untuk membentuk pribadi individu. Anak adalah pribadi yang masih
bersih dan peka terhadap rangsangan yang berasal dari lingkungan. Oleh
sebab itu, peranan orang tua sangat penting dalam mengisi secarik kertas
kosong itu sejak dari bayi.
Seorang tokoh empirisme lainnya yang kemudian mendirikan aliran “Behaviorisme”
yakni John B. Watson menjadi guru besar di Jhon Hopkins
University di Amerika Serikat, terkenal dengan semboyannya yang berikut ini :
“ Berikan kepadaku
sepuluh orang anak. Akan kujadikan kesepuluh orang anak itu masing-masing
menjadi pengemis, pedagang, sarjana dan sebagainya sesuai dengan kehendakku”.
Jadi Watson, karena jiwa manusia itu lahir masih bersih, maka untuk
menjadikan manusia itu sesuai dengan ynag dikehendaki, kepada orang itu
tinggal diberikan lingkungan dan pengalaman-pengalaman yang diperlukan.
Seorang filsuf Barat, Emmanuel Kant, yang memberikan dukungan terhadap
aliran ini, pernah mengemukakan “Manusia dapat menjadi manusia
hanya karena pendidikan”.
Pandangan Locke kemudian ditentang oleh Rousseau, seorang
filosof perancis abad ke-18, ia berpandangan bahwa anak berbeda dengan orang
dewasa. Ia sama sekali menolak pandangan bahwa bayi adalah makhluk pasif, yang
sumbangannya ditentukan oleh pengalaman. Ia beranggapan bahwa sejak lahir anak
adalah makhluk aktif, dan suka bereksplorasi. Rousseau berpendapat
bahwa “Segala-galanya baik sebagaimana keluar dari tangan Sang Pencipta, segala-galanya
memburuk ditangan manusia”.
Ungkapan Rousseau tersebut mengandung pengertian
bahwa anak ketika dilahirkan sudah membawa bakat, pembawaan segi-segi moral,
yakni hal-hal mengenai bak dan buruk, benar dan salah, yang dapat berkembang
secara alami dengan baik. Jika kemudian terdapat penyimpangan dan
keburukan-keburukan, hal itu karena pengaruh lingkungan dan pendidikan.
Pemikiran Rousseau, yang lebih mementingkan kemampuan bawaan (innate
knowledge) dikenal dengan aliran “nativisme”. Sebaliknya
pandangan Locke yang lebih mementingkan faktor lingkungan (pengalaman &
pendidikan) dikenal dengan aliran “empirisme” atau “environmentalisme”.
Kedua pandangan yang berlawanan ini, kemudian menjadi objek pembahasan dari
banyak tokoh psikologi perkembangan. Oleh sebab itu, tidak heran kalau Locke dan Rousseau disebut
sebagai peloporpertama dalam psikologi anak. Locke dipandang
sebagai bapak “teori environmental” dan “teori belajar” sedangkan Rousseau dipandang
sebagai “teori developmental” dalam psikologi
(2) Dasar-dasar
pembentukan psikologi perkembangan secara ilmiah
Munculnya penelitian-penelitian yang terarah terhadap kehidupan dan
perkembangan psikis anak baru baru dimulai pada abad ke-18. Dalam periode ini,
sumber penting untuk mempelajari anak adalah catatan-catatan harian
mengenai perkembangan dan tingkah laku.
Perhatian dan penyelidikan yang sungguh-sungguh terhadap perkembangan anak
melalui observasi langsung baru dimulai pada abad ke-19. Tokoh-tokohnya yang
cukup berpengaruh adalah, Charles Darwin dan Wilhemt Wundt.
Darwin terkenal dengan “teori evolusi”. Ia mempublikasikan karyanya yang
berjudul “origin of the Species” dan “Descent of Man”. Karya
Darwin ini merangsang untuk dilakukannya ovservasi langsung terhadap
perkembangan anak. Darwin melakukan penelitian, kepada anak-anaknya hasil
observasinya dicatat, kemudian di simpulkan. Catatan harian tentang anak
ini, telah merangsang usaha untuk melakukan studi-studi yang lebih sistematik
dan ilmiah.
Pada abad ke-19 adalah tumbuhnya psikologi sebagai disiplin ilmu yang
berdiri sendiri, yang ditandai dengan didirikannya laboraturium psikologi
pertama oleh Wundt, di Lepzig.
(3). Munculnya studi
psikologi perkembangan modern.
Studi sistematis tentang perkembangan anak mengalami perkembangan yang
cukup signifikan pada awal abad ke-20. Lebih-lebih setelah adanya “Laboraturium
di Lepzig”. Watson memperkenalkan teori behaviorisme yakni yang menggunakan
prinsip-prinsip “Classical Conditioning” untuk menjelaskan
perkembangan suatu tingkah laku. Menurut Watson, prinsip-prinsip Conditioning dan
prinsip-prinsip belajar dapat diterangkan pada semua perkembangan psikologis.
Karya watson ini, merangsang timbulnya teori-teori
perkembangan yang lain, seperti “teori psikoanalisa” yang diperkenalkan oleh Sigmund
Freud.
Munculnya penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Jean Peaget, yang
selalu aktif melakukan serangkaian penelitian mengenai perkembangan kognisi
pada anak-anak, dari bayi sampai remaja. Piaget menolak, teori yang mengatakan
bahwa “bahwa perkembangan individu seluruhnya di tentukan oleh oleh struktur
genetik yang bersifat bawaan (innate) dan perkembangan
individu seluruhnya ditentukan oleh pengaruh lingkungan”. Menurut Peaget,
perkembangan terjadi sebagai hasil interaksi yang konstan antara individu dan lingkungan.
Karya B.F Skinner, dengan teorinya “operant
conditioning” yakni mengubah suatu aspek tingkah laku yang diinginkan,
melalui rangsangan-rangsangan yang diatur secara tertentu. Melalui dasar
paradigma “operant conditioning” misalnya seorang anak dapat
dilatih untuk membaca, meniru sesuatu model tingkah laku yang ingin diajarkan
pada anak. Pengaruh Skinner ini menimbulkan keinginan
dan minat banyak ahli untuk memikirkan cara-cara yang bisa diikuti untuk
mengubah suatu tingkah laku yang sedang diperlihatkan.
Kemudian seiring dengan banyaknya penelitian, makal lahirlah “teori belajar
sosial” yakni sebuah teori perluasan dari behaviorisme yang menekankan
perilaku, lingkungan dan kognisi sebagai faktor kunci dalam perkembangan, yang
tokohnya Bandura. Bandura sangat giat melakukan penelitian-penelitian di
laboraturium terhadap tingkah laku tertentu, misalnya agresivitas.
Dengan banyaknya tokoh-tokoh dan hasil karyanya yang terus bermunculan,
maka psikologi semakin dikenal, karena membuka kesempatan lebih luas
terhadap bidang penelitian, untuk mengadakan penelitian dan percobaan, sehingga
penelitian yang menggunakan judul “psikologi anak” kemudian mulai menggantinya
dengan “psikologi perkembangan”.
Kedudukan Psikologi Perkembangan dalam Psikologi
Saat ini Psikologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang
berkembang pesat. Lapangan atau daerah garapannya pun menjadi sangat
luas. Untuk mengetahui atau mempelajari psikologi belajar, perlu diketahui
lapangan psikologi sehingga dapat diketahui kedudukannya.cGerungan (1962) membedakan psikologi
menjadi 2, yaitu :
1. Psikologi Teoritis, digolongkan menjadi
a. Psikologi umum
Menguraikan dan menyelidiki kegiatan-kegiatan psikis pada umumnya pada
manusia dewasa dan normal, termasuk kegiatan pengamatan, pemikiran,
intelegensi, perasaan, kehendak, motif-motif dan sebagainya.
b. Psikologi khusus
Menguraikan dan menyelidiki segi-segi khusus daripada kegiatan psikis
manusia, antara lain :
Ø
Psikologi Perkembangan,
menguraikan perkembangan kegiatan psikis manusia dari kecil sampai dewasa dan
lebih lanjut.
Ø
Psikologi kepribadian,
menguraikan struktur kepribadian manusia sebagai suatu keseluruhan, serta
mengenai jenis-jenia atau tipe kepribadian.
Ø
Psikologi social,
menguraikan tentang kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi social,
seperti situasi kelompok, situasi massa dan sebagainya.
Ø
Psikologi belajar,
menguraikan tentang kegiata-kegiatan menusia dalam belajar, terutama mengupas
bagaimana cara individu belajar atau melakukan pembelajaran.
Ø
Psikopathologi, menguraikan
tentang kegiatan-kegiatan manusia yang berjiwa abnormal.
2.
Psikologi Praktis
Ø
Psikodianostik
Merupakan cara-cara psikologis dalam pemilihan suatu jabatan, studi atau
yang lainnya. Antara lain seperti wawancara, observasi dan tes psikologi yang dapat
menentukan struktur kepribadian orang, bakat, kecakapan, intelegensi dan lain
sebagainya.
Ø
Psikologi klinis dan
bimbingan psikologis
Yang merupakan usaha-usaha sarjana psikologi dalam menolong orang yang
menderita kesulitan psikis yang bermacam-macam rupanya.
Dari sistematika tersebut, terlihat bahwa kedudukan psikologi perkembangan dalam
psikologi merupakan psikologi teoritis yang bersifat khusus.
Sumber :
F.J Monks & Knors (Terj. Siti Rahayu
Haditono), Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya,
Yogyakarta : Gadjah Mada Press.
Ahmadi, Abu, 1998, Psikologi Umum,
Jakarta : Rineka Cipta
Desmita, 2006, Psikologi
Perkembangan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar