Sepak bola bukan sekedar olah raga, namun sepak bola sudah
menjadi bagian dari seluruh aspek kehidupan mayarakat. Sepak bola menjadi
budaya, kebanggaan, harga diri dan kehidupan masyarakat. Hal semacam ini juga
dirasakan oleh hampir sebagian besar masyarakat Madura dengan masuknya Persepam
Madura United (P-MU) sebagai bagian dari kontestan Indonesia Super Liga (ISL)
sejak tahun lalu. Menjadi kebanggan dan
harga diri karena inilah satu-satunya tim sepakbola yang membawa nama Madura
dan bermain di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Menjadi kehidupan karena
banyak sumber kehidupan masyarakat yang bersumber dari keberadaan tim sepak
bola kebanggaan masyarakat Madura ini, mulai dari tukang parkir, warung kopi,
penjual merchandise tim (kaos, pernak-pernik tim dan
lain-lain), penjual tiket pertandingan, sampai
pada pemain dan pelatih tim.
Potensi besar dari keberadaan P-MU sebagai tim sepakbola
kebanggaan masyarakat Madura ini rupanya mendapatkan perhatian dari Trans
Corporation. Perhatian Trans Corporation kepada P-MU diwujudkan dengan dukungan
PT Trans Retail Indonesia, melalui brand "Carrefour" untuk menjadi
sponsor tim. Sebagaimana dikutip dari fan page Persepam Madura United (P-MU) dukungan
PT Trans Retail Indonesia ini akan dilakukan tiap tahun, dengan syarat P-MU
tetap bertahan di ISL dan suporter P-MU tidak anarkis. Chairul Tanjung, CEO
Trans Corporation berpesan pada saat penandatanganan sponsor "Kalo ribut
suporternya, kami mundur". Ancaman yang dilontarkan Chairul Tanjung ini
cukup beralasan mengingat masih seringnya terjadi keributan antar suporter
sepak bola di Indonesia.
Suporter
dan sepakbola adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan, dimana ada sepakbola
disitu ada suporter. Mereka berbaur menjadi satu untuk mendukung tim
kebanggaannya tanpa memandang perbedaan usia, status sosial dan pendidikan.
Berbagai atribut mereka bawa seperti kaos, bendera, maupun spanduk dengan warna
kebesaran timnya dan menjadi simbol dan identitas mereka. Bagi tim sepak bola kehadiran
suporter tentu sangat diharapkan karena kehadiran suporter akan memberikan
motivasi tersendiri bagi para pemain. Disamping itu suporter menjadi aset
berharga bagi tim sepak bola karena dapat menguntungkan seperti penjualan tiket
masuk ke stadion, penjualan merchandise tim (kaos, pernak-pernik tim dan
lain-lain). Sedangkan bagi suporter, ketika mereka menyaksikan
pertandingan tim kebanggaannya tentu berharap mendapat hiburan yang menyenangkan.
Segenap pengorbanan mereka lakukan seperti berangkat lebih awal ke stadion,
biaya tiket, parkir dan transport untuk menyaksikan secara langsung tim kebanggaannya
berlaga. Dengan segala pengorbanan yang dilakukan tentu suporter berharap
mendapatkan imbalan yaitu tim kebanggaannya memenangkan pertandingan. Namun,
jika harapan tersebut tidak tercapai ditambah adanya faktor-faktor lain yang menjadi
pemicu maka akan timbul tindakan agresi yang dilakukan oleh suporter.
Agresi
suporter yang terjadinya bukan hal baru dalam dunia persepakbolaan. Faktor yang
menjadi pemicu munculnya perilaku agresif sangat beragam dan kompleks. Salah
satunya faktor sosial yaitu; 1) Frustasi, ketika individu gagal
mendapatkan apa yang diinginkan atau diharapkan akan menimbulkan perilaku
frustasi yang bisa menjadi pemicu agresi. Suporter berharap tim kebanggaannya
menang akan tetapi pada kenyataannya timnya menelan kekalahan maka akan timbul
frustasi. 2) Provokasi, yaitu aksi yang dilakukan orang lain yang memicu agresi
individu, ketika individu mendapatkan perlakuan yang membuatnya marah atau
terganggu oleh karena seorang individu. Provokasi dapat dilakukan oleh pemain,
official tim ataupun suporter lawan. 3) Fanatisme berlebihan, faktor ini
muncul seolah-olah tim sepak bola yang
didukung adalah tim terbaik dan harus menang, jika kalah maka dapat menjadi
stimulus munculnya agresi dan dapat dipastikan yang menjadi sasaran agresi
adalah pemain dan suporter tim lawan. 4) Situasional, faktor situasional dapat
berupa kondisi lapangan yang kurang baik, padat dan berdesakan, panas atau juga
wasit dan perangkat pertandingan yang dianggap kurang fair play dalam
mengatur pertandingan. Faktor-faktor tersebut akan menjadi pemicu munculnya
agresi suporter dan apabila dibiarkan cenderung akan mengarah pada kerusuhan
massa.
Beberapa
tindakan positif untuk meminimalisir terjadinya agresi suporter perlu dilakukan
seperti : 1)
Pemberian label (labelling) kepada suporter akan cenderung menjadi
bagian dari konsep diri dan mendorong kearah tindakan yang dilakukan. Jika kita
memberi label anarkis akan mendorong suporter untuk berperilaku sesuai
perspektif yang diberikan masyarakat dan media massa. Untuk itu kita harus
memberi label yang menunjukkan citra positif suporter Madura. Misalnya Madura
Respect and Peace, Madura with Love, Madura No Anarkis. 2) Konsolidasi
antar kelompok suporter di Madura seperti Taretan Mania, K-Cong Mania, Peccot, Trunojoyo
atau mungkin elemen suporter yang lain perlu dilakukan. Konsolidasi ini
diharapkan dapat membentuk norma positif pada suporter dan mereduksi norma kelompok
yang bersifat negatif. 3) Menjadi suporter yang andhep asor (santun)
dengan menciptakan suasana saling menghormati dan menghargai antar suporter
Indonesia, menghilangkan yel-yel provokasi yang mengandung SARA dan tidak
terpancing dengan provokasi pihak lain.
Perlu diingat,
jika suporter bertindak agresif maka yang akan dirugikan adalah tim kebanggaan
kita dan citra Madura akan buruk di mata nasional. Semoga Madura semakin maju
dan P-MU Juara !
* artikel ini juga dimuat di Harian Pagi Kabar Madura edisi Senin 27 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar