Peserta didik sebagai individu yang
dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika
dalam interaksi dengan lingkungannya. Di samping itu, peserta didik senantiasa
mengalami berbagai perubahan dalam sikap dan tingkah lakunya. Proses
perkembangan tidak selalu berlangsung secara linier (sesuai dengan arah yang
diharapkan), tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi diskontinuitas
perkembangan. Dalam proses pendidikan, peserta didikpun tak jarang mengalami
diskontinuitas perkembangan sehingga menimbulkan masalah-masalah psikologis.
Beberapa aspek psikologis dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
pribadi yang patut dipahami oleh konselor diantaranya adalah :
1. Motif
a.
Sartain mengartikan
motif sebagai “ A complex state wthin an organism that directs behavior
toward a goal or incetive.” (suatu keadaan yang komplek dalam organism
[individu] yang mengarahkan perilakunya kepada suatu tujuan atau insentip).
b.
J.P. Chaplin
mengemukakan, bahwa motif adalah “ A state
of tension within the in which arouses, maintains
and direct behavior toward a goal.” (satu kekuatan dalam diri individu yang
melahirkan, memelihara dan mengarahkan perilaku kepada suatu tujuan).
2. Konflik dan Frustasi
a. Koflik
Dalam kehidupan sehari – hari, kadang –
kadang individu menghadapi beberapa macam motif yang saling betentangan. Dengan
demikian individu berada dalam keadaan konflik psikis, yaitu suatu pertentangan
batin, suatu kebingungan, suatu keragu – raguan, motif mana yang akan
diambilnya. Motif – motif yang dihadapi oleh indivudu itu, mungkin semuanya
positif atau mungkin negatif, dan mungkin juga campuran antara motif positif
dengan negatif.
b. Frustasi
Frustasi, dapat diartikan sebagai kekecewaan dalam diri individu
yang disebabkan olah tidak tercapainya keinginan. Pengertian lain dari frustasi
adalah “ rasa kecewa yang mendalam, karena tujuan yang di kehendaki tak kunjung
terlaksana.”
3.
Sikap
a.
Thursone berpendapat
bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afektif, baik bersifat positif maupun
negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis, seperti : simbol,
prase, slogan, orang, lembaga, cita-cita dan gagasan.
b.
Sarlito Wirawan
Sarwono mengemukakan, bahwa sikap adalah kesiapan seseorang bertindak terhadap
hal-hal tertentu.
4. Masalah Penyesuaian Diri Dan Kesehatan Mental
Kegiatan atau tingkah laku individu bagi
hakikatnya merupakan cara pemenuhan. Banyak cara yang ditempuh individu untuk
memenuhi kebutuhannya, baik cara-cara yang wajar maupun yang tidak wajar, cara
yang disadari maupun yang tidak disadari. Yang penting untuk dapat memenuhi
kebutuhan ini, individu harus dapat menyesuaikan antar kebutuhan dengan segala
kemungkinan yang ada dalam lingkungan, disebut sebagai proses penyesuaian diri.
Individu harus menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan baik lingkungan
sekolah, rumah maupun masyarakat.
Proses penyesuaian diri ini menimbulkan
berbagi masalah terutama bagi diri individu sendiri. Jika individu dapat
berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya dan tanpa
menimbulkan gangguan atau kerugian bagi lingkungannya, hal itu di sebut “ well adjusted ” atau penyesuaian dengan
baik. Dan sebaliknya jika individu gagal dalam proses penyesuaian diri tersebut
disebut “ maladjusted ”
a.
Penyesuaian Normal
Seseorang dapat dikatakan memiliki
penyesuaian diri yang normal apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi
masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan lingkungannya serta
sesuai dengan norma agama.
b.
Penyesuaian
Menyimpang
Proses penyesuaian diri yang menyimpang
merupakan upaya pemecahan masalah dengan cara-cara yang tidak wajar atau
bertentangan dengan norma yang ada. Penyesuaian diri tersebut dapat ditandai
dengan respon berikut
1)
Perasaan Rendah Diri
2)
Perasaan Tidak Mampu
3)
Perasaan Gagal
4)
Perasaan Bersalah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar