A.
Hakikat Manusia
Menurut Agama
Agama merupakan
pedoman hidup bagi manusia dalam rangka mencapai kebahagiaan yang hakiki di dunia
ini dan di akhirat kelak. Karena agama sebagai pedoman hidup, maka dalam semua
kegiatan kehidupan manusia harus merujuk kepada nilai – nila agama. Manusia
adalah makhluk yang mempunyai fitrah beragama, homo religious, yang berpotensi untuk dapat memahami dan
mengamalkan nilai – nilai agama.
Hakikat manusia
adalah makhluk Allah, yang berfungsi sebagi hamba dan khalifah-Nya. Sebagai
hamba, manusia mempunyai tugas suci untuk beribadah kepada–Nya. Sebagai
khalifah, manusia mempunyai kewajiban atau amanah untuk menciptakan dan menata
kehidupan yang bermakna bagi kesejahteraan hidup bersama( rahmatan
lil’alamiin ).
Dalil yang
menunjukkan bahwa manusia mempunyai fitrah
yang beragama adalah QS. Al A’raf : 172, yang berbunyi: “ Alastu birobbikum, qaaluu balaa syahidnaa = bukankah aku ini
Tuhanmu? Mereka menjawab, ya kami bersaksi bahwa Engkau Tuhan kami.” Fitrah
beragama ini merupakan potensi yang arah perkembangannya tergantung pada
kehidupan beragama lingkungan dimana orang (anak) itu hidup, terutama
lingkungan keluarga. Apabila kondisi tersebut kondusif, dalam arti lingkungan
itu memberikan ajaran, bimbingan dengan pemberian dorongan (motivasi) dan ketauladanan yang baik (uswah hasanah) dalam mengamalkan
nilai-nilai agama, maka anak itu akan berkembang menjadi manusia yang berakhlak
mulia, berbudi pekerti luhur (berakhlaqulkarimah).
B.
Peranan Agama dalam Bimbingan
Konseling
Berdasarkan pendapat
para ahli dan temuan – temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa agama sangat
berperan ( berkontribusi secara signifikan ) terhadap pencerahan diri dan kesehatan mental
individu. Bertitik tolak dari hal ini agama dalam layanan bimbingan dan
konseling merupakan suatu keniscayaan yang harus ditumbuhkembangkan. Berikut
akan dikemukakan pendapat para ahli tentang pengaruh agama terhadap kesehatan
mental:
1. William James (seorang filosof dah ahli ilmu jiwa Amerika
) berpendapat sebagai berikut.
a.
Tidak
diragukan lagi bahwa terapi terbaik bagi keresahan adalah keimanan kepada
Tuhan.
b.
Keimanan
kepada Tuhan merupakan salah satu kekuatan yang harus terpenuhi untuk menopang
seseorang dalam hidup ini.
c.
Antara
kita dengan Tuhan terdapat suatu ikatan yang tidak terputus apa bila kita
menundukkan diri dibawah pengarahan-Nya, maka semua cita-cita dan harapan kita
akan tercapai.
d.
Gelombang
lautan yang menggelora, sama sekali tidak membuat keruh ketenangan relung hati
yang dalam dan tidak membuatnya resah. Demikian halnya dengan individu yang
keimanannya mendalam, ketenangannya tidak akan terkeruhkan oleh gejolak
superfisial yang sementara sifatnya. Sebab individu yang benar-benar religius
akan terlindung dari kesalahan, selalu terjaga keseimbangannya dan selalu siap
untuk menghadapi segala mala petaka yang terjadi.
2. Dadang Hawari Indries (psikiater ) mengemukakan, bahwa dari
sejumlah penelitian para ahli bisa disimpulkan
(1) komitmen agama dapat mencegah dan melindungi seseorang dari penyakit, meningkatkan
kemampuan mengatasi penyakit, dan
mempercepat pemulihan penyakit, (2) agama lebih bersifat protektif dari pada problem producing,dan (3) komitmen agama mempunyai hubungan
signifikan dan positif dengan clinical
benefit.
3. A.A. Briel (psikoanalisis) mengatakan bahwa “individu
yang benar-benar religius tidak akan pernah menderita sakit jiwa.”
4. Zakiah Daradjad mengemukakan bahwa “Apabila manusia ingin
terhindar dari kegelisahan, kecemasan, dan ketegangan jiwa serta ingin hidup
tenang, tentram, bahagia dan dapat membahagiakan orang lain, maka hendaklah
manusia percaya kepada Tuhan dan hidup mengamalkan ajaran agama. Agama bukanlah
dogma, tetapi agama adalah kebutuhan jiwa yang perlu dipenuhi.”
Agar penerapan
nilai-nilai agama dalam layanan bimbingan dan konseling berlangsung secara
baik, maka konselor dipersyaratkan untuk memiliki pemahaman dan pengalaman
agama yang dianutnya, dan menghormati agama lian yang berbeda dengan agama yang
dianutnya.
bagus,,,tapi refrensi koq g dicantumkan?
BalasHapus