Pengaruh sosial adalah usaha
untuk mengubah sikap, kepercayaan, persepsi ataupun tingkah laku satu atau
beberapa orang lainnya ( Cialdini, 1994 dalam Baron, Branscombe, Byrne, 2008 ).
Terdapat tiga bentuk pengaruh
sosial yang dikenali dalam psikologi (1) Konformitas, (2) Kompliance, (3) Obedience
1.
Konformitas
Konformitas
adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu merubah sikap dan tingkah
lakunya agar sesuai dengan norma sosial ( Baron, Branscombe, Byrne, 2008 ).
Norma sosial dapat berupa :
- Injuctive
norms : Hal apa yang seharusnya kita lakukan. Injuctive norms biasanya dinyatakan
secara eksplisit.
Contoh : aturan
penggunaan helm berstandard Indinesia bagi pengendara sepeda motor
- Descriptive norms : apa yang kebanyakan orang lakukan. Descriptive
norms biasanya bersifat implicit, tidak dinyatakan secara tegas atau tertulis.
Contoh : menghormati guru/dosen dengan bersikap santun.
manusia mengikuti
norma sosial tidak terlepas dari adanya tekanan – tekanan untuk bertingkah laku
dengan cara –cara sesuai dengan aturan sosial. Tekanan tersebut bisa dinyatakan
secara eksplisit maupun implicit. Tekanan yang ada dalam norma social
sesungguhnya mempunyai pengaruh yang besar. Kuatnya pengaruh social yang ada
dalam konformitas dibuktikan secara ilmiah oleh penelitian Salomon Asch ( 1951,
1955 dalam Baron, Branscombe, Byrne, 2008 ). Asch melakukan eksperimen dengan
memberikan tugas presepsi sederhana kepada seorang partisipan pada
penelitiannya untuk menjawab pertanyaan garis mana yang sama dengan garis
standar. Ketika menjawab seorang partisipan didampingi oleh 6 – 8 orang yang
juga ikut menjawab pertanyaan yang sama. Namun sebenarnya 7 orang diantaranya
merupakan confederates, yaitu asisten peneliti yang bertugas membelokkan
jawaban si partisipan. Para confederates diminta Asch untuk memberikan jawaban
dengan suara lantang sebelum partisipan memberikan jawaban. Para confederates
harus memberikan jawaban yang salah. hal ini dilakukan sampai 18 x. Pada waktu
tertentu, partisipan yang yang tadinya memberikan jawaban yang benar mengubah
jawabannya mengikuti jawaban mayoritas orang yang ada di sekelilingnya. Dari
seluruh partisipan yang terlibat dalam eksperimen ini, 76 % mengikuti jawaban
salah dari para confederates.
Eksperimen Asch ini menunjukkan bahwa orang cenderung melakukan konformitas,
mengikuti penilaian orang lain di tengah tekanan kelompok yang ia rasakan.
Baron,
Branscombe dan Byrne ( 2008 ) menjelaskan tiga factor yang mempengaruhi
konformitas : kohesivitas kelompok, besar kelompok dan tipe dari norma social.
1) Kohesivitas
adalah sejauh mana kita tertarik pada kelompok social tertentu dan ingin
menjadi bagian darinya. Semakin menarik suatu kelompok semakin besar
kemungkinan seseorang melakukan konfirmasi terhadap norma – norma dalam
kelompok tersebut.
2) Besar
kelompok. Semakin besar ukuran kelompok, berarti semakin banyak orang yang
berperilaku dengan cara – cara tertentu sehingga semakin banyak yang mau
mengikutinya.
3) Tipe
norma sosial, norma yang bersifat
injuctive, cenderung diabaikan, sementara yang descriptive cenderung diikuti.
Bentuk
konformitas
a. konformitas
compliance, bertingkah laku sesuai dgn tekanan kelompok, sementara
secara pribadi ia tdk menyetujui tingkah laku tersebutà individu menghindari penolakan
kelompok & mengharapkan reward atau penerimaan kelompok (normative influence).
b. konformitas
acceptance, tingkah laku & keyakinan individu sesuai dgn tekanan
kelompok yg diterimanya. à
kelompok menyediakan informasi penting yang tidak dimiliki oleh individu (informational
influence).
2.
Compliance (Pemenuhan Keinginan)
merupakan
bentuk pengaruh sosial yang dipengaruhi oleh permintaan langsung ataupun tidak
langsung dari orang lain.
Contohnya,
saat pramuniaga menawarkan barang atau tim marketing menawarkan produk. Sering
kali kita lebih sering mengiyakan, padahal sebeenarnya hendak menolak
permintaan tersebut.
Prinsip
dasar compliance
a) Pertemanan
atau rasa suka. Kita cenderung lebih mudah memenuhi permintaan teman atau orang
yang kita sukai daripada permintaan orang yang tidak kita kenal atau kita
benci.
berdasarkan
prinsip pertemanan ini, bisa digunakan taktik ingratiation (suatu cara dimana kita berusaha membuat orang lain
menyukai kita agar kemudian mengubah tingkah lakunya sesuai dengan yang kita
inginkan, caranya dengan menunjukan rasa suka dengan pujian atas perilaku orang
lain).
b) Komitmen
atau konstitensi. Kita akan lebih mudah memenuhi permintaan akan suatu hal yang
konsisten dengan posisi atau tindakan sebelumnya.
Berdasarkan
prisip konstitensi ini, dikenal taktik foot
in the door dan the law ball. Taktik
foot in the door adalah dengan
memulai permintaan dengan permintaan kecil, kemudian setelah didapatkannya,
permintaan semakin besar. Biasa dikenal dengan istilah “dikasih jantung minta
hati”. Tetapi hal ini tidak selalu negatif, misalnya seorag mahasiswa yang
merasa bahwa ia lemah dalam pelajaran statistic meminta mahasiswa lain
menjelaskan kepadanya. Kemudian ia meminta temannya menjadi mentor pelajaran
tersebut. Pada kasus ini, bisa saja mahasiswa yang diminta bantuan merasa
tersanjung dan merasa senang dapat membantu.
c) Kelangkaan.
Kita lebih menghargai dan mencoba mengamankan objek yang langka atau berkurang
ketersidiannya. Oleh karena itu, kita cenderung memenuhi permintaan yang
menekankan kelangkaan daripada yang tidak.
pada prinsip
ini, taktik lain yang sulit ditolak adalah playing
hard to get dan the fast approaching
deadline. Playing hard to get
yaitu ketika seseorang memberi tahu bahwa benda yang ditawarkan adalah langka
dan sulit untuk ditemukan. Misalnya, pramuniaga memberi btahu bahwa sepatu
model tertentu adalah stock terakhir. The
fast approaching deadline adalah mengusung bahwa kesempatan mendapatkan
keuntungan untuk mendapatkan barang waktunya sangat terbatas. Misalnya,
mendapatkan bonus atau diskon untuk pembelian dalam tiga hari.
d) Timbal
balik. Kita lebih mudah memenuhi permintaan dari seseorang yang sebelumnya
telah memberikan bantuan kepada kita. Dengan kata lain, kita merasa wajib
membayar utang budi atas bantuannya.
e) Validasi
social. Kita lebih mudah memenuhi permintaan untuk melakukan suatu tindakan
jika tindakan itu konsisten dengan apa yang kita percaya orang lain akan
melakukannya juga. Kita ingin bertingkah laku benar, dan satu cara untuk
memenuhinya adalah dengan bertingkah laku dan berpikir seperti orang lain.
f) Otoritas.
Kita lebih mudah memenuhi permintaan orang lain yang memiliki otoritas yang
diakui, atau setidaknya tampak memiliki otoritas.
3.
Obedience
seseorang
mentaati dan mematuhi permintaan orang lain utk melakukan tingkah laku tertentu
krn adanya unsur power.
Individu yg mematuhi perintah yg merusak, menyakiti, dan menghancurkan
orang lain ketika berada dlm situasi diperintahkan untuk melakukannya disebut destructive obedience.
Empat penyebab obedience menurut Baron, Branscombe, dan Byrne (2008)
1) Melepas tanggung jawab pribadi. Misalnya,
atasannya yang dianggap menanggung semua tanggung jawab.
2) Individu yang member tanggung jawab menggunakan
symbol-simbol, seperti lencana, seragam, dan yang lainnya untuk mengingatkan
orang yang diperintah akan kekuasaan serta peran yang diemban.
3) Hal-hal yang terjadi secara gradual, yaitu
perintah yang dimulai dari hal kecil kemudian meningkat menjadi lebih besar.
4) Proses yang terjadi sangat cepat sehingga
individu tidak bisa merefleksikan dan berpikir secara mendalam.
Hal ini bisa dicegah dengan diingatkan bahwa ia sendiri mengemban
tanggung jawab, individu harus diberi tahu secara jelas bahwa perintah-perintah
yang dekskrutif tidak diperbolehkan, dan juga individu perlu meninjau ulang
motif dari atasannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar