“Kaderisasi sama
artinya dengan menanam bibit.
Untuk menghasilkan
pemimpin bangsa di masa depan,
pemimpin pada masanya harus menanam.”
- Bung Hatta -
Rasanya
pernyataan Bung Hatta tersebut tidak berlebihan mengingat sangat pentingnya kaderisasi.
Dalam sebuah organisasi kaderisasi diibaratkan sebagai jantung, tanpa adanya
kaderisasi akan sulit bagi organisasi untuk maju dan bertahan lama. Hal ini
karena dengan kaderisasi akan tercipta tunas-tunas baru yang nantinya akan
memegang tongkat estafet kepemimpinan organisasi. Kaderisasi bukan hanya
menciptakan kader yang hebat dalam mengerjakan suatu program, tapi kaderisasi
mampu menciptakan kader yang memiliki jiwa pemimpin, memiliki emosi yang
terkontrol, kreatif dan mampu menjadi pemberi solusi untuk setiap permasalahan (problem
solver) dan yang terpenting mampu mencetak kader yang bisa bermanfaat bagi
lingkungannya. Oleh karena itu, kaderisasi tidak bisa dipandang sebelah mata
atau bahkan ditiadakan dalam organisasi. Akibat paling utama apabila tidak
dilakukan kaderisasi adalah matinya organisasi, hal ini dikarenakan : (1)
anggota yang lama tidak akan selamanya
berada dalam suatu organisasi, (2)
organisasi akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi inilah yang
mengharuskan anggota suatu organisasi terus meng-update (meningkatkan)
kemampuannya (3) persaingan dengan organisasi lainnya menyebabkan organisasi
harus kompetitif untuk memenangkan persaingan.
Sebagai
sebuah organisasi, Gerakan Pramuka tentunya juga membutuhkan kaderisasi. Bahkan
karena begitu pentingnya kaderisasi, Gerakan Pramuka melakukan proses
kaderisasi sejak dini bagi anggotanya. Bagi anggota muda Gerakan Pramuka, proses
kaderisasi dimulai sejak anak berusia 7 tahun sampai dengan usia 25 tahun.
Mereka dibagi dalam kelompok golongan : golongan siaga (usia 7-10 tahun),
golongan penggalang (usia 11-15 tahun), golongan penegak (16-20 tahun),
golongan pandega (usia 21-25 tahun). Kaderisasi sejak dini tersebut dilakukan agar
tujuan Gerakan Pramuka tercapai, yaitu “… membentuk setiap Pramuka memiliki
kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat
hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa dan memiliki
kecakapan hidup sebagai KADER BANGSA dalam menjaga dan membangun Negara
Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila serta melestarikan
lingkungan hidup”.
Dari
tujuan Gerakan Pramuka tersebut dapat kita pahami bahwa selain terbentuknya
individu yang berkualitas, kaderisasi dalam Gerakan Pramuka juga diharapkan
dapat membentuk kader bangsa dalam membangun NKRI. Kaderisasi dalam Gerakan
Pramuka disesuaikan berdasarkan penggolongan yang ada, hal ini dimaksudkan agar
proses kaderisasi bisa tepat sasaran sesuai pertumbuhan dan perkembangan
anggota Gerakan Pramuka. Kaderisasi dalam Gerakan Pramuka dilakukan melalui
upaya memberikan sejumlah pengetahuan, pemahaman, keterampilan, pelatihan serta
pengembangan diri. Disamping itu untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut Gerakan
Pramuka menggunakan sebuah metode yang mencakup :
1. Pengamalan
kode kehormatan Pramuka, berupa janji dan ketentuan moral, yang dirumuskan
dalam Dwi Satya dan Dwi Dharma bagi Pramuka Siaga, Tri Satya dan Dasa Dharma
bagi Pramuka Penggalang, Penegak, dan Pandega.
2. Kegiatan
belajar sambil melakukan (learning by doing), dalam hal ini pendidikan
Kepramukaan bukan hanya teori saja tapi praktek yang praktis, dapat dikerjakan
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Sistem
berkelompok (patrol system). Maksudnya adalah dari jumlah anggota 5-8
orang dikelompokkan menjadi satu kelompok dengan pembagian tugas masing-masing.
Sehingga mereka antar individu dan antar kelompok dapat berproses belajar dan
mengajar saling berkompetisi
4. Kegiatan
yang menantang, dan menarik serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan rohani dan jasmani anggota muda. Melatih survival, tahan hidup,
mengatasi tantangan, dan segala hambatan.
5. Kegiatan
di alam terbuka, yang dapat membuka cakrawala dan wawasan hidup melalui alam.
Alam sebagai narasumber disana kita dapat belajar mendapatkan ilmu dan
pengalaman dari alam bebas luas ciptaan Tuhan.
6. Kehadiran
orang dewasa yang memberikan dorongan dan dukungan (adult support),
dengan menggunakan sistem among ing ngarso sungtulodo, ing madyo mangunkarso,
tut wuri handayani
7. Penghargaan
tanda kecakapan, setiap manusia ingin diberi penghargaan mencapai penghargaan
itu harus berprestasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana yang diatur dalam Syarat Kecakapan Umum (SKU), Syarat
Kecakapan Khusus (SKK), dan Syarat Pramuka Garuda (SPG) sehingga mereka anak
didik menjadi Pramuka teladan.
8. Satuan
terpisah antara putra dan putri, sesuai kodrat dan irodat putra dan putri
berebda maka harus dipisah dalam melakukan kegiatan.
Disamping itu sebagai
bagian dari kaderasasi didalam Gerakan Pramuka, semua kegiatan dalam Gerakan
Pramuka berorientasi mencetak peserta didik menjadi pemimpin. Hal inipun
dilakukan sejak dini, seperti halnya mereka di didik menjadi pemimpin melalui
pemimpin barung (Siaga), Pemimpin Regu (Penggalang), Pemimpin Sangga (Penegak),
Pemimpin Reka (Pandega). Para pemimpin tersebut memimpin dan mengatur setiap
kegiatan teman-temannya dalam satuan yang kecil dan jabatan itu dijabat secara
bergantian setiap saat. Sehingga seluruh anggota akan merasakan jadi pemimpin
dan jadi anggota yang dipimpin.
Akan tetapi upaya,
metode dan orientasi yang digunakan sebagai bagian dari kaderisasi tersebut
tidak berjalan dengan baik di Gerakan Pramuka. Contoh kecil yang bisa kita
lihat misalnya pada metode sistem berkelompok, saat ini masih banyak gugusdepan
Gerakan Pramuka yang tidak menerapkannya. Dalam hal kegiatan di alam terbuka,
beberapa gugusdepan malah asyik berkegiatan dengan peserta didiknya di
kelas-kelas hanya karena alasan tidak ingin ribet. Yang paling parah lagi
beberapa oknum di Gerakan Pramuka mengidentikan kaderisasi dengan kekerasan.
Akhirnya dalam proses kaderisasi yang dijalankan cenderung mengedepankan
kekerasan kepada peserta didiknya. Hal yang paling tampak menunjukkan
kaderisasi dalam Gerakan Pramuka kurang berjalan dengan baik yaitu dalam setiap
Musyawarah (Ranting, Cabang, Daerah dan Nasional) Gerakan Pramuka selalu
kesulitan dalam menentukan kader terbaiknya untuk dipilih menjadi pemimpin kwartir.
Ini patut menjadi renungan bagi kita bersama, sehingga kita bisa memperbaiki
proses kaderisasi kita. (zs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar