Overview
Teori atau pendekatan
“Trait and Factor” ini dipelopori oleh E.G. Williamson dan J.G. Darley, serta
pendukung-pendukung lainnya seperti : Walter Bingham, Donald G, Paterson,
Thurstone, Eysenk dan Cattel. Konseling dengan pendekatan Trait and Factor,
digolongkan ke dalam kelompok pendekatan pada dimensi kognitif atau rational.
Dalam proses penanganan kasus konseling menggunakan metode rational. Teori atau
pendekatan ini secara intelektual, logis dan rasional menerangkan, memecahkan
kesulitan-kesulitan klien dalam suatu proses konseling. Konseling dengan
pendekatan Trait and Faktor atau pendekatan rasional ini sering disebut
konseling yang direktif (directive
counseling), karena konselor secara aktif membantu klien mengarahkan
perilakunya menuju pemecahan kesulitannya, sehingga konseling ini juga disebut
konseling yang “counselor centered” dan ada juga yang menyebutnya sebagai “clinical counseling”.
Konsep
Dasar
1. Karena
setiap individu sebagai suatu pola kecakapan dan kemampuan yang terorganisir
secara unik, dan karena kemampuan kausalitasnya relatif stabil setelah remaja,
maka tes obyektif dapat digunakan untuk mengidentifikasi
karakteristik-karatreistik individu.
2. Pola-pola
kepribadian dan minat berkorelasi dengan tingkah laku kerja tertentu.
3. Kurikulum
sekolah yang berbeda akan menuntut kapasitas dan minat yang berbeda dan hal ini
dapat ditentukan. Individu akan belajar dengan lebih mudah dan efektif apabila
potensi dan bakatnya sesuai dengan tuntutan kurikulum.
4. Baik
klien maupun konselor hendaknya mendiagnosis potensi klien untuk mengawali
penempatan dalam kurikulum atau pekerjaan.
5. Setiap individu
mempunyai kecakapan dan keinginan untuk
mengidentifikasi secara kognitif kemampuannya sendiri.
Hakekat
Manusia
Prinsip-prinsip
dasar konseling “Trait and Factor” pada dasarnya berkenaan dengan “hakekat
manusia” yaitu sebagai berikut :
1. Manusia itu pada dasarnya memiliki
potensi untuk berbuat baik dan buruk.
2. Manusia tidak hanya mewujudkan atau
mengaktualisasikan kemampuan-kemampuannya tersebut secara penuh tanpa bantuan
manusia lain.
3. Dimensi kehidupan yang baik adalah
“excellen” (utama).
4. Baik-buruknya manusia banyak
tergantung pada hubungan antara manusia dengan alamnya.
Pribadi Sehat
Apabila klein dapat
mengembangkan berbagai aspek kehidupannya seperti pemahaman dan pengelolaan
diri dengan mengenali kelebihan dan kelemahan dirinya serta mampu memperbaiki
kelemahannya sehingga integritas kepribadian tercapai.
Pribadi Tidak Sehat / Bermasalah.
Apabila klien tidak
mampu mampu memahami dan mengelola diri tentang berbagai kelebihan dan
kekurangannya.
Proses Konseling Trait and Factor
Ada 6
(enam) tahap yang harus dilalui dalam konseling pendekatan trait and factor ,
yaitu :
1.
Analisis
Mengumpulkan data tentang diri siswa, dapat dilakukan dengan wawancara, catatan anekdot, catatan harian, otobiografi dan tes psikologi.
Mengumpulkan data tentang diri siswa, dapat dilakukan dengan wawancara, catatan anekdot, catatan harian, otobiografi dan tes psikologi.
2.
Sintesis
Merangkum, menggolongkan, dan menghubungkan data yang dipeoleh sehingga memperoleh gambaran tentang kelemahan dan kelebihan siswa.
Merangkum, menggolongkan, dan menghubungkan data yang dipeoleh sehingga memperoleh gambaran tentang kelemahan dan kelebihan siswa.
3.
Diagnosis
Menarik kesimpulan logis atas dasar gambaran pribadi siswa yang diperoleh dari hasil analisis dan sintesis. Dalam tahap ini terdapat tiga kegiatan yang dilakukan, yaitu :
• Identiffikasi masalah
Berdasar pada data yang diperoleh, dapat merumuskan dan menarik kesimpulan permasalahan klien.
• Etiologi (Merumuskan sumber-sumber penyebab masalah internal dan eksternal)
Dilakukan dengan cara mencari hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Menarik kesimpulan logis atas dasar gambaran pribadi siswa yang diperoleh dari hasil analisis dan sintesis. Dalam tahap ini terdapat tiga kegiatan yang dilakukan, yaitu :
• Identiffikasi masalah
Berdasar pada data yang diperoleh, dapat merumuskan dan menarik kesimpulan permasalahan klien.
• Etiologi (Merumuskan sumber-sumber penyebab masalah internal dan eksternal)
Dilakukan dengan cara mencari hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.
4.
Prognosis
Upaya untuk memprediksi kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada.
Upaya untuk memprediksi kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada.
5.
Konseling
(Treatment)
• Pengembangan alternatif masalah
Proses pemecahan masalah dengan menggunakan beberapa strategi
• Pengujian alternatif pemecahan masalah
Dilakukan untuk menentukan alternatif mana yang akan diimplementasikan, sehingga perlu diuji kelebihan dan kelemahan, keuntungan dan kerugian, serta faktor pendukung dan penghambat.
• Pengambilan keputusan
Keputusan diambil berdasarkan syarat, kegunaaan, dan fleksibilitas yang dipilih klien
• Pengembangan alternatif masalah
Proses pemecahan masalah dengan menggunakan beberapa strategi
• Pengujian alternatif pemecahan masalah
Dilakukan untuk menentukan alternatif mana yang akan diimplementasikan, sehingga perlu diuji kelebihan dan kelemahan, keuntungan dan kerugian, serta faktor pendukung dan penghambat.
• Pengambilan keputusan
Keputusan diambil berdasarkan syarat, kegunaaan, dan fleksibilitas yang dipilih klien
6.
Follow
Up
• Hal-hal yang perlu direncanakan dari alternatif pemecahan masalah yang dipilih.
• Tindak lanjut dari alternatif yang telah dilaksanakan di lapangan.
• Hal-hal yang perlu direncanakan dari alternatif pemecahan masalah yang dipilih.
• Tindak lanjut dari alternatif yang telah dilaksanakan di lapangan.
Teknik Konseling.
Teknik
utama (major technique) yang
digunakan dalam konseling “Trait and Factor”, adalah :
a)
Memperkuat
persesuaian antara konselor dengan klien
b)
Mengubah lingkungan klien
c)
Memilih atau menempatkan pada lingkungan yang sesuai
d)
Mendorong klien belajar tentang ketrampilan –ketrampilan yang
diperlukan.
e)
Mengubah sikap-sikap klien.
Ada beberapa teknik
umum yang digunakan dalam pendekatan ini :
1.
Attending.
Attending
adalah perilaku konselor untuk melibatkan diri dalam proses konseling meliputi
: kontak mata, kualitas suara, jejak verbal, dan bahasa tubuh.
Tujuan menggunakan
teknik ini adalah :
a. Menunjukkan pada konseli bahwa proses konseling konselor
memperhatikan sepenuhnya kepada konseli.
b. Mengkomunikasikan penerimaan konselor terhadap konseli.
c. Mengajak dan mengembangkan keterlibatan konseli secara personal
dalam melaksanakan sesi konseling.
d. Menangkap secara utuh pesan dan ungkapan yang diberikan
konseling baik dalam bentuk verbal maupun non verbal.
2.
Opening.
Opening adalah membuka
kegiatan wawancara
Tujuan Pembukaan
wawancara konseling untuk :
a. Menciptakan rasa aman konseling selama mengikuti sesi konseling.
b. Mengurangi kecemasan dalam proses konseling.
c. Menciptakan kondisi fasilitas dalam konseling.
3.
Acceptence
Acceptence adalah
penerimaan terhadap klien.
Tujuan teknik
penerimaan untuk :
a. Mengkomunikasikan sikap
dasar konselor terutama ketika membentuk suasana akrab.
b. Disadarinya oleh konseling bahwa konselor benar-benar
mendengarkan apa yang dikatakannya.
c. Terbentuknya suasana emosional klien.
4.
Restatement dan
Pharaprasing.
Restatement adalah
mengulang atau menyatakan kembali sebagian pernyataan konseling yang dianggap
penting.
Pharaprase adalah
mengulang kalimat/ pernyataan singkat konseli secara utuh, apa adanya tanpa
merubah makna.
Tujuan :
a. Diketahui oleh klien , bahwa konselor mendengarkan yang dikatakannya.
b. Diperolehnya informasi penting.
c. Terujinya data yang diverbalissasikan klien.
5.
Reflection of Feeling
Reflection of Feeling
adalah pantualan perasaan yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan / sikap yang
terkandung di balik pernyataan klien.
Tujuan :
a. Dirasakannya oleh klien bahwa dirinya dipahami oleh konselor.
b. Terdorongnya konseli lebih mengekprsikan perasaan-perasaannya
terhadap situasi tertentu.
6.
Clarification.
Clarification adalah
mengungkapkan kembali isi pernyataan klien dengan menggunakan kata-kata baru
dan segar.
Tujuannya :
a. Mengungkap isi pesan utama yang disampaiakn klien.
b. Memperjelas isi pesan yang diungkapkan klien.
7.
Structuring
Struckturing adalah
penegasan tentang batas-batas konseling itu sesungghnya.
Tujuannya :
a. Diperolehnya kesamaan harapan konselor dan klien.
b. Diperolehnya kesepakatan dari konseling mengenai apa terlibat
dalam metode dan tujuan konseling.
8.
Summary
Meringkas adalah suatu proses untuk
memadu berbagai ide dan perasaan dalam satu pernyataan pada akhir suatu unit
wawancara konseling.
Tujuannya :
a. Memadukan unsur-unsur tema yang muncul dalam pembicaraan.
b. Mengidentifikasi pola isi pembicaraan konseli.
c. Menghindari pembicara yang diulang-ulang dan bertele-tele.
d. Merangkum kemajuan yang telah dicapai dalam proses konseling.
Keunggulan dan Kelemahan konseling
trait and factor
Adapun
kontribusi yang diberikan teori ini adalah:
1.
Teori
ciri dan sifat menerapkan pendekatan ilmiah pada konseling
2.
Penekanan
pada penggunaan data tes objektif, membawa kepada upaya perbaikan dalam
pengembangan tes dan penggunanya, serta perbaikan dalam pengumpulan data
lingkungan.
3.
Penekanan
yang diberikan pada diagnose mengandung makna sebagai suatu perhatian terhadap
masalah dan sumbernya mengarahkan kepada upaya pengkreasian teknik-teknik untuk
mengatasinya.
4.
Penekanan
pada aspek kognitif merupakan upaya menyeimbangkan pandangan lain yang lebih
menekankan afektif atau emosional.
Adapun
kelemahan konseling trait and factor, sebagai berikut:
1.
Kurang
diindahkan adanya pengaruh dari perasaan, keinginan, dambaan aneka nilai budaya
(cultural values), nilai-nalai kehudupan (personal values), dan cita-cita
hidup, terhadap perkembangan jabatan anak dan remaja (vocational development)
serta pilihan program/bidang studi dan bidang pekerjaan (vocational choice).
2.
Kurang
diperhatikan peran keluarga dekat, yang ikut mempengaruhi rangkaian pilihan
anak dengan cara mengungkapkan harapan, dambaan dan memberikan pertimbangan
untung-rugi sambil menunjuk pada tradisi keluarga; tuntutan mengingat ekonomi
keluarga; serta keterbatasan yang konkrit dalam kemampuan finansial, dan
sebagainya.
3.
Kurang
diperhitungkannya perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat, yang ikut
memperluas atau membatasi jumlah pilihan yang tersedia bagi seseorang.
4.
Kurang
disadari bahwa konstelasi kualifikasi yang dituntut untuk mencapai sukses di
suatu bidang pekerjaan atau program studi dapat berubah selama tahun-tahun yang
akan datang.
5.
Pola
ciri-ciri kepribadian tertentu pasti sangat membatasi jumlah kesempatan yang
terbuka bagi seseorang, karena orang dari berbagai pola ciri kepribadian dapat
mencapai sukses di bidang pekerjaan yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Corey Gerald, Teori
dan Praktek Konseling & Psikoterapi, 2010, Bandung: PT Refika Aditama
Kurtanto,
Edi, 2007. Bimbingan dan Konseling. Pontianak: CV Himalaya Raya
S. Willis
Sofyan, Konseling Individual Teori dan Praktek, 2004, Bandung: Alfabeta, CV
Siswohardjono
Aryatmi, Perspektif Bimbingan Konseling dan Penerapannya di Berbagai Institusi,
1991, Semarang: Satya Wacana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar